impor maupun produksi dalam negeri dinilai sebagai komponen biaya asing dan dapat diperdagangkan apabila tambahan permintaan input tradable tersebut dapat
dipenuhi dari perdagangan internasional. Input non tradable yang berasal dari pasar domestik ditetapkan sebagai komponen biaya domestik dan input asing yang
dipergunakan dalam proses produksi dihitung sebagai komponen biaya asing Monke and Pearson, 1989.
Sedangkan pendekatan total mengasumsikan setiap biaya input tradable dibagi kedalam komponen biaya domestik dan asing, dan penambahan input
tradable dapat dipenuhi dari produksi domestik jika input tersebut memiliki
kemungkinan untuk diproduksi di dalam negeri. Pendekatan ini lebih tepat digunakan apabila produsen lokal dilindungi sehingga tambahan input
didatangkan dari produsen lokal atau pasar domestik Monke and Pearson, 1989.
3.2. Analisis Sensitivitas
Sifat dari metode Policy Analysis Matrix PAM yang kaku atau statis, menyebabkan tidak bisa dilakukannya simulasi untuk kemungkinan perubahan-
perubahan pada faktor usahatani, misalnya perubahan pada variabel-variabel biaya atau penerimaan, sehingga untuk mereduksi kelemahan dari metode ini
maka dilakukanlah analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas merupakan suatu alat dalam menganalisis pengaruh
resiko yang ditanggung dan ketidakpastian dalam analisa proyek Gittinger, 1986. Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat bagaimana suatu kegiatan
usahatani bila terjadi perubahan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis ini merupakan suatu teknik untuk menguji perubahan kelayakan suatu kegiatan
ekonomi secara sistematis jika terjadi kejadian-kejadian yang berada dalam perkiraan yang telah dibuat dalam perencanaan.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel- variabel yang penting yang dapat dilakukan sendiri-sendiri ataupun dengan
mengkombinasikan variabel tersebut. Menurut Kadariah 1999, analisis sensitivitas dilakukan dengan cara : 1
mengubah besarnya variabel-variabel yang penting dengan suatu persentase dan menentukan seberapa sensitifnya hasil perhitungan terhadap perubahan-perubahan
tersebut, 2 menentukan seberapa besar variabel yang berubah sehingga hasil perhitungan membuat usahatani tidak dapat diterima.
Menurut Gittinger 1986 menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti untuk mengukur perubahan maksimum dari
perubahan penurunan harga output dan penurunan produksi atau peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi yang masih dapat ditoleransi agar
usahatani masih tetap layak. 3.3. Kerangka Pemikiran Operasional
Peningkatan permintaan rumput laut dunia memberikan dampak positif terhadap perkembangan rumput laut di Indonesia. Dimana Indonesia sebagai
salah satu produsen rumput laut dunia juga mengalami peningkatan. Peningkatan permintaan ekspor rumput laut dunia merupakan penyebab utama laju
peningkatan produksi rumput laut dalam negeri. Perkembangan produksi rumput laut dunia yang semakin besar yang
diiringi dengan permintaan dunia yang semakin besar pula, beberapa negara produsen seperti Indonesia mulai bersaing untuk memproduksi rumput laut
dengan kuantitas yang besar dan kualitas yang semakin baik. Salah satu daerah penghasil rumput laut terbesar di Indonesia adalah Provinsi Sulawesi Selatan
dengan tingkat produksi rata-rata 26.23 persen per tahun dan salah satu sentra produksi rumput laut di Sulawesi Selatan adalah Kepulauan Tanakeke.
Peningkatan produksi rumput laut di Kepulauan Tanakeke mengalami beberapa kendala terutama dalam budidaya dan pengelolaan usahatani rumput
laut. Permasalahan yang dihadapi oleh petani rumput laut di Kepulauan Tanakeke diantaranya : 1 ketersediaan bibit bermutu bibit unggul, 2 pengendalian hama
penyakit, 3 pengelolaan pasca panen yang kurang tepat, dan 4 sumberdaya petani yang masih terbatas.
Semua permasalahan tersebut menjadi kendala bagi petani dalam meningkatkan produksi dan kualitas rumput laut yang dihasilkan. Kualitas
rumput laut kepulauan Tanakeke seringkali dinilai tidak sesuai dengan standar teknis. Hal ini terkait dengan kinerja petani dan pedagang. Petani kurang
memperhatikan umur panen rumput laut yang optimal, masih banyak rumput laut
yang dipanen terlalu muda dengan umur yang tidak seragam, sehingga menyebabkan kualitas rumput laut yang dihasilkan rendah. Hal ini menyebabkan
daya tawar petani dalam penentuan harga menjadi lemah dan harga yang diterima petani rumput laut menjadi rendah.
Berdasarkan kondisi tersebut, perlu dikembangkan kebijakan yang diharapkan mampu melindungi usahatani rumput laut. Sejumlah kebijakan
terkait dengan standar kualitas dan keamanan pangan telah diterbitkan oleh pemerintah diantaranya UU No.161992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan. Peraturan Pemerintah No.152002 tentang Karantina Ikan dan PP No.2820904 tentang Keamanan Pangan, Mutu dan Gizi Pangan. Regulasi
lainnya yang terkait dengan pengaturan perdagangan antara lain UU No.1022000 tentang Standarisasi Nasional. Akan tetapi dalam perdagangan rumput laut ke
pasar internasional khususnya ke Negara China, pada tahun 2010, pemerintah menerapkan kebijakan pajak ekspor sebesar 30 persen terhadap komoditi rumput
laut yang diekspor ke China. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ekspor bahan baku rumput laut kering dan meningkatkan bahan baku untuk industri pengolahan
dalam negeri Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2012. Akan tetapi hal tersebut berdampak pada harga yang diterima oleh petani rumput laut, oleh karena
itu sejak tahun 2012 pemerintah tidak lagi mengenakan pajak pemerintah atau pajak ekspor pajak ekspor nol persen terhadap rumput laut.
Berdasarkan kondisi di atas, maka untuk mengetahui apakah usahatani rumput laut yang dilakukan petani masih berdaya saing dan kebijakan pemerintah
berdampak terhadap pengusahaan rumput laut di Kepulauan Tanakeke, dapat di analisis dengan menggunakan Policy Analysis matrix PAM.
Metode PAM menganalisis keuntungan baik secara privat maupun sosial, menganalisis daya saing melalui keunggulan komparatif dan kompetitif serta
dampak kebijakan pemerintah terhadap usahatani rumput laut. Selanjutnya untuk melihat apakah usahatani rumput laut masih menguntungkan dan memiliki daya
saing secara komparatif dan kompetitif apabila terjadi perubahan harga output dan produksi maka dilakukan analisis sensitivitas. Berdasarkan uraian tersebut di
atas, maka kerangka operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional Pertumbuhan ekspor rumput laut
Kualitas rumput laut masih rendah Relatif rendahnya harga rumput laut yang diterima
petani Peran Pemerintah dalam pengembangan Rumput Laut
di Kepulauan Tanakeke
Policy Analysis Matrix PAM
Analisis Keuntungan :
- Keuntungan Privat
finansial
- Keuntungan Sosial
ekonomi
Analisis Daya Saing
keunggulan komparatif
kompetitif -
Biaya Sumberdaya
Domestik
- Rasio Biaya Privat
Dampak Kebijakan Pemerintah :
- Transfer output - Transfer input
- Transfer faktor -Koefisien
proteksi efektif
- Koefisien Bersih -Koefisien
Keuntungan - Rasio Subsidi pada
Hasil Akhir :
1. Keuntungan Finansial dan Keuntungan Ekonomi
usahatani rumput laut 2.
Daya Saing secara komparatif dan kompetitif 3.
Dampak kebijakan
pemerintah terhadap
keuntungan dan daya saing rumput laut Analisis Sensitivitas
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian