Kebijakan Output KERANGKA PEMIKIRAN

jumlah komoditi yang diimpor. Tujuan diterapkannya kedua kebijakan tersebut adalah untuk menurunkan kuantitas barang yang diperdagangkan secara internasional komoditi impor dan untuk menciptakan perbedaan harga di pasar internasioanl dengan harga di pasar domestik. Sedangkan kebijakan perdagangan ekspor dimaksudkan untuk melindungi konsumen dalam negeri karena harga domestik yang lebih rendah bila dibandingkan dengan harga di pasar internasional. Komponen utama yang menjadi dasar dalam diterapkannya salah satu kebijakan perdagangan adalah perbedaan harga komoditi di pasar internasional dan domestik. Apabila harga suatu komoditi di pasar internasional lebih murah dibandingkan dengan harga domestik, maka kebijakan yang tepat dilakukan adalah kebijakan perdagangan impor. Penetapan tarif impor maupun kuota impor dilakukan agar produk impor yang dijual dalam negeri harganya menjadi lebih mahal dan jumlahnya terbatas. Kebijakan impor ini bertujuan untuk melindungi produsen domestik. Sedangkan kebijakan perdagangan ekspor dimaksudkan untuk melindungi konsumen dalam negeri karena harga domestik yang lebih rendah bila dibandingkan dengan harga di pasar internasional. 2. Kebijakan Berdasarkan Penerimaan Kebijakan berdasarkan penerimaan adalah kebijakan yang dikenakan pada produsen dan konsumen. Suatu kebijakan subsidi dan kebijakan perdagangan menyebabkan terjadinya transfer antara produsen, konsumen dan anggaran pemerintah Monke dan Pearson, 1989. 3. Kebijakan Berdasarkan Komoditi Kebijakan berdasarkan komoditi bertujuan untuk membedakan antara komoditas yang dapat di ekspor dan komoditas yang dapat di impor. Kebijakan pemerintah dapat diterapkan pada input maupun output komoditas pertanian. Penerapan kebijakan subsidi atau hambatan perdagangan yang tepat mampu memperbaiki kesejahteraan produsen petani maupun konsumen.

3.1.2.1. Kebijakan Output

Kebijakan terhadap output baik berupa subsidi maupun pajak dapat diterapkan pada barang ekspor maupun impor. Kebijakan pemerintah terhadap output dijelaskan dengan menggunakan Transfer Output TO dan Nominal Protection Coefficient on Output NPCO. Dampak subsidi positif terhadap produsen dan konsumen pada barang impor dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2a merupakan gambar subsidi positif untuk produsen barang impor. Harga pasar dunia Pw lebih rendah dari harga domestik Pd. Tingkat subsidi sebesar Pd – Pw kepada produsen menyebabkan produksi akan meningkat dari Q 1 menjadi Q 2 namun kondisi akan tetap pada Q 3 karena kebijakan subsidi ini tidak merubah harga dalam negeri. Subsidi ini akan menyebabkan impor turun dari Q 2 ke Q 3 . Transfer pemerintah kepada produsen sebesar Q 2 x Pd – Pw atau sebesar PdABPw. Subsidi menyebabkan barang yang seharusnya diimpor akan diproduksi sendiri dengan biaya korbanan sebesar Q 1 CAQ 2 , sedangkan opportunity cost yang diperoleh jika barang tersebut diimpor adalah sebesar Q 1 CBQ 2 . Subsidi tersebut akan memberikan dampak terjadinya kehilangan efesiensi sebesar CAB. Gambar 2b menunjukkan subsidi untuk produsen barang ekspor. Adanya subsidi dari pemerintah menyebabkan harga yang diterima produsen lebih tinggi dari harga yang berlaku di pasar dunia. Harga yang tinggi berakibat pada peningkatan output produksi dalam negeri dari Q 3 ke Q 4 , sedangkan konsumsi menurun dari Q 1 ke Q 2 sehingga jumlah ekspor meningkat dari Q 3 ke Q 4 . Tingkat subsidi yang diberikan pemerintah adalah sebesar GBAH. Gambar 2 c menunjukkan subsidi positif untuk konsumen pada barang impor. Harga di pasar dunia Pw lebih tinggi daripada harga domestik Pd. Tingkat subsidi positif sebesar Pw – Pd kepada konsumen menyebabkan produksi menurun dari Q 1 menjadi Q 2 , tetapi konsumsi akan meningkat dari Q 3 menjadi Q 4 a S + PI b S + PE c S + CI d S + CE Keterangan : Pw : Harga di Pasar Internasional Pd : Harga di Pasar Domestik S + PI : Subsidi kepada Produsen untuk Barang Impor S + PE : Subsidi kepada Produsen untuk Barang Ekspor S + CI : Subsidi kepada Konsumen untuk Barang Impor S + CE : Subsidi kepada Konsumen untuk Barang Ekspor Sumber : Monke dan Pearson 1989 Gambar 2. Dampak Subsidi Positif Terhadap Produsen dan Konsumen Barang Impor dan Barang Ekspor Pd Pw S D C A B Q Q 1 Q 2 Q 3 Pd Pw S H B G E F A D P P Q Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 S Q D P Pw Pd A F E G B H Q 2 Q 1 Q 3 Q 4 P Q Pw Pc S C B A D Q 1 Q 2 Karena kebijakan subsidi akan merubah harga dalam negeri menjadi lebih murah. Subsidi ini akan menyebabkan peningkatan impor dari Q 3 -Q 1 menjadi Q 4 -Q 2 . Transfer pemerintah sebesar PwGHPd terdiri dari dua bagian yaitu transfer dari produsen dan konsumen sebesar PwABPd dan transfer dari pemerintah ke konsumen sebesar ABHG, sehingga akan terjadi inefesiensi ekonomi pada sisi konsumsi dan produksi. Pada produksi, output turun dari Q 2 menjadi Q 1 menyebabkan hilangnya pendapatan sebesar Q 2 AFQ 1 atau sebesar Pw x Q 2 – Q 1 sedangkan besarnya input yang dapat dihemat sebesar Q 2 BFQ 1 sehingga terjadi inefesiensi sebesar AFB. Pada konsumsi, menunjukkan terjadi opportunity cost akibat meningkatnya Q 3 menjadi Q 4 adalah sebesar Pw x Q 4 – Q 3 atau sebesar Q 3 EGHQ 4 dengan kemampuan membayar konsumen sebesar Q 3 EHQ 4 sehingga terjadi inefesiensi sebesar EGH sehingga total inefesiensi yang terjadi sebesar AFB dan EGH. Gambar 2d menunjukkan subsidi untuk barang ekspor, pada gambar tersebut menunjukkan harga dunia lebih besar Pw dari harga yang diterima produsen Pp. Harga yang lebih rendah menyebabkan konsumsi untuk barang ekspor menjadi meningkat dari Q 1 menjadi Q 2 . Perubahan ini menyebabkan terjadi opportunity cost sebesar Pw x Q 2 – Q 1 atau area yang sama dengan kemampuan membayar konsumen yaitu Q 1 CAQ 2 dengan inefesiensi yang terjadi sebesar CBA.

3.1.2.2. Kebijakan Input