petani rumput laut yang menjadi responden di Kepulauan Tanakeke masih sangat rendah. Akan tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi pengembangan usahatani
rumput laut yang ada di Kepulauan tanakeke, apabila dilihat dari pengalaman usahatani dimana petani responden yang tidak tamat atau tidak sekolah memiliki
pengalaman berusahatani yang lebih lama yaitu 21 tahun 31.34 persen dibandingkan dengan tamatan SMP yang hanya memiliki pengalaman
berusahatani selama 11 tahun atau sekitar 16.42 persen. 7.2.3. Jumlah Anggota Keluarga Petani Responden
Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan petani rumput laut sangat mempengaruhi kegiatan usahatani terutama dalam pemenuhan tenaga kerja
dalam keluarga yaitu anggota keluarga yang ikut membantu dalam melakukan usahatani rumput laut. Adapun gambaran mengenai jumlah anggota keluarga
petani rumput laut di Kepulauan Tanakeke dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Anggota Keluarga Petani Responden di Kepulauan Tanakeke,
Tahun 2011.
Sebaran Jumlah Anggota Keluarga
Kepulauan Tanakeke Jumlah Responden
Orang Persentase
1 – 5
81 87.10
6 – 10
12 12.90
Jumlah 93
100.00 Tabel 11 menunjukkan bahwa sebanyak 81 responden atau sebesar 87.10
persen di Kepulauan Tanakeke memiliki jumlah anggota keluarga berkisar antara 1
– 5 orang. Sedangkan yang memiliki anggota keluarga sebanyak 6 – 10 orang ada 12 responden atau sebesar 12.90 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani
rumput laut di Kepulauan Tanakeke memiliki jumlah tenaga keluarga yang cukup besar dan potensial untuk membantu dalam pengembangan usahatani rumput laut.
7.3. Rantai Pemasaran Rumput Laut di Kepulauan Tanakeke
Lembaga pemasaran pada hakikatnya berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada konsumen dengan melakukan fungsi-fungsi pemasaran seperti
fungsi fisik, fungsi pertukaran dan fungsi fasilitas. Dalam memilih saluran pemasaran, ada beberapa yang perlu dipertimbangkan seperti : 1 pertimbangan
pasar yang meliputi konsumen sebagai sasaran akhir yaitu mencakup potensi pembeli, geografi pasar, kebiasaan membeli dan volume pesanan, 2
pertimbangan produk yang meliputi nilai barang per unit, berat barang, tingkat kesukaran, sifat teknis barang apakah barang tersebut memenuhi pesanan dan
pasar, 3 pertimbangan intern, perusahaan yang meliputi besarnya modal dan sumber poermodalan, pengalaman manajemen, pengawasan, penyaluran dan
pelayanan dan 4 pertimbangan terhadap lembaga dalam rantai pemasaran yaitu kesesuaian lembaga perantara dengan kebijakan perusahaan.
Saat ini rantai pemasaran rumput laut masih menggunakan pola pemasaran pedagang lokal, antar pulau dan eksportir yang hampir merupakan model yang
sama di seluruh Indonesia. Petani akan menjual hasil panennya pada pedagang lokal sebagai pengumpul di pulau atau koperasi. Dari pedagang lokal ataun
pedagang antar pulau dijual ke pedagang di kota. Selanjutnya, oleh pedagang di kota rumput laut dijual ke industri di dalam negeri dan eksportir.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara kepada responden petani rumput laut, diperoleh empat saluran pemasaran rumput laut.
Saluran pemasaran 1 pertama, petani rumput laut menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul tingkat desa Kepulauan Tanakeke, kemudian dari
pedagang pengumpul tingkat desa tersebut rumput laut dijual ke pedagang pengumpul tingkat kecamatan, pedagang tingkat kecamatan lalu menjual rumput
laut ke pedagang tingkat kabupaten atau pedagang besar, dari pedagang besar tersebut rumput lalu dijual ke eksportir yang ada di ibukota provinsi Makassar.
Saluran pemasaran 2 kedua, petani rumput laut di Kepulauan Tanakeke menjual hasil panen ke pedagang pengumpul tingkat desa yang ada di Kepulauan
Tanakeke. Pedagang pengumpul desa langsung menjual rumput lautnya ke eksportir yang berada di ibukota provinsi Makassar.