KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

9.1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian yang mengacu pada hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah : 1. Pengusahaan rumput laut di Kepulauan Tanakeke menguntungkan secara harga privat dan sosial serta layak untuk diteruskan, hal ini dapat dilihat dari nilai keuntungan yang lebih besar dari nol. 2. Pengusahaan rumput laut di Kepulauan Tanakeke memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, serta mempunyai daya saing yang tinggi sebagai komoditas ekspor karena mempunyai nilai PCR dan DRC yang lebih kecil dari satu. 3. Kebijakan pemerintah dengan menetapkan pajak sebesar 30 persen dan birokrasi yang mahal untuk ekspor rumput laut kering menyebabkan harga rumput laut di dalam negeri lebih rendah dari harga internasional, sehingga petani rumput laut di Kepulauan Tanakeke menerima harga jual rumput laut yang lebih rendah. 4. Dampak kebijakan pemerintah terhadap input menunjukan bahwa total biaya input baik pada harga privat maupun harga sosial adalah sama. Artinya ada atau tidak ada kebijakan pemerintah yang diterapkan terhadap input tradable harga domestik akan sama dengan harga internasional. 5. Dampak kebijakan pemerintah terhadap input-output belum berjalan secara efektif. Hal ini berdasarkan koefisien proteksi efektif EPC. Adanya Kebijakan pemerintah terhadap output dan input pada pengusahaan rumput laut di Kepulauan Tanakeke tidak memberikan intensif yang menguntungkan kepada petani, karena petani tidak mendapatkan nilai tambah dan bahkan berdampak negatif terhadap pengusahaan rumput laut. Artinya akan lebih efesien jika kebijakan pemerintah diperbaiki atau dikaji kembali. 6. Perubahan penurunan harga rumput laut sebesar 16 persen dan penurunan produksi sebesar 30 persen menyebabkan penurunan daya saing rumput laut. Sehingga dengan demikian untuk tetap memberikan keuntungan dan intensif bagi petani sebaiknya pemerintah mengambil kebijakan untuk mengurangi birokrasi yang dapat menurunkan harga rumput laut di tingkat petani. 9.2. Implikasi Kebijakan 1. Pengusahaan dan pengembangan rumput laut di Kepulauan Tanakeke sangat potensial untuk dikembangkan. Hanya yang sangat perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah adanya kondisi semakin rendahnya harga jual rumput laut. Implikasi akan semakin menurunnya keunggulan kompetitif yang dimiliki petani, sedangkan dalam jangka pendek dan jangka panjang komoditi rumput laut memiliki keunggulan komparatif. Oleh karena itu pengembangan rumput laut diarahkan pada peningkatan jumlah dan kualitas rumput laut. 2. Mengkaji ulang dan memperbaiki kebijakan pemerintah berupa penghapusan pajak dan biaya lainnya yang tidak terkait dengan pengusahaan rumput laut, sehingga ekonomi biaya tinggi dapat dihilangkan. 3. Bagi penelitian lanjutan yang berkaitan dengan pengukuran daya saing rumput laut disarankan untuk melakukan penelitian yang menggunakan skala penggunaan teknologi seperti penggunaan bibit unggul, mengingat penelitian ini, petani menggunakan bibit lokal dan teknologi sederhana. DAFTAR PUSTAKA Agatha, and Victor. 2011. Competitiveness of Nigerian Rice and Maize Production Ecologies : A Policy Analysis Aproach. Tropicaland Subtropical Agroecosistem 142 :493-500. Anindita dan Michael. 2008. Kebijakan Perdagangan Internasional Komoditas Pertanian Indonesia. AKP 23 :135-156. Anggadiredja, T.J. 2006. Rumput Laut. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Jakarta. Penebar Swadaya. Anggadiredja, T.J. dan Achmad. 2009. Rumput Laut. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Edisi Ke-2. Jakarta. Penebar Swadaya Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Produksi Rumput Laut Sulawesi Selatan. Jakarta. Badan Pusat Statistik. __________________. 2009. Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2008. Sulawesi Selatan. Badan Pusat Statistik. Berita Daerah. 2009. Rumput Laut Berdaya Saing Tinggi. Klipping Berita. Jakarta. Brown. 1983. World Fish Farming. Cultivation and Economics. Second Edition AVI Publishing Company, INC Westport. Connecticut. Burhanuddin, A. I. 2008. Revitalisasi Kelautan – Perikanan dan Krisis Keuangan Global. Makassar. Koran Fajar 31 Okteber 2008. Darusman. D. 1999. Persiapan Menuju Otonomi Daerah Kabupaten Dati II Kebumen di Tinjau dari Keunggulan Komparatif dan Kompetitif. Program Megiater Perencanaan dan Kebijakan Publik. Program Pascasarjana UI. Dinas Kelautan dan Perikanan. 2011. Statistik Pengembangan Luas Lahan Rumput Laut Indonesia. Jakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan. Dinas Kelautan dan Perikanan SulSel. 2010. Statistik Produksi Rumput Laut Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan. Dinas Kelautan dan Perikanan. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar. 2011. Laporan Tahunan Perikanan Kabupaten Takalar. Sulawesi Selatan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Selatan, 2010. LaporanTahunan Ekspor Impor Perikanan Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Takalar. 2010. Statistik Pengembangan Tingkat Pekerja dan Pengangguran Kabupaten Takalar. Sulawesi Selatan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2011. Statistik Perkembangan Hasil- Hasil Perikanan Budidaya. Jakarta. Feryanto. 2010. Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Susu Sapi Lokal di Jawa Barat [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Food and Agriculture Organization. 2010. The Competitiness of Agro Food Sector In The Contex of EJJ Accession. Project Report I. Paha. Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi II. Jakarta. UI Press. Halwani, R. H. 2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia. Hidayat. M. 2009. Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Susu Kambing di Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor. Ekstensi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. . Hidayati, W. 2009. Analisis Struktur, Perilaku dan Keragaan Pasar Rumput Laut Eucheuma Cottoni : Kasus di Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Provensi Sulawesi Selatan [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hikmayani, Y. dan Aprilliani, T. 2007. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosek Kelautan dan Perikanan 22 : 159-175. Indrayani, Ida. 2011. Analisis Produksi dan Daya Saing Usaha Penggemukan Sapi Potong di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat [Tesis]. Bogor Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Kadariah, L.K. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek Jakarta. Depok. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Karbasi A, Rastegaripour F. 2011. Aplycation of The PAM Iranian Bottled Drinking Water Factory, The Case Study Sistan and Baluchestan Region Iran. Journal American Science 75 : 564-570. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2008. Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Jakarta. Kementrian dan Kelautan Perikanan.. _______________________________. 2010. Data Indikator Kinerja Umum Kelautan dan Perikanan 2010. Jakarta. Pusat Data Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan. _______________________________. 2011. Data Ekspor Impor Rumput Laut Indonesia ke Beberapa Negara. Jakarta. Pusat Data Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kementerian Perindustrian dan Perdagangan. 2010. Analisis Daya Saing Rumput Laut di Masa Mendatang. Bagian Ekspor Perdagangan Keperindag. Jakarta. Krugman, P. R. dan Obstfeld, M. 2004. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Edisi Kelima. Jakarta. Gramedia. Kurniawan, A. Y. 2008. Analisis Efesiensi Ekonomi dan Daya Saing Usahatani Jagung pada Lahan Kering di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Mira dan Reswati, E. 2006. Analisis Daya Saing Budidaya Rumput Laut di Indonesia. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosek Kelautan dan Perikanan 12 : 165-173. Mohanty S, Fang C, Chaudhari J. 2003. Assessing The Competitiveness of Indian Cotton Production. A PAM Approach. The Journal of Cotton Science 73 : 65-74. Monke, E. A. and S. R. Pearson. 1989. The Policy Analysis Matrix for Agriculture Development. London. Cornell University Press. Mustika, L. Emiria. 1999. Analisis Keragaan Finansial dan Produksi Dalam Usaha Budidaya Rumput Laut Petani Mitra dan Non Mitra [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Novianti, T. 2003. Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Komoditas Unggulan Sayuran [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Nugroho, H. 2004. Tinjauan Terhadap Masalah Subsidi BBM, Ketergantungan pada Minyak Bumi dan Pembangunan Infrastruktur Sinergitas. Kompas 6 Juli 2004. Oktaviani, R. dan Novianti, T. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan Aplikasinya Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB. Bogor. Pearson, S. dan C. Gotsch. 2005. Aplikasi Policy Analisis Matriks Pada Pertanian Indonesia. Terjemahan. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Porter, M. E. 1990. Clusters and The New Economics of Competition. Harvard University Review and Working Paper . ____________. 2008. Building The Microeconomic Fondation Of Prosperity : Findings from The Business Comvetitiveness Index. The Global Competitiveness Report 2008-2009. Editor : Porter M. E. and K. Schawab. World Economic Forum. www.weforum.org . Rajagukguk, M. M. 2009. Analisis Daya Saing Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sadikin, Ikin. 2001. Analsis Daya Saing Komoditi Jagung dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Agribisnis Jagung di NTB Pasca Krisis Ekonomi. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42 :130-134 Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima. Jakarta. Prentice Hall- Erlangga. Saptana, Sumaryono dan Friyatno. 2007. Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Komoditas Kentang dan Kubis di Wonosobo Jawa Tengah. Jurnal Agro Ekonomi 252 : 80-86. Sobari, M.Prihatna. 1993. Skala Usaha dan Efesiensi Ekonomi Relatif Usahatani Rumput Laut. Buletin Ekonomi Perikanan 11 :78-86. Suboko, B. 2003. Hambatan Regulasi Pengembangan Usaha Perikanan. Jakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan. Suprapto, 2005. Keunggulan Kompetitif dan Komparatif Ekspor Ikan Hias DKI Jakarta di Pasar Internasional. Bulletin Penelitian 81: 1-14. Suryana, A. 1980. Keunggulan Komparatif dalam Produksi Ubi Kayu dan Jagung di Jawa Timur dan Lampung dengan Analisa Penghematan Sumberdaya Domestik [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Ugochukwuy, A.I. and Ezedinma, C.I. 2010. Intensification of Rice Production Systems in South-Eastern Nigeria: A Policy Analysis Matrix Approach. Internasional Journal of Agricultural Management Development 12:89-100. Yao, S. 1997. Rice Production in Thailand Seen Through A Policy Analysis Matrix. Food Policy Journal 226: 547-560. Yulianda, F. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Hayati Pesisir dan Lautan. Bahan Kuliah Pengelolaan Sumberdaya Hayati Pesisir dan Lautan [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Yusuf, R. dan Mira. 2006. Analisis Potensi Pasar Rumput Laut di Indonesia. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosek Kelautan dan Perikanan 11 : 101-111. Yusuf, R. dan Tajerin. 2008. Pendugaan Fungsi Penawaran Ekspor Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional. Analisis Pendekatan Error Correction Model ECM 31 : 51-63. Zulham, A, Purnomo, A.H, dan Aprilliani, T. 2007. Assestment Klaster Perikanan. Studi Pengembangan Klaster Rumput Laut di Kabupaten Sumenep. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosek Kelautan dan Perikanan 22 : 159-175. Zamroni, A. Purnomo, A.H. dan Mira. 2006. Keragaan Skala Usaha Budidaya dan Pemasaran Rumput Laut di Bulukumba dan Palopo. Studi Kasus Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottoni dan Gracilaria sp. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosek Kelautan dan Perikanan 11 : 83-89. LAMPIRAN Lampiran 1. Identitas, Luas Lahan dan Jumlah Bentangan Usahatani Rumput Laut Responden di Kepulauan Tanakeke No. NAMA RESPONDEN UMUR THN LUAS LAHAN Ha JUMLAH BENTANGAN 1 BAUNA DG. SAN 35 0.5 240 2 PUDDING DG. SIA 36 0.5 200 3 ASRUL DG. NYA 33 1 440 4 MUH. ALI DG. K 35 0.75 300 5 MANJALLI DG. S 43 1 410 6 BONDE DG. NG 51 0.5 240 7 TAJUDDIN DG. N 39 0.5 200 8 SAIYANG DG. JA 40 0.8 300 9 JOHO DG. MILE 37 0.75 300 10 DG. NOJENG 43 0.75 245 11 DG. RANI S. 46 0.75 250 12 B. DG. SILA 37 1 450 13 TAMRIN DG. TIN 35 1 436 14 MANGASA DG. L 42 0.5 235 15 PATA DG. M 40 0.5 220 16 DG. TIRO 39 0.4 130 17 DG. NGERO 31 0.4 125 18 DG. TALLI 27 0.5 230 19 DG. TOMBONG 42 0.9 435 20 DG. BASIR 28 0.75 300 21 MUCHTAR DG. B 28 1 410 22 DG.NAI 38 1 400 23 BASO DG.LOLO 40 1 450 24 DG.TARANG 40 1 440 25 DG.TAWANG 35 0.5 300 26 DG.NGAGO 50 0.5 410 27 TOMI DG.LELE 35 0.1 125 28 DG.SESE 52 0.4 190 29 H.ALI 38 0.1 112 30 DG.TINO 28 0.1 110 31 DG.MILE 54 0.1 112 32 DG.RURUNG 45 0.4 150 33 DG.NGABU 49 0.5 200 34 DG.GASSING 60 1 440 35 DG.NYARRANG 55 1 420 36 DG. NGIMBA 47 1 440 37 L. DG. SITABA 30 0.75 400 38 DG. RATE 38 0.5 320 39 DG. NAI 59 1 380 40 DG. BASU 60 1 400 Lampiran 1. Lanjutan No. NAMA RESPONDEN UMUR THN LUAS LAHAN Ha JUMLAH BENTANGAN 41 SANGKALA 35 0.5 240 42 DG. BUNDU 27 0.2 130 43 DG.JUMPA 35 0.2 140 44 DG. SAMSU 39 0.4 150 45 S.DG. TARANG 45 0.5 240 46 AKBAR DG. L 41 0.5 200 47 NASSA DG. KUL 29 0.5 200 48 TIMUN 30 0.5 240 49 NANRING 34 0.75 400 50 SAMSUDDIN 33 0.5 240 51 BAHTIAR 35 0.5 240 52 UNJUNG 35 0.5 240 53 HABASI 37 0.75 400 54 DG. PADO 39 0.5 240 55 BUNGA 47 0.5 240 56 DG. BONTO 49 1 440 57 DG. MUNRI 46 1 440 58 MUDDING 36 1 440 59 H. SESE 38 0.3 100 60 DG. SASI 38 0.3 100 61 SALLE 22 0.4 140 62 RASYID DG. TUT 26 0.2 130 63 ISMAIL 26 0.1 100 64 DG. MALIK 35 0.4 150 65 AGUS DG. TOLA 35 0.3 135 66 S. DG. RANYU 35 0.2 130 67 DG. ROLLA 41 0.2 130 68 BANTANG 43 0.2 130 69 DG. SANSU 43 0.4 150 70 DG. SIKO 34 1 440 71 RAMUDDIN 28 0.5 250 72 SULLE 28 0.5 250 73 WAWANG 28 0.5 250 74 HANAFING 29 0.5 250 75 DG. JUMPA 26 0.5 250 76 BUNDU 37 0.75 400 77 DG. SIAMA 36 0.5 250 78 ARIFIN 38 0.5 250 79 KAMA 39 0.75 400 80 THAMRIN 44 0.75 400 81 SIRIWA 45 0.5 240 Lampiran 1. Lanjutan No. NAMA RESPONDEN UMUR THN LUAS LAHAN Ha JUMLAH BENTANGAN 82 ABD. MALIK 42 0.5 240 83 NERFA 40 0.75 400 84 SONDANG 40 1 400 85 SAFEI 39 1 440 86 BUSTAMIN 38 1 400 87 JARRE 39 1 400 88 ABD. RAHMAN 40 0.4 150 89 DG. NGASANG 40 0.4 140 90 SYARIFUDDIN 45 0.4 150 91 SUAIB 46 0.2 130 92 SAMPARA 46 0.2 130 93 BOTOLO 45 0.3 140 JUMLAH 54.4 24 900 RATA-RATA 39 0.6 268 Lampiran 2. Produksi Rumput Laut Kering dan Basah Petani Responden di Kepulauan Tanakeke NO. NAMA RESPONDEN LUAS LAHAN Ha L PRODUKSI R. LAUT KERING Kg PRODUKSI R. LAUT BASAH Kg PRODUKSI R. LAUT BASAH KE KERING KONVERSI 8 : 1 TOTAL PRODUKSI R. LAUT KERING Kg Q LQ Kg 1 BAUNA DG. SAN 0.5 1700 890 115.7 1 815.7 907.85 2 PUDDING DG. SIA 0.5 1530 950 123.5 1 653.5 826.75 3 ASRUL DG. NYA 1 6600 1 200 156 6 756 6 756 4 MUH. ALI DG. K 0.75 5099 - - 5 099 3 824.25 5 MANJALLI DG. S 1 5655 1 100 143 5 798 5 798 6 BONDE DG. NG 0.5 1540 1 000 130 1 670 835 7 TAJUDDIN DG. N 0.5 1505 800 104 1 609 804.5 8 SAIYANG DG. JA 0.8 5997 - - 5 997 4 797.6 9 JOHO DG. MILE 0.75 2738 950 123.5 2 861.5 2 146.13 10 DG. NOJENG 0.75 1730 - - 1 730 1 297.5 11 DG. RANI S. 0.75 2010 - - 2 010 1 507.5 12 B. DG. SILA 1 6613 1 100 143 6 613 6 613 13 TAMRIN DG. TIN 1 5920 2 100 273 6 193 6 193 14 MANGASA DG. L 0.5 1586 - - 1 586 793 15 PATA DG. M 0.5 1550 - - 1 550 775 16 DG. TIRO 0.4 1055 - - 1 055 422 17 DG. NGERO 0.4 1159 - - 1 159 463.6 18 DG. TALLI 0.5 1420 1 100 143 1 563 781.5 19 DG. TOMBONG 0.9 6226 2 050 266.5 6 492.5 5 843.25 20 DG. BASIR 0.75 5150 1 900 247 5 397 4 047.75 21 MUCHTAR DG. B 1 3560 1 500 195 3 755 3 755 22 DG.NAI 1 3992 1 500 195 4 187 4 187 23 BASO DG.LOLO 1 4020 2 100 273 4 293 4 293 133 Lampiran 2. Lanjutan NO. NAMA RESPONDEN LUAS LAHAN Ha PRODUKSI R. LAUT KERING Kg PRODUKSI R. LAUT BASAH Kg PRODUKSI R. LAUT BASAH KE KERING KONVERSI 8 : 1 TOTAL PRODUKSI R. LAUT KERING Kg LQ Kg 24 DG.TARANG 1 3985 `1 755 228.15 4 213.15 4 213.15 25 DG.TAWANG 0.5 2768 993 129.09 2 897.09 1 448.54 26 DG.NGAGO 0.5 3420 1 874 243.62 3 663.62 1 813.81 27 TOMI DG.LELE 0.1 1100 - - 1 100 110 28 DG.SESE 0.4 1531 - - 1 531 612.4 29 H.ALI 0.1 1000 - - 1 000 100 30 DG.TINO 0.1 993 - - 993 99.3 31 DG.MILE 0.1 989 - - 989 98.9 32 DG.RURUNG 0.4 1286 - - 1 286 514.4 33 DG.NGABU 0.5 2100 - - 2 100 1 050 34 DG.GASSING 1 4000 2 780 361.4 4 361.4 4 361.4 35 DG.NYARRANG 1 6900 - - 6 900 6 900 36 DG. NGIMBA 1 6533 - - 6 533 6 533 37 L. DG. SITABA 0.75 3275 1 593 207.09 3 482.09 2 611.57 38 DG. RATE 0.5 2473 - - 2 437 1 218.5 39 DG. NAI 1 3900 - - 3 900 3 900 40 DG. BASU 1 4010 - - 4 010 4 010 41 SANGKALA 0.5 1700 - - 1 700 850 42 DG. BUNDU 0.2 1060 - - 1 060 212 43 DG.JUMPA 0.2 1100 - - 1 100 220 44 DG. SAMSU 0.4 1113 - - 1 113 445.2 45 S.DG. TARANG 0.5 1700 - - 1 700 850 46 AKBAR DG. L 0.5 1528 - - 1 528 764 115 Lampiran 2. Lanjutan NO. NAMA RESPONDEN LUAS LAHAN Ha L PRODUKSI R. LAUT KERING Kg PRODUKSI R. LAUT BASAH Kg PRODUKSI R. LAUT BASAH KE KERING KONVERSI 8 : 1 TOTAL PRODUKSI R. LAUT KERING Kg Q LQ Kg 47 NASSA DG. KUL 0.5 1530 - - 1 530 765 48 TIMUN 0.5 1705 - - 1 705 852.5 49 NANRING 0.75 3279 2 150 279.5 3 558.5 2 668.88 50 SAMSUDDIN 0.5 1700 - - 1 700 850 51 BAHTIAR 0.5 1708 - - 1 708 854 52 UNJUNG 0.5 1703 - - 1 703 851.5 53 HABASI 0.75 4675 1 200 156 4 831 3 623.25 54 DG. PADO 0.5 1710 - - 1 710 855 55 BUNGA 0.5 1700 - - 1 700 850 56 DG. BONTO 1 4732 2 365 307.45 5 039.45 5 039.45 57 DG. MUNRI 1 4110 2 400 312 4 422 4 422 58 MUDDING 1 6210 2 540 330.2 6 540.2 6 540.2 59 H. SESE 0.3 1000 - - 1 000 300 60 DG. SASI 0.3 1000 - - 1 000 300 61 SALLE 0.4 1084 - - 1 084 433.6 62 RASYID DG. TUT 0.2 1050 - - 1 050 210 63 ISMAIL 0.1 1002 - - 1 002 100.2 64 DG. MALIK 0.4 1120 - - 1 120 448 65 AGUS DG. TOLA 0.3 1082 - - 1 082 324.6 66 S. DG. RANYU 0.2 1100 - - 1 100 220 67 DG. ROLLA 0.2 1100 - - 1 100 220 68 BANTANG 0.2 1100 - - 1 100 220 69 DG. SANSU 0.4 1120 - - 1 120 448 133 Lampiran 2. Lanjutan NO. NAMA RESPONDEN LUAS LAHAN Ha PRODUKSI R. LAUT KERING Kg PRODUKSI R. LAUT BASAH Kg PRODUKSI R. LAUT BASAH KE KERING KONVERSI 8 : 1 TOTAL PRODUKSI R. LAUT KERING Kg LQ Kg 70 DG. SIKO 1 3746 900 117 3 863 3 863 71 RAMUDDIN 0.5 1801 - - 1 801 900.5 72 SULLE 0.5 1810 - - 1 810 905 73 WAWANG 0.5 1804 - - 1 804 902 74 HANAFING 0.5 1800 - - 1 800 900 75 DG. JUMPA 0.5 1800 - - 1 800 900 76 BUNDU 0.75 3298 - - 3 298 2 473.5 77 DG. SIAMA 0.5 1800 - - 1 800 900 78 ARIFIN 0.5 1800 - - 1 800 900 79 KAMA 0.75 3300 - - 3 300 2 475 80 THAMRIN 0.75 4270 - - 4 270 3 202.5 81 SIRIWA 0.5 1700 - - 1 700 850 82 ABD. MALIK 0.5 1700 - - 1 700 850 83 NERFA 0.75 3302 1 076 139.88 3 441.88 2 581.41 84 SONDANG 1 3305 1 450 188.5 3 493.5 3 493.5 85 SAFEI 1 3746 - - 3 746 3 746 86 BUSTAMIN 1 3310 - - 3 310 3 310 87 JARRE 1 4410 - - 4 410 4 410 88 ABD. RAHMAN 0.4 1103 - - 1 103 441.2 89 DG. NGASANG 0.4 1084 - - 1 084 433.6 90 SYARIFUDDIN 0.4 1102 - - 1 102 440.8 91 SUAIB 0.2 1056 - - 1 056 211.2 92 SAMPARA 0.2 1078 - - 1 078 215.6 117 Lampiran 2. Lanjutan NO. NAMA RESPONDEN LUAS LAHAN Ha PRODUKSI R. LAUT KERING Kg PRODUKSI R. LAUT BASAH Kg PRODUKSI R. LAUT BASAH KE KERING KONVERSI 8 : 1 TOTAL PRODUKSI R. LAUT KERING Kg LQ Kg 93 BOTOLO 0.3 1100 - - 1 100 330 JUMLAH 54.4 238 528 43 316 5 631.08 244 016.08 181 653.33 RATA-RATA

0.6 2 564.82

1 547 201.11 2 623.83 1 953.26 Keterangan : 1. Produksi Ha = ∑ LQ ∑ L = 181 653.33 54.4 = 3339.22 2. Produksi0.6 Ha = 0.6 X ∑ LQ ∑ L = 0.6 X 3339.22 = 2003.53 133 Lampiran 3. Produksi dan Harga Rumput Laut Petani Responden di Tingkat Pedagang Pengumpul NO NAMA RESPONDEN PENJUALAN TK. PEDAGANG PENGUMPUL TOTAL PENJUALAN RpKg NO NAMA RESPONDEN PENJUALAN TK. PEDAGANG PENGUMPUL TOTAL PENJUALAN RpKg PRODUKSI Kg HARGA RpKg PRODUKSI Kg HARGA RpKg 1 BAUNA DG. SAN 1700 6500 11050000 30 DG.TINO 993 7000 6951000 2 PUDDING DG. SIA 1530 7000 10710000 31 DG.MILE 989 7000 6923000 3 ASRUL DG. NYA 3900 7000 27300000 32 DG.RURUNG 1286 7000 9002000 4 MUH. ALI DG. K 2789 7000 19523000 33 DG.NGABU 2100 6500 13650000 5 MANJALLI DG. S 3935 6500 25577500 34 DG.GASSING 4000 7500 30000000 6 BONDE DG. NG 1540 7000 10780000 35 DG.NYARRANG 3700 7000 25900000 7 TAJUDDIN DG. N 1505 7000 10535000 36 DG. NGIMBA 3783 7000 26481000 8 SAIYANG DG. JA 2892 7000 20244000 37 L. DG. SITABA 3275 7000 22925000 9 JOHO DG. MILE 2738 7000 19166000 38 DG. RATE 2437 7000 17059000 10 DG. NOJENG 1730 7000 12110000 39 DG. NAI 3900 7000 27300000 11 DG. RANI S. 2010 7500 15075000 40 DG. BASU 4010 7000 28070000 12 B. DG. SILA 4013 7500 30097500 41 SANGKALA 1700 6500 11050000 13 TAMRIN DG. TIN 3870 7000 27090000 42 DG. BUNDU 1060 7000 7420000 14 MANGASA DG. L 1586 7000 11102000 43 DG.JUMPA 1100 7500 8250000 15 PATA DG. M 1550 7500 11625000 44 DG. SAMSU 1113 7500 8347500 16 DG. TIRO 1055 7500 7912500 45 S.DG. TARANG 1700 7500 12750000 17 DG. NGERO 1159 6500 7533500 46 AKBAR DG. L 1528 7500 11460000 18 DG. TALLI 1420 7500 10650000 47 NASSA DG. KUL 1530 7500 11475000 19 DG. TOMBONG 3790 7000 26530000 48 TIMUN 1705 7500 12787500 20 DG. BASIR 3050 7000 21350000 49 NANRING 3279 7500 24592500 21 MUCHTAR DG. B 3560 7000 24920000 50 SAMSUDDIN 1700 7500 12750000 22 DG.NAI 3992 7500 29940000 51 BAHTIAR 1708 7500 12810000 23 BASO DG.LOLO 4020 7500 30150000 52 UNJUNG 1703 7500 12772500 24 DG.TARANG 3985 7000 27895000 53 HABASI 3300 7500 24750000 25 DG.TAWANG 2768 7000 19376000 54 DG. PADO 1710 7500 12825000 26 DG.NGAGO 3420 7000 23940000 55 BUNGA 1700 7500 12750000 27 TOMI DG.LELE 1100 7000 7700000 56 DG. BONTO 4732 7500 35490000 28 DG.SESE 1531 7000 10717000 57 DG. MUNRI 4110 7500 30825000 29 H.ALI 1000 7000 7000000 58 MUDDING 4110 7500 30825000 119 Lampiran 3. Lanjutan NO NAMA RESPONDEN PENJUALAN TK. PEDAGANG PENGUMPUL TOTAL PENJUALAN RpKg NO NAMA RESPONDEN PENJUALAN TK. PEDAGANG PENGUMPUL TOTAL PENJUALAN RpKg PRODUKSI Kg HARGA RpKg PRODUKSI Kg HARGA RpKg 59 H. SESE 1000 7500 7500000 88 ABD. RAHMAN 1103 7500 8272500 60 DG. SASI 1000 7500 7500000 89 DG. NGASANG 1084 7500 8130000 61 SALLE 1084 7500 8130000 90 SYARIFUDDIN 1102 7500 8265000 62 RASYID DG. TUT 1050 7500 7875000 91 SUAIB 1056 7500 7920000 63 ISMAIL 1002 7500 7515000 92 SAMPARA 1078 7500 8085000 64 DG. MALIK 1120 7500 8400000 93 BOTOLO 1100 7500 8250000 65 AGUS DG. TOLA 1082 7500 8115000 JUMLAH 208 022 678 000 1 512 712 500 66 S. DG. RANYU 1100 7500 8250000 RATA-RATA 2 237 7 290 16 265 726 67 DG. ROLLA 1100 7500 8250000 68 BANTANG 1100 7500 8250000 Keterangan : 69 DG. SANSU 1120 7500 8400000 70 DG. SIKO 3746 7500 28095000 Total Penjualan = Produksi X Harga 71 RAMUDDIN 1801 7500 13507500 72 SULLE 1810 7500 13575000 73 WAWANG 1804 7500 13530000 74 HANAFING 1800 7500 13500000 75 DG. JUMPA 1800 7500 13500000 76 BUNDU 3298 7500 24735000 77 DG. SIAMA 1800 7500 13500000 78 ARIFIN 1800 7500 13500000 79 KAMA 3300 7500 24750000 80 THAMRIN 3310 7500 24825000 81 SIRIWA 1700 7500 12750000 82 ABD. MALIK 1700 7500 12750000 83 NERFA 3302 7500 24765000 84 SONDANG 3305 7500 24787500 85 SAFEI 3746 7500 28095000 86 BUSTAMIN 3310 7500 24825000 87 JARRE 3310 7500 24825000 12 133 Lampiran 4. Produksi dan Harga Rumput Laut Petani Responden di Tingkat Eksportir N O NAMA RESPONDEN PENJUALAN TK. EKSPORTIR TOT.PEN JUALAN RpKg NO NAMA RESPONDEN PENJUALAN TK. EKSPORTIR TOT.PENJUAL AN RpKg PRODUKSI Kg HARGA RpKg B. PEMASARAN RpKg PRODUKSI Kg HARGA RpKg B. PEMASARAN RpKg 1 BAUNA DG. SAN - - 35 DG.NYARRANG 3200 9300 330 28704000 2 PUDDING DG. SIA - - 36 DG. NGIMBA 2750 9000 320 23870000 3 ASRUL DG. NYA 2700 9300 343 24183900 37 L. DG. SITABA - - 4 MUH. ALI DG. K 2310 8900 300 19866000 38 DG. RATE - - 5 MANJALLI DG. S 1720 9300 275 15523000 39 DG. NAI - - 6 BONDE DG. NG - - 40 DG. BASU - - 7 TAJUDDIN DG. N - - 41 SANGKALA - - 8 SAIYANG DG. JA 3105 9275 343 27733860 42 DG. BUNDU - - 9 JOHO DG. MILE - - 43 DG.JUMPA - - 10 DG. NOJENG - - 44 DG. SAMSU - - 11 DG. RANI S. - - 45 S.DG. TARANG - - 12 B. DG. SILA 2600 9300 343 23288200 46 AKBAR DG. L - - 13 TAMRIN DG. TIN 2050 9275 313 18372100 47 NASSA DG. K - - 14 MANGASA DG. L - - 48 TIMUN - - 15 PATA DG. M - - 49 NANRING - - 16 DG. TIRO - - 50 SAMSUDDIN - - 17 DG. NGERO - - 51 BAHTIAR - - 18 DG. TALLI - - 52 UNJUNG - - 19 DG. TOMBONG 2436 9300 330 21850920 53 HABASI 1375 9275 320 12313125 20 DG. BASIR 2100 9000 340 18186000 54 DG. PADO - - 21 MUCHTAR DG. B - - 55 BUNGA - - 22 DG.NAI - - 56 DG. BONTO - - 23 BASO DG.LOLO - - 57 DG. MUNRI - - 24 DG.TARANG - - 58 MUDDING 2100 9300 330 18837000 25 DG.TAWANG - - 59 H. SESE - - 26 DG.NGAGO - - 60 DG. SASI - - 27 TOMI DG.LELE - - 61 SALLE - - 28 DG.SESE - - 62 RASYID DG. T - - 29 H.ALI - - 63 ISMAIL - - 30 DG. TINO - - 64 DG. MALIK - - 31 DG.MILE - - 65 AGUS DG. T - - 32 DG.RURUNG - - 66 S. DG. RANYU - - 33 DG.NGABU - - 67 DG. ROLLA - - 34 DG.GASSING - - 68 BANTANG - - 121 Lampiran 4. Lanjutan NO NAMA RESPONDEN PENJUALAN TK. EKSPORTIR TOT.PENJUALAN RpKg PRODUKSI Kg HARGA RpKg

B. PEMASARAN RpKg

69 DG. SANSU - - 70 DG. SIKO - - Keterangan : 71 RAMUDDIN - - 72 SULLE - - Total Penjualan = Produksi X Harga – B. Pemasaran 73 WAWANG - - 74 HANAFING - - 75 DG. JUMPA - - 76 BUNDU - - 77 DG. SIAMA - - 78 ARIFIN - - 79 KAMA - - 80 THAMRIN 960 8900 300 8256000 81 SIRIWA - - 82 ABD. MALIK - - 83 NERFA - - 84 SONDANG - - 85 SAFEI - - 86 BUSTAMIN - - 87 JARRE 1100 9200 345 9740500 88 ABD. RAHMAN - - 89 DG. NGASANG - - 90 SYARIFUDDIN - - 91 SUAIB - - 92 SAMPARA - - 93 BOTOLO - - JUMLAH 30 506 128 625 4 532 270 724 605 RATA-RATA 2 179 9 187.5 323.71 19 337 472 12 2 133 Lampiran 5. Produksi dan Harga Rumput Laut Petani Responden di Tingkat Industri Pengolahan NO NAMA RESPONDEN PENJUALAN TK. INDUSTRI TOT.PENJ UALAN RpKg NO NAMA RESPONDEN PENJUALAN TK. INDUSTRI TOT.PENJU ALAN RpKg PRODUKSI Kg HARGA RpKg B. PEMASARAN RpKg PRODUKSI Kg HARGA RpKg B. PEMASARAN RpKg 1 BAUNA DG. SAN 115.7 4100 30140 444230 35 DG.NYARRAN 2 PUDDING DG. SIA 123.5 4100 31700 474650 36 DG. NGIMBA 3 ASRUL DG. NYA 156 4000 38200 585800 37 L. DG. SITABA 207.09 4100 46418 802651 4 MUH. ALI DG. K 38 DG. RATE 5 MANJALLI DG. S 143 4200 35530 565070 39 DG. NAI 6 BONDE DG. NG 130 5050 31000 625500 40 DG. BASU 7 TAJUDDIN DG. N 104 4100 28400 398000 41 SANGKALA 8 SAIYANG DG. JA 42 DG. BUNDU 9 JOHO DG. MILE 123.5 4100 29900 476450 43 DG.JUMPA 10 DG. NOJENG 44 DG. SAMSU 11 DG. RANI S. 45 S.DG. TARANG 12 B. DG. SILA 4200 46 AKBAR DG. L 13 TAMRIN DG. TIN 273 4100 59600 1059700 47 NASSA DG. K 14 MANGASA DG. L 48 TIMUN 15 PATA DG. M 49 NANRING 279.5 4100 63695 1082255 16 DG. TIRO 50 SAMSUDDIN 17 DG. NGERO 51 BAHTIAR 18 DG. TALLI 143 4100 33900 552400 52 UNJUNG 19 DG. TOMBONG 266.5 4100 60300 1032350 53 HABASI 156 4100 36700 602900 20 DG. BASIR 247 4100 54400 958300 54 DG. PADO 21 MUCHTAR DG. B 195 4100 46000 753500 55 BUNGA 22 DG.NAI 195 4100 46000 753500 56 DG. BONTO 307.45 4100 71564.5 1188980.5 23 BASO DG.LOLO 273 4100 61600 1057700 57 DG. MUNRI 312 4100 69400 1209800 24 DG.TARANG 228.15 4100 52630 882785 58 MUDDING 330.2 4100 74842 1278978 25 DG.TAWANG 129.09 4100 32818 496451 59 H. SESE 26 DG.NGAGO 243.62 4100 55724 943118 60 DG. SASI 27 TOMI DG.LELE 61 SALLE 28 DG.SESE 62 RASYID DG. 29 H.ALI 63 ISMAIL 30 DG. TINO 64 DG. MALIK 31 DG.MILE 115.7 4100 65 AGUS DG. T 32 DG.RURUNG 123.5 4100 66 S. DG. RANYU 33 DG.NGABU 156 4000 67 DG. ROLLA 34 DG.GASSING 85008 1396732 68 BANTANG 123 Lampiran 5. Lanjutan NO NAMA RESPONDEN PENJUALAN TK. INDUSTRI TOT.PENJUALAN RpKg PRODUKSI Kg HARGA RpKg

B. PEMASARAN RpKg

69 DG. SANSU 70 DG. SIKO 117 4100 31070 448630 71 RAMUDDIN 72 SULLE 73 WAWANG 74 HANAFING 75 DG. JUMPA 76 BUNDU 77 DG. SIAMA 78 ARIFIN 79 KAMA 80 THAMRIN 81 SIRIWA 82 ABD. MALIK 83 NERFA 139.88 4200 34874.8 552621.2 84 SONDANG 188.5 4100 45085 727765 85 SAFEI 86 BUSTAMIN 87 JARRE 88 ABD. RAHMAN 89 DG. NGASANG 90 SYARIFUDDIN 91 SUAIB 92 SAMPARA 93 BOTOLO JUMLAH 5 488.08 115 950 21 350 816.7 RATA-RATA 201.11 4 141.07 762 529.17 Lampiran 6. Perbandingan Kualitas Rumput Laut Indonesia dengan Negara Pesaing No. PARAMETER STANDAR NEGARA PHILPINA CHILI INDONESIA 1 Kadar Air Max 35 35 – 36 35 – 37 37 – 38 2 Kadar Garam Max 3 3 – 10 4 – 10 5 – 14 3 Rendemen Min 28 22 – 27 23 – 26 17 – 23 4 Warna Lighter Lighter Lighter Blast 5 Kotoran Bebas Pasir, Semen dan Batu Bebas Pasir, Semen dan Batu Bebas Pasir, masih mengandung batu Mengandung Pasir, semen dan kerikil Sumber : Dakay, B, 2008. Lampiran 7. Standar Ekspor Rumput Laut Eucheuma sp dan Gracilaria sp Uraian Eucheuma sp Gracilaria sp Kadar Air 31 - 35 18 – 22 Kadar Garam Maksimal 5 Maksimal 2 Rendemen Minimal 25 14 – 20 Kotoran Bebas dari pasir, semen dan batu Bebas dari pasir, semen dan batu Sumber : Anggadiredja, 2009. Lampiran 8. Alokasi Komponen Biaya Input dan Output Dalam Komponen Domestik dan Asing No. Uraian Domestik Asing A 1. Penerimaan Rumput Laut Kering 100 B 1 2 3 4 5 Biaya Input Produksi Bibit Rumput Laut Tali Rafia Solar Tenaga Kerja Penyusutan Alat 100 80 70 100 100 20 30 Sumber : Novianti, 2003; Sudarlin, 2008. Lampiran 9. Perhitungan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2010 No. Bulan Tahun 2010 1 Januari 9 365.00 2 Februari 9 335.00 3 Maret 9 115.00 4 April 9 012.00 5 Mei 9 180.00 6 Juni 9 083.00 7 Juli 8 952.00 8 Agustus 9 041.00 9 September I 8 973.00 10 September II 8 953.00 11 September III 8 924.00 12 Okteber I 8 927.00 13 Okteber II 8 923.00 14 Okteber III 8 936.00 15 Okteber IV 8 928.00 16 November I 8 898.00 17 November II 8 936.00 18 November III 8 945.00 19 November IV 9 013.00 20 Desember I 9 008.00 21 Desember II 9 018.00 Rata-Rata 9 022.14 Sumber : Data Statistik Bank Indonesia, 2010. Konversi Ekspor dan Impor dalam Mata Uang Rupiah Tahun 2010 US Rp Export 157 779 103 470.00 1 423 505 611 378 260.00 Import 135 663 284 048.00 1 223 973 529 150 210.00 Nilai Tukar Bayangan SER Xt 1 423 505 611 378 260.00 Mt 1 223 973 529 150 210.00 Txt 8 030 000 000 000.00 Tmt 19 760 000 000 000.00 SCF 0.995588914 OER 9 022.14 SER 9 062.12 Lampiran 10. Perhitungan Harga Paritas Ekspor di Tingkat Petani Rumput Laut di Kepulauan Tanakeke 1 CIF Rumput Laut di China USTon 1 1 287 2 Freight and Insurance USTon 2 128 3 FOB Rumput Laut Pelabuhan Makassar USTon 1 159 4 Nilai Tukar Bayangan RpUS 9 062.12 5 Harga FOB dalam Mata Uang Domestik RpTon 10 502 997 6 Faktor Konversi Berat KgTon 1 000 7 Harga FOB Domestik dalam Konversi Berat RpKg 10 503 8 Transportasi dan Handling Eksportir RpKg a. Pelabuhan – Provinsi RpKg 498 b. Bongkar Muat, Biaya Perlakuan RpKg 544 9 Harga Paritas Ekspor Tingkat Pedagang Besar RpKg 9 461 10 Biaya Distribusi ke Tingkat Pedagang Pengumpul 2 RpKg - Provinsi – Kabupaten RpKg 1 350 11 Harga Paritas Ekspor Tingkat Pedagang Pengumpul 2 RpKg 8 111 12 Biaya Distribusi ke Tingkat Pedagang Pengumpul 1 RpKg - Kecamatan – Kabupaten RpKg 375 13 Harga Paritas Ekspor Tingkat Pedagang Pengumpul 1 RpKg 7736 14 Biaya Distribusi ke Tingkat Petani RpKg - Kepulauan Tanakeke – Kecamatan RpKg 85 15 Harga Paritas Ekspor Tingkat Petani RpKg 7 651 Sumber Data : 1 Kementrian Kelautan dan Perikanan http:jasuda.net 2 10 dari harga FOB untuk barang yang berasal dari Asia Dirjen Pajak Lampiran 11. Harga Privat dan Harga Sosial Input-Output Pengusahaan Rumput Laut di Kepulauan Tanakeke INPUT Satuan Privat Sosial INPUT TRADABLE Bibit Rumput Laut RpKg 3 000.00 3 000.00 Tali Rapia RpKg 15 000 15 000 Bahan Bakar RpLiter 4 500 4 500 FAKTOR DOMESTIK Tenaga Kerja Ikat Bibit RpHOK 1 500.00 1 380.00 Lepas Bibit RpHOK 1 000.00 920.00 Peralatan Penyusutan Peralatan RpUnit 2 465 813 2 465 813 OUTPUT Rumput Laut Kering RpKg 7 396.18 7 651.00 Lampiran 12. Tabel PAM Policy Analisis Matrix dan Indikator Daya Saing Usahatani Rumput Laut di Kepulauan Tanakeke, 2011. Uraian Penerimaan Biaya Profit Asing Domestik Nilai Finansial 14 818 468.52 208 050 9 751 763 4 858 655.52 Nilai Ekonomi 15 329 008.03 208 050 9 660 925 5 460 035.03 DivergensiDampak Kebijakan Pemerintah -510 539.51 90 840 -601 379.51 Indikator Daya Saing Nilai Keuntungan Privat 4 858 655.52 Keuntungan Sosial 5 460 035.03 DRC Domestic Resource Ratio 0.64 PCR Privat Cost Ratio 0.67 Indikator Dampak Kebijakan OT Output Transfer -510 539.51 NPCO Nominal Protection Coefficient on Output 0.97 IT Input Transfer for Tradable NPCI Nominal Protection Coefficient on Input 1.00 FT Factor Transfer 90 840 EPC Effective Protection Coefficient 0.97 NT Net Transfer -601 379.51 SRP Subsidy Ratio to Product -0.04 PC Profitability Coefficient 0.89 Lampiran 13. Tabel PAM Policy Analisis Matrix dan Indikator Daya Saing Usahatani Rumput Laut Pada Saat Harga Output Rumput Laut Turun Sebesar 16 Persen di Kepulauan Tanakeke, 2011. Indikator Daya Saing Keuntungan Privat = 2 487 698.15 Keuntungan Sosial = 3 007 393.75 DRC = 0.76 PCR = 0.80 Lampiran 14. Tabel PAM Policy Analisis Matrix dan Indikator Daya Saing Usahatani Rumput Laut Pada Saat Produksi Rumput Laut Turun Sebesar 30 Persen di Kepulauan Tanakeke, 2011. Indikator Daya Saing Keuntungan Privat = 413 107.56 Keuntungan Sosial = 861 324.97 DRC = 0.92 PCR = 0.96 Uraian Penerimaan Biaya Profit Asing Domestik Nilai Finansial 12 447 511.15 208 050 9 751 763 2 487 698.15 Nilai Ekonomi 12 876 366.76 208 050 9 660 923 3 007 393.75 DivergensiDampak Kebijakan Pemerintah -428 855.6 90 840 -519 695.6 Uraian Penerimaan Biaya Profit Asing Domestik Harga Privat 10 372 920.56 208 050 9 751 763 413 107.56 Harga Sosial 10 730 297.97 208 050 9 660 923 861 324.97 DivergensiDampak Kebijakan Pemerintah -357 377.41 90 840 -448 217.41 Lampiran 15. Saluran Pemasaran Rumput Laut di Kepulauan Tanakeke, Tahun 2011. Keterangan : Biaya Pengangkutan : Petani – Pedagang Tingkat Kepulauan = Rp 65Kg Pedagang Tk. Kepulauan – PP Tk. Kecamatan = Rp 85Kg PP Tk. Kecamatan – Pedagang Tk. Kabupaten P. Besar = Rp 55Kg Pedagang Besar – Eksportir = Rp 75Kg Petani Rumput Laut Pedagang Pengumpul Tingkat Kepulauan Tanakeke Pedagang Pengumpul Tingkat Kecamatan Pedagang Pengumpul Tingkat Kabupaten Eksportir Pedagang Pengumpul Tingkat Kepulauan Tanakeke Industri Pengolahan Rumput Laut di Kabupaten Takalar 133 ABSTRACT MUTMAINNA. The Impact of Government Policies on Profitability and Competitiveness of Seaweed at Tanakeke Islands, South Sulawesi Province RITA NURMALINA as Chairman and SRI UTAMI KUNTJORO as a Member of the Advisory of Committee Seaweed is one of the leading commodities in the Fisheries Revitalization Program in South Sulawesi. Production and export growth of seaweed over the last five years experienced a significant increase but will not be offset by the value of export receipts caused by the quality of seaweed produced in Tanakeke islands so low that the price of seaweed in the international market is low. Therefore, This study aims to analyze: 1 the level of financial and economic benefits, 2 the competitiveness of commodities seaweed the through competitive and comparative advantage, 3 the impact of government’s input-output policy on the competitiveness and benefits of commodities seaweed. Policy Analysis Matrix PAM was employed in this study in order to calculate the private and social prices of revenue and cost of the seaweed in which the social price was calculate from the shadow price of output is based on FOB prices in the port of export Makassar and private prices from seaweed adjusted real actual price received by farmers Tanakeke Islands. The results showed that: 1 the seaweed in Tanakeke islands was profitable both privately and socially profitable, 2 it had competitive advantage PCR 1 and comparative advantage DRC 1, 3 the impact of government policy on output indicates negative result means that government intervention has not been effective so that the prices received by farmers is lower than international prices. Key Words : Seaweed, Profit, Competitive Advantage, Comparative Advantage, Policy Impact RINGKASAN MUTMAINNA. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Keuntungan dan Daya Saing Rumput Laut di Kepulauan Tanakeke, Provinsi Sulawesi Selatan. RITA NURMALINA sebagai Ketua dan SRI UTAMI KUNTJORO sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Rumput laut merupakan salah satu komoditi unggulan dalam program Revitalisasi Perikanan Budidaya tahun 2006-2009. Indonesia termasuk salah satu produsen terbesar dunia, bahkan menjadi peringkat kedua produsen rumput laut dunia setelah negara China. perkembangan produksi rumput laut Indonesia meningkat pesat. Tahun 2005 produksi Indonesia hanya sebesar 85 400 ton yang meningkat menjadi 140 020 ton atau 0.79 persen dari total potensi pada tahun 2010. Hal ini semakin memperbaiki posisi Indonesia sebagai produsen rumput laut dunia dan berdampak positif terhadap peningkatan ekspor rumput laut Indonesia di pasar internasional. Peranan Indonesia di pasar rumput laut dunia, sebagai produsen ataupun eksportir juga dapat dilihat dari besarnya pangsa pasar yang dimiliki Indonesia di pasar internasional. Pangsa pasar rumput laut Indonesia di pasar internasional pada tahun 2005-2009 mengalami fluktuatif akan tetapi relatif meningkat FAO, 2010. Negara importir utama rumput laut adalah China, Jepang, Hongkong dan Amerika. Apabila suatu negara memiliki pangsa pasar yang baik di negara importir utama, maka dapat dikatakan bahwa negara tersebut memiliki daya saing di pasar internasional rumput laut. Peningkatan standar kualitas atau mutu terhadap rumput laut oleh negara importir merupakan salah satu kendala sulitnya menembus pasar rumput laut internasional. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah penghasil rumput laut terbesar di Indonesia dengan salah satu sentra produksinya adalah Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar. Berdasarkan data DKP Takalar 2011, produksi rumput laut Takalar tahun 2010 sebesar 457 474 ton atau 30.50 persen terhadap produksi Sulawesi Selatan. Hal ini tentunya akan mempengaruhi ekspor rumput laut Sulawesi Selatan. Perkembangan ekspor rumput laut Sulawesi Selatan mengalami fluktuatif dengan trend yang meningkat, akan tetapi peningkatan ini tidak diikuti dengan peningkatan nilai ekspornya. Hal ini disebabkan tidak kondusifnya perdagangan internasional rumput laut Sulawesi Selatan karena permasalahan jaminan kualitas. Selain itu adanya persaingan dengan negara-negara eksportir lainnya seperti Philphina yang memiliki kuantitas yang besar dan kualitas rumput laut yang sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa daya saing rumput laut di Kepulauan Tanakeke mengalami penurunan. Selain itu akan berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh petani menurun akibat rendahnya harga jual rumput laut. Oleh karena itu perlu dikembangkan kebijakan yang diharapkan mampu melindungi pengusahaan rumput laut. Kebijakan tersebut dapat berupa tarif, subsidi, kuota dan pajak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : 1 tingkat keuntungan usahatani rumput laut secara privat atau finansial dan Sosial atau ekonomi di Kepulauan Tanakeke, 2 daya saing rumput laut melalui keunggulan kompetitif dan komparatif, dan 3 dampak kebijakan pemerintah terhadap keuntungan dan daya saing rumput laut di Kepulauan Tanakeke. Penelitian ini dilakukan di Kepulauan Tanakeke. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan daerah sentra pengusahaan rumput laut kering yang diekspor ke berbagai negara. Daya saing pengusahaan rumput laut dianalisis dan diukur melalui keuntungan finansial, keuntungan ekonomi, analisis keunggulan kompetitif dan komparatif dengan menggunakan Policy Analysis Matrix PAM. Berdasarkan analisis PAM secara keseluruhan, pengusahaan rumput laut di Kepulauan Tanakeke memiliki keunggulan kompetitif PCR 1 dan komparatif DRC 1. Nilai PCR sebesar 0.67 yang menunjukkan bahwa untuk memperoleh nilai tambah output sebesar satu satuan pada harga privat diperlukan tambahan biaya domestik sebesar 0.67. Dengan demikian pengusahaan rumput laut di Kepulauan Tanakeke efesien secara finansial atau memiliki keunggulan kompetitif. Sedangkan nilai DRC yang diperoleh petani rumput laut di Kepulauan Tanakeke sebesar 0.64 DRC 1. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya sumberdaya domestik yang digunakan lebih kecil dibandingkan dengan penerimaannya. Artinya setiap 1 satuan yang dihasilkan karena mengekspor rumput laut kering, jika diproduksi di Kepulauan Tanakeke hanya membutuhkan biaya input asing sebesar 0.64 satuan sehingga terjadi penghematan devisa sebesar 0.36 satuan. Dengan demikian pengusahaan rumput laut di Kepulauan Tanakeke efesien secara ekonomi atau memiliki keunggulan komparatif. Pengusahaan rumput laut baik secara finansial maupun ekonomi mempunyai efesiensi yang tidak terlalu tinggi, akan tetapi tetap memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif sebagai komoditi ekspor. Dengan demikian komoditi rumput laut mempunyai daya saing di pasar internasional. Analisis dampak kebijakan pemeintah dalam tabel PAM dari sisi output ditunjukkan oleh nilai OT yang lebih kecil dari nol OT 0 atau negatif yakni sebesar 510 539.51. Hal ini berarti bahwa harga privat output rumput laut lebih rendah dibandingkan harga sosialnya. Artinya bahwa dengan adanya kebijakan pemerintah terhadap output rumput laut tersebut lebih menguntungkan konsumen, karena konsumen membeli output rumput laut dengan harga yang lebih rendah dari harga sebenarnya tanpa kebijakan pemerintah. Artinya terdapat pengalihan surplus dari produsen ke konsumen. Sedangkan Nominal Protection Coefficient on Output NPCO yang dihasilkan sebesar 0.97 atau NPCO 1. Hasil ini menunjukkan bahwa petani rumput laut di Kepulauan Tanakeke menerima harga lebih murah dari harga dunia, dimana harga jual rumput laut kering di tingkat petani 13 persen lebih murah dari harga rumput laut di pasar internasional. Artinya kebijakan pemerintah berupa pajak terhadap ekspor rumput laut khususnya ke negara China sebagai negara tujuan ekspor terbesar Indonesia menyebabkan harga yang diterima oleh petani rumput laut di Kepulauan Tanakeke menjadi lebih murah. Selain itu adanya mekanisme pasar, dimana harga rumput laut lebih banyak dikendalikan oleh pembeli atau pedagang yang menunjukkan ketidakmampuan petani memasuki pasar internasional apabila rumput laut yang dihasilkan tidak memenuhi standar meskipun menguntungkan. Kebijakan pemerintah dalam penggunaan input rumput laut di Kepulauan Tanakeke dapat dilihat melalui nilai Input Transfer IT yang bernilai nol IT = 0. Hal ini menunjukkan bahwa harga input tradable yang dibeli petani di Kepulauan Tanakeke sama dengan harga input tradable di pasar internasional. Artinya ada atau tidak ada kebijakan pemerintah terhadap input tradable, harga yang diterima oleh petani akan sama. Nilai Factor Transfer FT merupakan nilai yang menunjukkan perbedaan harga finansial dengan harga ekonomi yang diterima produsen untuk pembayaran faktor-faktor produksi. Nilai FT pada pengusahaan rumput laut bernilai positif FT 0 atau sebesar 90 840, ini berarti bahwa harga input non tradable yang dikeluarkan oleh petani rumput laut di Kepulauan Tanakeke pada harga privat lebih besar dibanding dengan harga ekonomi atau sosialnya. Sedangkan Nominal Protection Coefficient on Input NPCI merupakan rasio antara biaya input asing yang dihitung berdasarkan harga finansial dengan harga input asing yang dihitung berdasarkan harga ekonomi. Nilai NPCI pengusahaan rumput laut di Kepulauan Tanakeke sebesar 1 atau NPCI = 1. Hal ini menunjukkan bahwa total biaya input tradable karena adanya kebijakan pemerintah sama dengan biaya input tradable tanpa kebijakan pemerintah. Artinya ada atau tidak ada kebijakan pemerintah terhadap input tradable , petani rumput laut di Kepulauan Tanakeke tetap membeli input tradable dengan harga yang sama. Dampak efektif dari insentif yang diberikan pemerintah pada output dan input secara keseluruhan terhadap usahatani rumput laut dapat dilihat dari nilai Effective Protection Coefficient EPC. Nilai EPC pada pengusahaan rumput laut di Kepulauan Tanakeke bernilai kurang dari satu yakni sebesar 0.97 EPC 1, ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah terhadap input-output tidak berjalan dengan efektif bagi petani rumput laut di Kepulauan Tanakeke untuk berproduksi. Nilai PC yang diperoleh pada pengusahaan rumput laut di Kepulauan Tanakeke kurang dari satu yaitu sebesar 0.89. Artinya bahwa keuntungan yang diterima oleh petani rumput laut lebih rendah sebesar 89 persen berkurang sebesar 11 persen dari keuntungan yang seharusnya diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah tidak memberikan insentif kepada petani dan membuat keuntungan yang diterima oleh petani lebih rendah dibandingkan dengan tanpa ada kebijakan. Nilai Net Transfer NT merupakan selisih antara keuntungan bersih yang benar-benar diterima produsen dengan keuntungan bersih ekonominya. Nilai NT pengusahaan rumput laut di Kepulauan Tanakeke adalah negatif yaitu sebesar Rp 601 379.51. Artinya transfer yang diterima dari produsen input tradable dan faktor domestik lebih sedikit dari transfer yang diberikan kepada konsumen. Sedangkan nilai rasio subsidi bagi produsen SRP merupakan rasio dari net transfer dengan penerimaan sosialnya. Nilai SRP yang dihasilkan pengusahaan rumput laut di Kepulauan Tanakeke bernilai negatif sebesar 0.04. Hal ini berarti bahwa kebijakan pemerintah saat ini , menyebabkan petani rumput laut mengeluarkan biaya produksi 4 persen lebih besar daripada penerimaan yang diterima oleh petani rumput laut di Kepulauan Tanakeke. Kondisi ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah berpengaruh negatif terhadap struktur biaya produksi, karena biaya yang diinvestasikan petani lebih besar daripada peningkatan keuntungan yang diterima petani itu sendiri. Kata Kunci : Rumput Laut, Keuntungan, Keunggulan Kompetitif dan Komparatif, Dampak Kebijakan Pemerintah PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat penting dalam pembangunan. Potensi ini berupa sumberdaya lahan yang sangat besar untuk pengembangan budidaya rumput laut. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan 2011, total luas lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya rumput laut sebesar 1 110 900 hektar dengan tingkat produktivitas 128 ton berat basah per hektar per tahun atau 16 ton berat kering per hektar per tahun, sehingga potensi produksi rumput laut Indonesia adalah 17 774 400 ton berat kering per tahun. Rumput laut menjadi salah satu komoditas unggulan dalam Program Revitalisasi Perikanan Budidaya tahun 2006-2009 selain udang dan tuna, yang telah dicanangkan oleh presiden pada tanggal 11 Juni 2005 dan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan, menyumbang ekspor non migas, mengurangi kemiskinan dan menyerap tenaga kerja nasional Burhanuddin, 2008. Beberapa hal yang menjadi keunggulan rumput laut antara lain : 1 peluang pasar ekspor yang terbuka luas, 2 belum ada batasan atau kuota perdagangan bagi rumput laut, 3 teknologi pembudidayaannya sederhana, sehingga mudah dikuasai, 4 siklus pembudidayaannya relatif singkat, sehingga cepat memberikan keuntungan, 5 kebutuhan modal relatif kecil, dan 6 merupakan komoditas yang tidak tergantikan, karena tidak ada produk sintetisnya Anggadiretdja, 2006. Oleh karena itu rumput laut termasuk komoditas unggulan yang perlu mendapat prioritas dalam penanganannya. Rumput laut di pasar internasional pada umumnya diproduksi oleh negara- negara Asia seperti Indonesia, China, Philphina, Korea dan beberapa negara Eropa seperti Chili, Prancis, Tanzania dan Mexico FAO, 2010. Indonesia termasuk salah satu produsen terbesar dunia, bahkan menjadi peringkat kedua produsen rumput laut dunia setelah negara China untuk jenis Eucheuma cottoni. Pada kurun waktu enam tahun terakhir 2005-2010, perkembangan produksi rumput laut Indonesia meningkat pesat. Tahun 2005 produksi rumput laut Indonesia untuk jenis Eucheuma cottoni hanya sebesar 85 400 ton berat kering yang meningkat pada tahun 2010 menjadi 140 020 ton berat kering. Hal ini semakin memperbaiki posisi Indonesia sebagai produsen rumput laut dunia dan berdampak positif terhadap peningkatan ekspor rumput laut Indonesia di pasar internasional. Perkembangan produksi dan ekspor rumput laut Indonesia tahun 2005-2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Kering Jenis Eucheuma cottoni Indonesia Tahun 2005 – 2010 No Tahun Produksi Ton Persentase Pertumbuhan Ekspor Ton Persentase Pertumbuhan 1 2005 85 400 - 69 264 - 2 2006 98 200 14.99 95 588 38.01 3 2007 114 900 17.01 94 073 -1.58 4 2008 139 100 21.06 99 948 6.25 5 2009 155 060 11.47 94 002 -5.95 6 2010 140 020 -9.70 126 177 34.23 Rata-Rata Pertumbuhan Tahun 2005-2010 10.97 14.19 Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011 Tabel 1 memperlihatkan bahwa produksi rumput laut kering mengalami peningkatan selama kurun waktu 2005 hingga 2008, akan tetapi tahun 2009 sampai 2010 mengalami penurunan akibat terjadinya intensitas la nina yang berkepanjangan dan beberapa sentra produksi mengalami serangan penyakit ice- ice. Demikian pula dengan ekspor rumput laut kering Indonesia mengalami fluktuasi akan tetapi semakin meningkat dengan rata-rata peningkatan ekspor rumput laut kering sebesar 14.19 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan rumput laut mengalami peningkatan, sehingga perlu usaha untuk meningkatkan produksi dan ekspor ke berbagai negara. Akan tetapi sebagian besar ekspor rumput laut Indonesia masih dalam bentuk bahan baku kering raw material dan sebagian lagi untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan dalam negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan , 2010. Peranan Indonesia di pasar rumput laut dunia, baik sebagai produsen ataupun eksportir juga dapat dilihat dari besarnya pangsa pasar Indonesia di pasar internasional. Dalam konteks perdagangan internasional, dengan beberapa produsen sekaligus eksportir seharusnya menguntungkan dalam penguasan pangsa pasar. Oleh karena itu, ekspor rumput laut Indonesia yang relatif meningkat secara otomatis mendorong peningkatan pangsa pasar rumput laut di pasar internasional. Trend peningkatan pangsa pasar rumput laut Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber : FAO, 2010 Diolah Gambar 1. Trend Pangsa Pasar Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional . Apabila dilihat dari pangsa pasar rumput laut Indonesia di pasar internasional mengalami fluktuatif akan tetapi relatif meningkat. Kondisi ini seharusnya dapat menunjukkan bahwa Indonesia memiliki daya saing yang semakin kompetitif di pasar internasional. Peningkatan permintaan rumput laut dunia juga dapat dilihat dari peningkatan volume impor yang dilakukan oleh negara-negara importir. China merupakan negara importir terbesar rumput laut dunia, diikuti oleh Jepang pada posisi ke-dua, dan Hongkong pada posisi ke-tiga serta beberapa negara seperti Denmark, Prancis dan Amerika. Selama kurun waktu 2005 hingga 2009, ketiga negara tersebut mengimpor 55.66 persen dari seluruh impor dunia, sesuai dengan data yang diperoleh dari FAO Food and Agriculture Organization, 2010. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ketiga negara tersebut memiliki posisi penting bagi setiap eksportir dunia. Apabila suatu negara memiliki pangsa pasar yang