Terminal Penumpang TINJAUAN PUSTAKA

3 Minibus Digunakan sebagai angkutan dari daerah sub urban ke kota angkutan pedesaan. Angkutan jenis mikrobus ini sering digunakan untuk tujuan dalam kota. Selain itu, mikrobus digunakan pula sebagai angkutan antar kota dengan penumpang terbatas travel. 4 Taksi Digunakan sebagai alat transportasi dalam kota maupun antar kota dalam propinsi. Taksi tidak memiliki trayek tetap sehingga tujuannya disesuaikan dengan permintaan penumpang. Kapastas pengguna taksi sebanyak satu orang atau maksimal empat untuk mobil jenis sedan. Gambar 4. Taksi Neufert, 2007 Sebagai tambahan, jenis kendaraan yang tidak terdapat di dalam keputusan Menteri Perhubungan No. KM 68 Tahun 1993 antara lain adalah sepeda motor ojek yang digunakan sebagai alat transportasi lokal dan angkutan tradisional becak, dokar dan lain sebagainya.

2.4 Terminal Penumpang

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 pasal 1 ayat 1 tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, terminal penumpang didefinisikan sebagai prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra danatau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaran umum. Menurut Warpani 1990, pengertian terminal yaitu : 1. Titik simpul dalam sistem transportasi, tempat terjadinya putus arus yang merupakan prasarana angkutan yang berfungsi pokok sebagai pelayanan umum, berupa tempat kendaraan umum, menaikkan dan menurunkan penumpang dan barang, tempat perpindahan penumpang dan barang baik intra maupun antar moda kendaraan yang terjadi sebagai akibat adanya arus pergerakan manusia dan barang serta tuntutan efisiensi transportasi. 2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan, dan pengoperasian lalu lintas dan kendaraan umum. 3. Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang. Terminal merupakan salah satu penunjang kelancaran mobilisasi masyarakat agar terlaksana keterpaduan intra dan antar moda secara lancar dan tertib. Hal tersebut menuntun setiap daerah perlu memiliki terminal sebagai penunjang kegiatan masyarakat.Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995, terminal diklasifikasikan menjadi : 1. Terminal Tipe A Tipe A Terminal penumpang Tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi danatau angkutan lintas batas negara Persyaratan lokasi terminal Tipe A adalah : a. terletak di ibukota propinsi, kota atau kabupaten dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi; b. terletak di jalan arteri dengan jalan sekurang-kurangnya kelas III A; c. jarak antar dua terminal penumpangTipe A sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatra, dan 5 km di pulau-pulau lainnya; d. luas lahan yang tersedia minimal 5 Ha untuk di Pulau Jawa; e. mempunyai akses masuk atau keluar berjarak minimal 100 m. 2. Terminal Kelas B Tipe B Terminal penumpang Tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota danatau angkutan pedesaan Persyaratan lokasi terminal kelas B adalah: a. terletak di kota atau kabupaten dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi; b. terletak di jalan arteri atau kolektor dengan jalan sekurang-kurangnya kelas III B; c. jarak antar dua terminal penumpang kelas B sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatra, dan 50 km di pulau-pulau lainnya; d. luas lahan yang tersedia minimal 3 Ha untuk Pulau Jawa; e. mempunyai akses masuk atau keluar berjarak minimal 50 m. 3. Terminal Kelas C Tipe C Terminal penumpang Tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan. Persyaratan lokasi terminal kelas C : a. Terletak di dalam wilayah kabupaten dalam jaringan trayek dalam kota dan pedesaan; b. Terletak di jalan kolektor dengan kelas jalan paling tinggi kelas IIIA; c. Tersedia lahan yang cukup sesuai dengan permintaan. Pada saat ini penggolongan tipe terminal tidak dilihat dari luasnya suatu lahan. Menurut peraturan UUD LLAJ No 22 tahun 2009 penggolongan tipe terminal dilihat dan diukur dari pelayanan yang diberikan. Menurut Dirjen Perhubungan Darat dalam Pedoman Teknis Pembangunan Terminal Angkutan Jalan Raya Dalam Kota dan Antar Kota dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu : 1. terminal Bus Primer; 2. terminal untuk pelayanan arus barang dan penumpang jasa angkutan yang berjangkauan regional; 3. terminal Bus Sekunder; 4. terminal untuk arus penumpang dan barang jasa angkutan yang bersifat lokal danatau dilengkapi terminal primer. Sedangkan berdasarkan sistem yang digunakan, terminal dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu : 1. terminal sistem sentralisasi Terminal yang menampung semua aktivitas lalu lintas dari dan ke luar kota dengan didukung terminal-terminal di daerah pinggiran kota untuk menaik- turunkan penumpang sehingga tidak terjadi pemisahan pelayanan. 2. terminal sistem desentralisasi Terminal yang terletak pada pinggir kota menyebar untuk melayani daerah- daerah tertentu sehingga untuk bus dari luar kota tidak perlu melewati jalur dalam kota, dan untuk bus transit langsung melalui jalur bypass. Pada sistem ini terjadi pemisahan pelayanan dan tidak terdapat sub-sub terminal. Dari klasifikasi ini dapat menjadi dasar kriteria desain pembangunan terminal. Dengan fungsi pelayanan yang berbeda, maka dibutuhkan fasilitas yeng berbeda pula. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995, terminal ada 2 jenis yaitu : 1. terminal penumpang Terminal ini merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. 2. terminal barang terminal ini merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan atau antar moda transportasi. Menurut De Chiara 1973 dalamHarris dan Dines 1988, tipe-tipe terminal yaitu : 1. terminal Bus Antar Kota, berfungsi sebagai terminal yang menampung kegiatan transportasi antar kota dengan pergerakan bus yang besar serta memiliki fasilitas yang lengkap. 2. terminal Bus Sub Urban, berfungsi sebagai terminal bus yang melayani transportasi dari sub urban ke kota dan sebaliknya. Terminal ini dilayani oleh bus kota atau mikrobus. 3. terminal Bus Kota, berfungsi melayani transportasi dalam kota dan dilayani oleh bus-bus kota; 4. terminal Bus Airport, berfungsi melayani transportasi dari pusat kota ke airport dan sebaliknya. Terminal ini berorientasi pada jadwal keberangkatan dan kedatangan pesawat sehingga pada terminal disediakan informasi penerbangan, penjualan tiket, serta fasilitas check-in. Fungsi terminal transportasi jalan dapat dilihat dari tiga unsur utama yaitu fungsi terminal bagi penumpang, fungsi terminal bagi pemerintah, dan fungsi terminal bagi pengusaha. Ketiga fungsi tersebut adalah : 1. fungsi terminal bagi penumpang adalah kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda lain, tempat fasilitas- fasilitas informasi, dan fasilitas parkir kendaraan pribadi; 2. fungsi terminal bagi pemerintahdari segi desain dan manajemen lalu lintas adalah untuk menata lalu lintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi, dan sebagai pengendali kemacetan angkutan umum; 3. fungsi terminal bagi pengusaha adalah untuk pengaturan operasi bus atau angkutan umum, penyedia fasilitas istirahat, dan informasi bagi awak bus, dan sebagai fasilitas pangkalan. Fungsi terminal adalah untuk penyediaan failitas masuk dan keluar dari obyek-obyek yang akan diangkut, baik penumpang maupun barangmenuju ataupun dari sistem 1 . Menurut Warpani 1990, fungsi terminal meliputi : 1. menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan pergantian moda angkutan yang bergerak pada jalur khusus ke moda angkutan lain; 2. menyediakan sarana simpul lalu lintas; 3. tempat konsolidasi lalu lintas; 4. menyediakan tempat untuk menyimpan kendaraan. 1 Komunikasi pribadi dengan Priyono sebagai Transport Planner Kota Bogor. Selain dari yang disebutkan diatas, terminal juga berfungsi sebagai tempat yang tepat untuk kegiatan usaha perdagangan yang merupakan kegiatan penunjang terminal.Terminal selalu berkaitan dengan angkutan umum, baik penumpang maupun barang. Sarana yang perlu ada di terminal angkutan umum untuk penumpang tidak sama dengan terminal barang. Di terminal barang harus ada gudang, karantina, dan bea cukaisementara di terminal penumpang perlu tersedia sarana terminal bergantung pada fungsi dan peranan terminal yang bersangkutan. semakin luas peranan terminal, semakin beragam sarananya. Warpani,1990 Sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan bagian kedua pasal 3, 4 dan 5 menyebutkan bahwa fasilitas terminal dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Fasilitas utama terminal Fasilitas utama ini merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki oleh sebuah terminal, yaitu : a. jalur pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan areal pelataran yang disediakan bagi kendaraan angkutan penumpang umum bus untuk menaikkan penumpang loading dan untuk memulai perjalanan; b. jalur kedatangan kendaraan umum, yang merupakan areal pelataran yang disediakan bagi kendaraan angkutan umum bus untuk menurunkan penumpang unloading yang dapat pula merupakan akhir perjalanan; c. tempat tunggu penumpang danatau pengantar, pelataran menunggu yang disediakan bagi orang yang akan melakukan perjalanan dengan angkutan penumpang umum; d. bangunan kantor terminal; e. tempat parkir kendaraan terminal; f. menara pengawas; g. loket penjualan karcis; h. rambu-rambu dan papan informasi yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan, tarif dan jadwal perjalanan. 2. Fasilitas penunjang dalam terminal Merupakan fasilitas pelengkap dari fasilitas utama yang terdiri dari : a. Kamar mandi wc; b. Mushola; c. Kios kantin; d. Ruang pengobatan; e. Ruang informasi dan pengelolaan; f. Telepon umum; g. Tempat penitipan barang; h. Taman; i. Bengkel; j. Peron; k. Pelataran parkir kendaraan pribadi. Selain kedua fasilitas diatas, sebuah terminal juga harus dilengkapi dengan fasilitas untuk kaum difabel terutama pada : 1. tempat tunggu penumpang pengantar; 2. loket penjualan karcis; 3. kamar kecil toilet; 4. telepon umum. Dalam desain fasilitas bagi kaum difabel ini harus memperhatikan persyaratan sebagai berikut : 1. Menerus, harus langsung dan lurus ke tujuan artinya apabila terdapat pertemuan yang mempunyai perbedaan ketinggian harus dibuatkan kelandaian agar dapat dilalui kaum difabel pengguna kursi roda serta dapat pula dilalui penyandang tuna netra; 2. Aman, orang cacat harus merasa aman selama dalam terminal; 3. Nyaman, fasilitas bagi orang cacat harus nyaman dan mudah terjangkau; 4. Mudah dan jelas, bagi orang cacat fasilitas yang diberikan harus mudah dan dilengkapi dengan tanda-tanda khusus bagi orang cacat. Menurut Alfred 1976, untuk melengkapi keberadaan terminal bus, fasilitas penunjang bagi penumpang maupun pengelola perlu diadakan. Penumpang membutuhkan ruang antri pemesanan tiket, ruang tunggu, ruang informasi, ruang bagasi barang, dan toilet. Selain itu, dibutuhkan juga kios penjualan. Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya : 1. Ruang tunggu penumpang, yaitu lebih banyak dimanfaatkan sebagai ruang untuk menungu kedatangan kendaraan yang dituju. Biasanya ruang tunggu disatukan dengan tempat untuk antrian yang kebanyakan direncanakan dengan posisi tempat duduk menyebar. 2. Loket pemesanan, yaitu diusahakan agar mudah dilihat dan mudah dicapai. Biasanya hanya untuk melayani perjalanan jarak jauh, memesan nomor tempat duduk kendaraan yang dituju, walaupun ada kalanya dilakukan pula di atas bus. Ruang loket memiliki dua sisi yang berbeda, di satu sisi melayani penumpang yang memesan tiket dan disisi lainnya sebagai ruang karyawan untuk bekerja melayani pemesanan. 3. Ruang penitipan barang, yaitu digunakan penumpang untuk menitipkan barang bawaannya baik yang kurang maupun lebih dari 24 jam namun ditentukan batas waktunya. Ruang penintipan barang juga melayani informasi tentang barang penumpang yang hilang atau tertinggal di terminal. Dapat pula disatukandengan pengiriman barang. 4. Indikator informasi, yaitu membantu penumpang untuk mengetahui kapan dan dimana kendaraan yang dituju. Indikator informasi dapat berupa nomor, papan petunjuk yang menginformasikan arah tujuan secara mendetail. Keseluruhan sedapat mungkin dapat menyala sehingga terbaca sekalipun malam hari. Perlu dipertimbangkan pula untuk menambah fasilitas pengeras suara terutama untuk terminal skala besar dan sebaiknya diletakkan sedemikian rupa agar dapat menjangkau ruang antrian dan tunggu penumpang. Selain itu, agar tidak terpengaruh bising dari mesin kendaraan, pengontrolan suara harus di ruang pengawas atau ruang kontrol. 5. Perlengkapan umum, yaitu dapat berupa tempat sampahkeranjang sampah terutama di tempat-tempat antrian karcis dan ruang tunggu serta dapat ditambah dengan fasilitas tempat minum. 6. Penerangan buatan, yaitu sangat penting bagi sebuah terminal agar selalu terang di semua tempat yang dijangkau oleh penumpang maupun kendaraan, namun perlu dicermati agar tidak menyilaukan pengemudi. 7. Jalan, yaitu dipilih dari material yang tidak licin sehingga tidak terpengaruh apabila ada tumpahan oli diatasnya. 8. KMWC, yaitu ditata sedemikian rupa agar mudah dicapai dari tempat parkir bus. Fasilitas KMWC untuk penumpang dipisah dengan staff. 9. Cafe dan restaurant, yaitu pelayanannya dapat berupa prasmananswalayan maupun dilayani. Perlu diperhatikan pertimbangan barang bawaan penumpang yang dibawa saat menggunakan fasilitas ini, bagaimanapun juga penumpang tetap mengharapkan agar barang bawaannya selalu berada di dekatnya. 10. Akomodasi staf, yaitu secara garis besar dibagi dua yaitu akomodasi untuk staf pengoperasian kendaraan dan akomodasi untuk staf administrasi. Ruang bagi staf pengoperasian kendaraan dapat berupa ruang pengawas dan kontrol sedangkan untuk staf administrasi berupa kantor pengelola umumnya diletakkan di lantai teratas bangunan. Hal ini untuk memudahkan staff mengatur terminal bus. Ruang-ruang yang dibutuhkan antara lain : kantor manajer, ruang kontrol, pengawas, ruang kasir dan pelayanan karcis, ruang pembayaran gaji, loker, sanitaridan ruang istirahat, kantin, dan gudang. Ruang bagi pengawas dan pengontrol sebaiknya memiliki pandangan yang baik kearah parkir dan sirkulasi bus 11. Parkir Bus, yaitu tempat parkir secara temporer sangat dibutuhkan, apalagi tidak ada garasi khusus. 12. KiosToko penjualan, yaitu berupa tempat untuk melayani penjualan majalah, surat kabar, makanan ringan, rokok dan lain sebagainya. 13. Pengisian bahan bakar dan air, yaitu pengisian bahan bakar disarankan tidak pada saat kendaraan membawa penumpang. Ruang pengisian bahan bakar, oli, dan air tidak menjadi satu dengan terminal bus, biasanya diluar area terminal yang mudah dicapai dari terminal itu sendiri. 14. Garasi dan tempat perawatan kendaraan, yaitu tempat khusus yang diperlukan pada saat kendaraan tidak digunakan, untuk dibersihkan, dan perawatan lainnya. Pada terminal bus, aktivitas yang berlangsung di dalamnya dibagi dalam empat kelompok yaitu : 1. Kelompok aktivitas penumpang Berdasarkan gerak arus penumpang, aktivitas penumpang dibagi menjadi: a. arus orang yang masuk terminal untuk memulai perjalanan; b. arus orang yang datang ke terminal untuk mengakhiri perjalanan; c. arus orang yang datang untuk melanjutkan perjalanan ke tempat lain sesuai dengan tujuan. Berdasarkan jarak yang ditempuh, maka penumpang yang akan berangkat dibagi menjadi : a. penumpang jarak jauh, biasanya menunggu keberangkatan agak lama karena bus yang digunakan jumlahnya relatif sedikit; b. penumpang jarak dekat, biasanya tidak terlalu lama menunggu keberangkatan karena bus yang digunakan frekuensinya cukup tinggi. 2. Kelompok aktivitas kendaraan Aktivitas yang dilakukan dalam terminal adalah menurunkan penumpang, menunggu keberangkatan, dan memuat penumpang untuk memulai rute kembali. Untuk menghindari terjadinya keruwetan dalam terminal, maka dibuat jadwal perjalanan bus yang diatur berdasarkan jumlah bus yang keluar masuk terminal, jumlah trayek dan rit perjalanan, waktu istirahat, dan waktu menaikkan penumpang. 3. Kelompok aktivitas pengelola terminal Dinas LLAJ Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bertanggungjawab dalam bidang lalu lintas dan angkutan jalan raya, sesuai dengan SKB Surat Keputusan Bersama Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri ditunjuk sebagai pengelola terminal angkutan jalan raya.Struktur Organisasi dapat dilihat pada Gambar 5. Aktivitas yang dilakukan dalam terminal oleh pengelola meliputi pencatatan data dan urusan keuangan, pengawasan sirkulasi bus, urusan perjalanan, pengawasan teknik, mengkoordinir seluruh aktivitas internal dan eksternal terminal, serta pemungutan retribusi bagi kendaraan dan penumpang. Gambar 5. Bagan organisasi dinas LLAJ 4. Kelompok aktivitas pelengkap Kelompok aktivitas ini menurut akivitas yang melengkapi aktivitas utama yang dilakukan oleh pengelola, penumpang, kruawak bus, montir, dan pencari jasa lainnya. Adapun aktivitas yang dilakukan adalah makan-minum, sholat, memperbaiki kendaraan, berhajat dan lain-lain. Menurut Alfred 1976, bahwa dimungkinkan desain suatu terminal dikombinasikan dengan tempat perbelanjaan, selain itu sebaiknya tidak berdekatan perletakkannya dengan pemukiman, sekolah atau pusat peribadatan. Kebisingan yang ditimbulkan dari terminal bus tentunya akan sangat mengganggu. Sumber :UPTD terminal sub Terminal Baranangsiang

2.5 Hubungan Terminal Dengan Pola Sirkulasi