dari timur ke barat terminal. Hal ini ditandai oleh kemampuan angin yang dapat mengangkat debu, menerbangkan kertas,dan cabang pohon kecil bergerak
sehingga tergolong ke dalam angin sedang Tabel 1. Pada sisi sebelah timur terminal yaitu Tol Jagorawi yang membawa angin menuju kawasan terminal,
kecepatan angin berkisar antara 49 kmjam sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB. Angin yang datang dari arah Tol Jagorawidapat
difungsikan sebagai sirkulasi udara dan menurunkan kelembaban di dalam terminal, namun kecepatan yang tergolong besar harus diredam terlebih dahulu
untuk menjaga kenyamanan manusia.Rata-rata kecepatan angin bulanan tahun 2001 sampai 2011 dapat dilihat pada lampiran 9.
Angin bergerak menuju pemukiman penduduk di sekitar Jalan Bangka dan Jalan Riau. Hal ini merupakan salah satu keluhan warga sekitar karena polusi
udara berupa gas-gas buang di dalam terminal terbawa angin menuju pemukiman. Untuk mengatasi hal ini, perlu penyaring udara yang baik agar polusi dapat
diminimalkan ketika memasuki pemukiman penduduk. Menurut Grey dan Deneke 1978, mengatakan bahwa vegetasi dengan kanopi tertutup dapat mengurangi
kecepatan angin sampai 85. Dengan adanya vegetasi yang memiliki daun yang rapat, angin dapat teredam dan polusi yang dibawanya akan berkurang. Selain itu,
fungsi tanaman di dalam terminal adalah sebagai pembatas terminal dengan pemukiman dan sebagai tanaman screen. Jenis vegetasi yang dilihat dari
kemampuannya dalam
menyerap karbondioksida
dapat dilihat
pada Lampiran6.Terdapatnya
Sungai Ciliwung
di sebelah
barat Terminal
Baranangsiang menjadi hal yang positif dalam upaya pengurangan polusi karena kelembaban udara di daerah sungai yang sangat tinggi menyebabkan gas-gas
buang terminal dapat diserap oleh molekul-molekul air sehingga udara yang terbawa angin dapat kembali bersih.
4.1.4 Topografi dan Geologi
Pada terminal terdapat beda ketinggian di atas permukaan laut dpl yang cukup besar.Titik tertinggi tapak berada pada sisi selatan dekat pintu masuk
terminal dengan ketinggian mencapai 275 mdpl dan relatif datar pada sisi selatan. Titik terendah terminal berada disebelah barat berbatasan dengan Jalan Bangka
dengan ketinggian 254 mdpl. Informasi mengenai ketinggian tapak dapat dilihat pada peta inventarisasi Terminal Baranangsiang.
Ketinggian lokasi Terminal Baranangsiang berada pada ±250 mdpl dan keadaan topografi di Terminal Baranangsiang pada pintu masuk untuk bus
memiliki kemiringan berkisar antara 8-10 atau sama dengan 6 tergolong
landai. Kondisi kemiringan ini cocok untuk tipe penggunaan lahan walaupun kehati-hatian harus tetap diperhatikan dalam menempatkan elemen dengan
petunjuk arah dan kemiringan 10 adalah kemiringan maksimum untuk jalan Booth, 1983. Kecepataan bus dengan kondisi seperti ini berkisar antara 30-40
mph Marsh,2005, sehingga di dalam sirkulasi perlu adanya sign untuk kecepatan maksimal kendaraan.
Pada area keluar terminal kemiringan ±20 yang termasuk pada kemiringan lahan kelas III dengan kategori klasifikasi agak curam.Dengan
bentukan topografi seperti ini juga sebenarnya tidak ideal untuk dijadikan terminal Tipe A.Fasilitas-fasilitas di dalam terminal seperti lahan parkir bus, bangunan-
bangunan penunjang aktivitas, dan lain sebagainya membutuhkan lahan yang datar dengan kemiringan berkisar antara 0-5 atau sama dengan 0
-3. Jika dilihat dari kebutuhan aktivitas terminal dengan keadaan topografi pada saat ini,
maka dibutuhkan pengerjaan cut and fill. Semua aktivitas terminal harus berada pada topografi dengan kemiringan 0-5, kecuali fasilitas seperti taman, ruang
tunggu, loket, ruang informasi, dan rekreasi. Kecepatan bus pada area ini tidak lebih dari 12 mph dan tidak diperbolehkan parkir dengan keadaan mesin mobil
menyala karena gas buang yang dihasilkan akan lebih besar. Selain itu, gas buang dan kebisingan pada saat bus menanjak memberikan efek buruk bagi lingkungan.
Baranangsiang memiliki struktur geologi endapan lahar dan lava, basalt andesit dengan digoklas andesin. Basalt kerap digunakan sebagai bahan baku
dalam industri poles, bahan bangunan atau pondasi bangunan gedung, jalan dan jembatandan sebagai agregat http:www.ojimori.com20111003geologi-dan-
mineralogi-tanah-identifikasi-batuan, diakses pada tanggal 20 november 2011.Jenis tanah hampir di seluruh wilayah adalah latosol coklat kemerahan
dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm.Sifat umum latosol coklat kemerahan memiliki solum tanah sedang sampai dalam, warna coklat sampai
merah kekuningan, termasuk horizon B yang kaya dengan sesquioksida berwarna tercerah, tekstur halus, struktur remah sampai gumpal lemah, konsisitensi gembur
sampai agak teguh, tata air dan tata udara sangat baik, permeabilitas dan drainase sedang sampai agak cepat, tanah bereaksi agak masam, kadar zat organik dan zat
hara tanaman rendah sampai agak tinggi, cadangan mineral rendah sampai sangat rendah, kadar fraksi liat agak tinggi sampai tinggi. Soepardi 1983 menyebutkan
bahwa tanah latosol mempunyai produktivitas yang baik dan relatif lebih subur daripada jenis tanah lainya di Indonesia. Selain itu granular yang terbentuk dapat
merangsang drainase dalamdengan baik, sehingga memudahkan tanah tersebut meyerap air.Penamaan jenis dan macam tanah dengan sistem FAOUNESCO
menyebutkan bahwa Latosol adalah jenis Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 , remah sampai gumpal, gembur, warna seragam dengan batas batas horison yang
kabur, solum dalam lebih dari 150 cm,kejenuhan basa kurang dari 50 , umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horison kambik. Tanah latosol
memiliki dasar yang lebih dalam dan struktur tanah yang lebih baik. Jadi, pada jenis tanah latosol hampir semua kontruksi dapat dibangun, dengan tetap
memperhatikan aspek lain seperti topografi dan drainase PT. BSD 2007 dalam Wibisono 2008.
4.1.5 Drainase dan Hidrologi