4.1.2 Aksesibilitas dan Sirkulasi
Terminal BaranangsiangKota Bogor secara astronomi terletak pada 6°3615 lintang selatan dan 106°4821 bujur timur. Terminal Baranangsiang
terletak tepat di jalan masuk dan keluar Tol Jagorawi, termasuk dalam wilayah administrasi kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor. Batas fisik dan situasi
tapak dapat dilihat pada gambar 11 di bawah ini.
Terminal Baranangsiang dilalui oleh Jalan Raya Pajajaran yang dilintasi oleh angkutan umum antar kota antar desa maupun angkutan pribadi. Jalan Raya
Pajajaran merupakan jalur arteri dengan kapasitas jalan kendaraanhari yaitu 11.424 dan volume lalu lintas kendaraanhari 7.996 kendaraan. Jumlah
kendaraan meningkat hingga dua kali lipat dihari libur dikarenakan Jalan Raya Pajajaran sebagai sirkulasi utama yang menghubungkan lokasi-lokasi wisata
seperti Puncak, Kebun Raya, dan Tajur. Di sebelah selatanTerminal Baranangsiang terdapat Jalan Sambu dan Jalan
Bangka yang dilalui oleh angkutan perkotaan dengan tujuan Baranangsiang- Bubulak. Jalan Bangka ini merupakan welcome areaTerminal, namun lebar jalan
saat ini terlalu sempit untuk bus-bus ukuran besar AKAP yang akan memasuki terminal. Jalan Bangka kemudian dipecah menjadi dua bagian sebagai jalur
angkutan perkotaan 03 dan jalur angkutan yang akan memasuki terminal diantaranya bus, minibus, dan L-300. Di sepanjang jalur ini, kendaraan melaju
Gambar 11. Peta situasi tapak
dari Jakarta
dari Cibinong dari Ciawi
dari Tugu Kujang
sangat kencang diatas 50 kmjam, sehingga diperlukan tanda peringatan untuk kecepatan maksimal dan pemberian speed bumpssebelum memasuki terminal.
Di sebelah timurTerminal Baranangsiangterdapat exit tolyang menjadi jalur utama angkutan umum antar kota maupun antar propinsi.Terminal
Baranangsiang yangberhadapan langsung dengan exit tol Jagorawi membuat moda-moda yang keluar dari Terminal Baranangsianglangsung masuk ke jalan tol
dan memulai perjalanan. Hal ini menjadi kekurangan bagi pemilik PO karena moda yang keluar dari terminal tidak sempat mencari penumpang di luar terminal,
tidak seperti terminal-terminal di Pulau Jawa pada umumnya. Terminal Baranangsiang memiliki sistem sirkulasi dalam dan luar
terminal. Sistem sirkulasi yang digunakan di dalam terminal menggunakan sistem sirkulasi menyebaracak. Sistem sirkulasi acak seperti ini sulit diterapkan di lahan
yang terbatas. Selain itu, sistem sirkulasi acak membuat bus dapat berhenti di mana saja dan dapat berputar arah di dalam terminal. Hal ini sering kali membuat
penumpang bingung dalam mencari emplasemen kedatangan.Sirkulasi tunggal sangat berpotensi untuk diterapkan di Terminal Baranangsiang karena jalur-jalur
kendaraan terpusat pada satu pemberhentian. Sirkulasi tunggal membuat kendaraan tidak dapat berputar arah dalam suatu kawasan terminal, sehingga perlu
keluar terminal jika ingin kembali ke lokasi perlintasan sebelumnya. Zona sirkulasi dalam terminal dibagi menjadi tiga yaitu zona sambu, zona atas, zona
bawah, dan zona samping. Pembagian zona ini berkaitan dengan variasi tujuan kendaraan. Pada zona masing-masing terdapat jalur pemberangkatan penumpang
yang dilengkapi dengan area menunggu. Kondisi eksisting sirkulasi dalam bentuk spasial dapat dilihat pada lampiran 3. Kondisi pembagian ruang serta bangunan
eksisting dapat dilihat pada lampiran 4 dan Pembagian emplasemen di Terminal Baranangsiang pada lampiran 5.
Terbatasnya daya dukung jalur kedatangan dan keberangkatan pada terminal berpotensi menyebabkan terjadinya pemberhentian kendaraan di luar
terminal sehingga menyebabkan kemacetan pada Jalan Raya Pajajaran terutama pada Simpang Tugu Kujang hingga Bale Binarum. Diperlukan pengembangan
jalur di dalam terminal serta jalur yang dapat menghubungkan terminal dengan jalan Tol Jagorawi.
Pintu masukdan keluar bagi penumpang berjumlah empat, yaitu dua pintu terletak di barat dan dua pintu di timur terminal yang juga merupakanpintu keluar
kendaraan. Sedangkan untuk kendaraan pribadi, pintu masuk terletak di bagian selatan tapak dan pintu keluar berada di bagian timur terminal. Pintu keluar dan
masuk kendaraan pribadi berbarengan dengan kendaraan umum sehingga menimbulkan konflik sirkulasi. Hal ini sangat membahayakan bagi pengendara
karena dapat menyebabkankemacetan di dalam terminal. Perlu adanya pemisa ruang antar kedua aktivitas kendaraan yang berbeda, misalnya dengan pembuatan
emplasemen parkir kendaraan pribadi yang terpisah dengan emplasemen dan aktivitas kendaraan umum di terminal.
Pola pengaturan keluar kendaraan yang ada saat ini sangat berpotensi menimbulkan hambatan lalu lintas pada Jalan Raya Pajajaran. Hal tersebut
dikarenakan bus yang akan menambah beban pada Jalan Raya Pajajaran mulai dari Simpang Tugu Kujang sampai dengan putaran di depan Balai Binarum.Selain
itu, bus yang keluar melalui pintu Atimur dengan frekuensi yang cukup tinggi dapat memotong arus Jalan Raya Pajajaran cross circulation sehingga
menimbulkan hambatan kendaraan dari arah selatan ke utara maupun sebaliknya. Melihat dari kasus di atas dan usulan pemerintah, untuk menunjang kegiatan
terminal menjadi optimal diperlukan penyediaan sarana dan prasarana terminal yang memadai seperti pembangunan fly over atau underpassyang menghubungkan
terminal dengan Tol Jagorawi. Selain adanya terminal bus penumpang di Terminal Baranangsiang,
terdapat juga lokasi pemberhentian dan keberangkatan penumpang Transpakuan tujuan Cidangiang-Bubulak di Jalan Cidangiang. Hal ini merupakan potensi
Terminal Baranangsiang sebagai lokasi transfer penumpang, tetapi letaknya yang agak berjauhan dan tidak strategis mengharuskan penumpang untuk jalan ke
Terminal Baranangsiangsehingga menyebabkan kemacetan pada Jalan Raya Pajajaran dan sebagian penumpang memilih untuk naik kendaraan bus di pinggir
Jalan Raya Pajajaran khususnya di depan KFC dan disekitar Tugu Kujang. Dari potensi dan kendala diatas, sangat memungkinkan untuk menempatkan terminal
bus Transpakuan di dalam Terminal Baranangsiang.
4.1.3 Iklim