Konsep Ruang HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Konsep Ruang

Konsep zonasi pada perancangan Terminal Baranangsiang merujuk pada filosofi Arsitektur Sunda hasil studi Salura, 2007 yang menerangkan bahwa terdapat tiga ruang yang selalu hadir dalam studi ketiga desa Kebudayaan Sunda, ketiga ruang itu adalah ruang religi, pemukiman dan ladang. Ruang pemukiman adalah bentuk ruang yang dijadikan hunian dan tempat berkumpulnya masyarakat. Dalam ruang ini tercipta kenyamanan dan keharmonisan. Konsep ruang tersebut diaplikasikan pada zona taman satelit. Ruang ladang adalah suatu ruang yang dijadikan tempat mencari nafkah dan menyambung kehidupan. Dari ruang ini tercipta perekonomian masyarakat sunda. Konsep ruang tersebut diaplikasikan pada zona terminal yang posisinya terpisah dengan taman satelit. Ruang religi bersifat privat dan sebagai penghubung antar dua ruang yang tidak bersatu seperti ruang kehidupan manusia dan Tuhan. Dalam aplikasi di tapak, ruang ini merupakan zona transisi yang menghubungkan zona terminal dan zona taman satelit. Dari uraian di atas, maka terdapat tiga zonasi dalam satu tapak yang dipisahkan dengan beda ketinggian. Zona terminal terletak di dasar tapak, sedangkan zona taman satelit di atas tapak yang keduanya dihubungkan dengan zona transisi. Salura2007 menjelaskanbahwa hubungan manusia dengan Tuhan dapat dikaitkan dengan keadaan religi yang ada di masyarakat Sunda, hubungan manusia dengan alam berkaitan dengan proses produksi dan reproduksi masyarakat Sunda,hubungan manusia dengan masyarakat berkaitan dengan kegiatan-kegiatan sosial yang sering dilakukan masyarakat Sunda, dan hubungan manusia dengan diri sendiri dapat dilakukan dengan kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari. Kesimpulan yang didapat dari studinya dapat dilihat pada Gambar 23. Lemah-Caiadalah mengagungkan sumberdaya berupa air dan tanah yang tepat untuk dijadikan pemukiman. Luhur-Handap adalah suatu posisi hierarki yang diyakini bahwa yang diatas adalah yang lebih tinggi derajatnya. Wadah-Eusi merupakan keyakinan bahwa suatu tempat memiliki arti tersendiri. Kaca-Kaca merupakan batasan yang dapat berarti batas antara ketinggian tempat, perbedaan material, atau dua hal yang berbeda. Mereka menyadari bahwa jika salah satu dilanggar, maka akan terjadi musibah besar dan akan mengganggu kehidupannya. Relasi antara struktur permukaan yang dilakukan studi di tiga desa, didapatkan konsep kegiatan dan tempat yang masih ada dan diamalkan yaitu Kaca-Kaca dan Sinegar-Tengah. Sinegar-Tengah dapat diartikan jangan lebih jangan kurang, sedangkan Kaca-Kaca batas antara dua hal yang biasa saja bersifat fisik atau spasial. Menurut Salura 2007, Konsep Sinegar-Tengah danKaca-Kaca memiliki karakteristik dan arti serupa, bahwa segala sesuatu harus dimulai dari tengah. Konsep Kaca-Kaca dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 23. Konsep-konsep yang mempengaruhi bentuk dan makna arsitektur sunda Salura, 2007 Konsep Kaca-kaca diimplementasikan di suatu ruang rumah sebagai pemisah antara ruang pria dan wanita, sehingga ruang ini sering dinamakan dengan ruang berkumpul keluarga. Teras menjadi ruang Kaca-Kaca berfungsi juga untuk memisahkan ruang dalam dengan luar rumah. Untuk aplikasi di lahan, Kaca-Kaca terlihat dari penataan rumah yang mengikuti jalan blok. Konsep ruang pada pemukiman masyarakat sunda akan diterapkan di taman satelit. Konsep Sinegar Tengahdiaplikasikan untuk jenis aktivitas di taman satelit dimana semua aktivitas dimulai dari tengah zona sehingga tercipta ruang publik. Aktivitas manusia menyebar ke sebelah utara dan selatan sehingga menciptakan aktivitas semi privat dan privat. Sedangkan konsep Kaca-Kaca dalam taman satelit merupakan batas-batas antar ruang, dapat menggunakan vegetasi maupun pagar sebagai pembatasnya. Implementasi konsep di atas ke dalam taman satelit dapat dilihat pada Gambar 25. Gambar 24. Konsep kaca-kaca Salura, 2007 Gambar 25. Penggunaan konsep desain kedalam ruang

b. Konsep Sikulasi