Persepsi Pihak SwastaPengusaha di Bidang Perikanan

keterbatasan sumberdaya ikan tangkap. Hal ini sejalan dengan pendapat Stobutzki et al. 2006 bahwa salah satu permasalahan utama perikanan tangkap di negara- negara Asia Tenggara termasuk Indonesia adalah kekhawatiran tentang keadaan perikanan pesisir, terutama kondisi penyusutan sumberdaya ikan. Prioritas pembangunan subsektor perikanan perlu mengutamakan pengembangan aspek SDM 0,3366 dibandingkan aspek-aspek lainnya SDI, pembiayaanpermodalan, sarana prasarana, maupun pasarkonsumen. Pembangunan subsektor perikanan kegiatan perikanan budidaya perlu didukung oleh peningkatan kapasitas sumberdaya manusia yang ada. Alternatif pembangunan perikanan berdasarkan persepsi seluruh stakeholders dapat dilihat pada Gambar 35. Sifat dari karakteristik sektor yang bersifat price-taker adalah sifat dimana sektor-sektor primer, terutama pertanian dengan pelaku ekonomi petani tanpa organisasi lembaga penunjang cenderung akan memiliki posisi tawar yang rendah dalam penetapan harga Rustiadi et al. 2011. Berdasarkan landasan teori tersebut maka dalam pengembangan subsektor perikanan, potensi sumberdaya manusia yang sudah ada harus lebih dikembangkan lagi dengan cara meningkatkan pemberdayaan masyarakat empowerment melalui lembaga- lembaga yang ada di Kabupaten Indramayu dengan bantuan pemerintah melalui pelatihan teknis tentang perikanan budidaya sehingga diharapkan bisa menciptakan masyarakat yang mempunyai jiwa enterpreneurship. Gambar 35 Alternatif Pembangunan Persepsi Seluruh Stakeholders 5.4 Arahan dan Strategi Pengembangan Subsektor Perikanan 5.4.1 Arahan dan Strategi Pengembangan Kegiatan Perikanan Budidaya dari Aspek Ekologi Faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terkait dengan pengembangan kegiatan perikanan budidaya dilihat dari aspek ekologi disajikan pada Tabel 34. Pembangunan subsektor perikanan SDI 0,1981 PasarKonsumen 0,1279 Sarana Prasarana 0,1662 SDM 0,3366 PembiayaanModal 0,1711 Pengolahan 0,3584 Budidaya 0,4204 Tangkap 0,2212 Tabel 34 Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Aspek Ekologi No Faktor internal No Faktor eksternal 1 Kekuatan 3 Peluang - Memiliki lahan budidaya yang luas - Pemanfaatan limbah ikan - Memiliki daerah aliran sungai - Rencana pembangunan Waduk Jatigede - Memiliki potensi perikanan yang besar - Implementasi reboisasi mangrove - Memiliki pasang surut wilayah pesisir yang baik - Implementasi CSR dari Pertamina untuk bidang lingkungan 2 Kelemahan 4 Ancaman - Konversi lahan - Hama dan penyakit - Pencemaran air - Pencemaran minyak - Perubahan iklim - Penebangan mangrove - Abrasi - Salinitas tinggi akibat dampak perubahan iklim

5.4.1.1 Faktor Strategi Internal

Skor akumulasi dari semua faktor kekuatan dan kelemahan pengembangan kegiatan perikanan budidaya dari aspek ekologi diperoleh dari hasil perkalian antara bobot dan rating. Nilai akumulasi skor dari faktor kekuatan sebesar 1,5724 dan nilai akumulasi skor dari faktor kelemahan sebesar 1,2850 sehingga total skor faktor kekuatan dan kelemahan sebesar 2,8575 seperti terlihat pada Tabel 35. Tabel 35 Hasil Analisis Matriks IFAS Aspek Ekologi Faktor-faktor strategi internal Bobot Rating Skor Kekuatan : 1 Memiliki lahan budidaya yang luas 0,1799 3 0,5397 2 Memiliki daerah aliran sungai 0,0628 2 0,1255 3 Memiliki potensi perikanan yang besar 0,2166 4 0,8665 4 Memiliki pasang surut wilayah pesisir yang baik 0,0407 1 0,0407 Jumlah 0,5000 1,5724 Kelemahan : 1 Konversi lahan 0,1371 3 0,4114 2 Pencemaran air 0,2021 3 0,6062 3 Perubahan iklim 0,0542 1 0,0542 4 Abrasi 0,1066 2 0,2132 Jumlah 0,5000 1,2850 Jumlah Keseluruhan Kekuatan dan Kelemahan 1,0000 2,8575 Berdasarkan Tabel 35 dapat dianalisis bahwa pada kolom kekuatan, hanya 1 faktor yang memperoleh rating 4 sangat kuat yaitu memiliki potensi perikanan yang besar sedangkan faktor kekuatan lainnya mendapat rating 1 sangat lemah yaitu memiliki pasang surut wilayah pesisir yang baik, rating 2 agak lemah yaitu memiliki daerah aliran sungai dan rating 3 agak kuat yaitu memiliki lahan budidaya yang luas. Dalam kolom kelemahan, tidak ada faktor yang memperoleh rating 4 sangat kuat, sementara faktor lainnya memperoleh rating 1 sangat lemah yaitu perubahan iklim, rating 2 agak lemah yaitu abrasi dan rating 3 agak kuat yaitu faktor konversi lahan dan pencemaran air.