Sertifikasistandarisasi Arahan dan Strategi Pengembangan Kegiatan Perikanan Budidaya dari Aspek Kelembagaan
langsung dengan subsektor perikanan ini dapat ditingkatkan lagi maka dapat dipastikan akan mendorong peningkatan nilai DIBL maupun DIFL seluruh sektor
perekonomian wilayah di Kabupaten Indramayu.
Dilihat dari Indeks Derajat Kepekaan IDK, subsektor perikanan belum memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulu penyedia
input yang terkait langsung maupun tidak langsung kebelakang. Dengan kata
lain, subsektor perikanan belum mampu meningkatkan output sektor lainnya sebagai input bagi subsektor itu sendiri. Berdasarkan hasil analisis I-O, sektor
yang bisa dikategorikan sebagai sektor strategis adalah sektor industri bukan migas. Sektor industri bukan migas memiliki kemampuan menggerakkan kinerja
sektoral dari sisi hulu maupun hilir. Ini berarti bahwa jika jumlah subsektor yang ada pada sektor industri bukan migas ditingkatkan maka akan mampu
memberikan nilai tambah yang lebih besar lagi dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Indramayu.
Dari sisi Indeks Daya Penyebaran IDP, subsektor perikanan masih memiliki kemampuan dibawah rata-rata untuk mendorong pertumbuhan produksi
sektor hilir yang menggunakan input subsektor perikanan. Dengan kata lain subsektor perikanan masih kurang memiliki kemampuan untuk mendorong sektor-
sektor hilir yang menggunakan output subsektor perikanan sebagai input produksinya. Keterkaitan ke depan subsektor perikanan dengan sektor industri
bukan migas khususnya lapangan usaha makanan dan minuman baru mencapai nilai indeks sebesar 0,002. Keterkaitan subsektor perikanan dengan sektor hilirnya
pada sektor industri bukan migas masih kecil dan hanya ada pada kegiatan pengolahan kerupukudang, pengeringan ikan, pengalengan rajungan dan
pengeringan teri nasi.
Dalam proses pembentukan output sektoral, selain penggunaan input antara, suatu sektor juga memerlukan input primer dalam proses produksi. Dari struktur
tabel I-O khususnya pada kuadran I dapat diketahui bahwa semakin banyak jumlah keterkaitan sektoral terhadap suatu sektor dengan nilai keterkaitan yang
tinggi, maka dapat dikatakan bahwa sektor tersebut memiliki kemampuan untuk menggerakkan sektor-sektor domestik dalam internal wilayah. Semakin
banyaknya keterkaitan suatu sektor terhadap sektor-sektor lain akan berdampak positif terhadap peningkatan keterkaitan sektor-sektor lain secara tidak langsung
ke sektor hulu maupun hilir.
Pengembangan sarana prasarana pendukung pembangunan subsektor perikanan terutama ditujukan pada kecamatan-kecamatan yang memiliki tingkat
perkembangan rendah hirarki III. Hal tersebut dikarenakan 1 wilayah hirarki III memiliki potensi sumberdaya manusia yang besar di subsektor perikanan
dengan jumlah pembudidaya ikan dan nelayan yang dominan, 2 wilayah hirarki III memiliki jumlah masyarakat miskin yang relatif besar sehingga pengembangan
subsektor perikanan akan berdampak langsung pada pengurangan tingkat kemiskinan, 3 pengembangan sarana prasaranainfrastruktur di wilayah hirarki
III akan mendorong perkembangan wilayah yang kurang berkembang sehingga berdampak pada penurunan kesenjangan pendapatan dan disparitas antar wilayah.
Melalui upaya tersebut, subsektor perikanan akan menjadi sektor strategis yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah Kabupaten Indramayu dan akan
menyelesaikan permasalahan kesenjangan antar wilayah.
Pengembangan subsektor perikanan memerlukan dukungan sarana prasaranainfrastruktur wilayah yang memadai. Pengembangan sarana prasarana
harus menjadi prioritas pemerintah dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah terkait pengembangan subsektor perikanan. Hal tersebut akan berdampak pada
peningkatan keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya sehingga dapat menumbuhkan sektor baru di Kabupaten Indramayu. Pengembangan sarana
prasarana wilayah untuk mendukung usaha perikanan tidak hanya untuk memenuhi tujuan-tujuan sektoral yang bersifat parsial namun juga bersifat
komprehensif dengan mempertimbangkan keserasian berbagai sumber daya sebagai unsur utama pembentuk ruang.
Berdasarkan hasil analisis persepsi stakeholders terhadap pembangunan subsektor perikanan, masih terdapat perbedaan persepsi yang mencolok untuk
skala prioritas pembangunan. Hal tersebut menunjukkan masih kurangnya pemahaman akan konsep pembangunan dan perencanaan pembangunan subsektor
perikanan. Prioritas tersebut cenderung mengacu pada kegiatan peningkatan produksi berdasarkan kondisi dan potensi sumber daya perikanan yang ada di
wilayah Kabupaten Indramayu. Produksi perikanan yang tinggi diharapkan akan berimplikasi pada bertambahnya kontribusi subsektor perikanan terhadap PDRB
secara keseluruhan, namun hal tersebut belum tentu akan berpengaruh positif pada keterkaitan antar sektor perekonomian secara keseluruhan. Dalam hal ini terdapat
kontradiksi kegiatan prioritas pembangunan subsektor perikanan antara peningkatan produksi dan peningkatan keterkaitan antar sektor. Stakeholders
belum memahami manfaat peranan keterkaitan antar sektor perekonomian. Keterkaitan antar sektor perekonomian dapat mengetahui sektor-sektor mana yang
memiliki potensi menjadi sektor yang strategis dan bisa menggerakan perekonomian wilayah berdasarkan keterkaitan dengan sektor-sektor ekonomi
lainnya melalui struktur input output.
Pemahaman konsep pembangunan dan perencanaan pembangunan subsektor perikanan hanya berorientasi pada kegiatan peningkatan produksi berdasarkan
kondisi dan potensi sumber daya perikanan di wilayah Kabupaten Indramayu tanpa memahami manfaat peranan keterkaitan antar sektor perekonomian akan
berdampak negatif terhadap arahan dan strategi pengembangan subsektor perikanan di wilayah Kabupaten Indramayu. Berdasarkan faktor-faktor penentu
kebijakan pembangunan subsektor perikanan di Kabupaten Indramayu, prioritas pembangunan perikanan yang akan dikembangkan berturut-turut adalah; kegiatan
perikanan budidaya, pengolahan hasil perikanan, dan penangkapan ikan dengan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia.
Peranan subsektor perikanan dalam pembangunan wilayah harus terus ditingkatkan karena memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif serta
merupakan sumber daya yang dapat pulih Dahuri 2002, sehingga diharapkan dalam arahan kebijakan pembangunan subsektor perikanan mampu meningkatkan
keterkaitan subsektor perikanan dengan sektor-sektor lain, baik yang memiliki keterkaitan ke depan maupun keterkaitan ke belakang. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Anwar 2005 bahwa dalam pembangunan kewilayahan yang berkembang akan terjadi transfer input dan output barang dan jasa antar sektor
secara dinamis. Sektor-sektor yang memiliki keterkaitan ke depan dengan sektor perikanan adalah; subsektor perikanan itu sendiri, sektor hotel, sektor restoran,
sektor industri non migas dan sektor swasta. Sektor yang layak didorong