Perikanan 7. Penggalian Keterkaitan Sektoral

Sektor yang mempunyai IDP tinggi memberikan indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai pengaruh terhadap sektor lain, sebaliknya sektor yang mempunyai IDK yang tinggi berarti sektor tersebut akan cepat terpengaruh bila terjadi perubahan pada sektor lainnya. Subsektor perikanan karena memiliki nilai IDP dan IDK kurang dari satu maka dapat diartikan bahwa subsektor perikanan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap sektor lain dan tidak cepat terpengaruh jika terjadi perubahan pada sektor lainnya. Sektor-sektor yang memiliki koefisien keterkaitan ke belakang dan ke depan paling tinggi dapat dikatakan sebagai sektor-sektor yang memiliki basis domestik baik dari sisi input maupun output. Artinya sektor tersebut memiliki kemampuan untuk menggerakkan perekonomian regional domestik. Dari hasil pengelompokan sektor perekonomian berdasarkan nilai IDP dan IDK pada Tabel 31 dapat dilihat bahwa sektor yang memiliki kekuatan menggerakkan perekonomian Kabupaten Indramayu baik dari sisi hulu dan hilir adalah sektor industri non migas. Sektor industri non migas mempunyai IDP dan IDK tinggi. Sektor industri non migas yang merupakan sektor sekunder adalah sektor lanjutan dari penunjang sektor primer manufacture yang cenderung berkaitan pada sumber daya manusia, modal, teknologi dan bahan baku yang berasal dari sektor primer. Sektor ini meliputi lapangan usaha yang terdiri dari a makanan, minuman dan tembakau, b tekstil, pakaian jadi dan kulit, c kayu, barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, d kertas dan barang dari kertas percetakan dan penerbitan, e pupuk, kimia dan barang dari karet, f semen dan barang galian bukan logam, g logam dasar besi dan baja, h alat angkut, mesin dan peralatannya, dan i barang lainnya. Dari keseluruhan lapangan usaha tersebut, yang paling besar adalah makanan, minuman dan tembakau sebesar 84,02.

5.1.3 Multiplier Effect

Multiplier terbagi menjadi multiplier tipe I dan multiplier tipe II. Multiplier tipe I dihitung berdasarkan inverse matriks leontief I-A-1, dimana sektor rumah tangga diperlakukan secara exogenous, sedangkan multiplier tipe II tidak hanya menghitung dampak langsung dan tidak langsung, tetapi termasuk pula dampak induksi, yaitu dampak dari perubahan pola konsumsi rumah tangga akibat peningkatan terhadap kinerja sistem perekonomian wilayah. Analisis multiplier effect dari sektor-sektor perekonomian wilayah Kabupaten Indramayu berdasarkan Tabel I-O tahun 2011 terdiri atas multiplier output, nilai tambah bruto NTB, dan pendapatan income.

5.1.3.1 Multiplier Effect Output OM

Dalam model I-O, output memiliki hubungan timbal balik dengan permintaan akhir, artinya jumlah output yang dapat diproduksi tergantung jumlah permintaan akhirnya. Namun demikian, dalam keadaan tertentu, output justru yang menentukan besarnya permintaan akhir BPS 2000a. Berdasarkan analisis, diperoleh hasil bahwa sektor industri non migas memiliki nilai multiplier effect output yang paling tinggi, diikuti oleh sektor bangunan serta sektor hotel pada urutan kedua dan ketiga. Subsektor perikanan hanya menempati peringkat multiplier effect output ke-16 dari keseluruhan sektor perekonomian dengan nilai 1,20. Hal ini berarti apabila permintaan akhir subsektor perikanan meningkat 1 milyar rupiah, maka dampak terhadap perekonomian wilayah output meningkat 1,20 milyar rupiah. Nilai multiplier effect output per sektor ditampilkan pada Gambar 26. Gambar 26 Nilai Multiplier Effect OutputOM Tipe I Sektor-Sektor Ekonomi Dibandingkan sektor-sektor perekonomian yang termasuk dalam kelompok sektor pertanian, multiplier effect output subsektor perikanan hanya berada di atas sektor tanaman bahan makanan, namun berada di bawah sektor kehutanan, peternakan dan hasil-hasilnya, serta sektor tanaman perkebunan.

5.1.3.2 Multiplier Effect Nilai Tambah BrutoVM

Nilai Tambah Bruto NTB adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan tabel I-O, maka hubungan antara NTB dengan output bersifat linier. Artinya peningkatan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan dan penurunan NTB. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa subsektor perikanan memiliki nilai dampak terhadap NTB sebesar 1,14 yang berarti bahwa apabila permintaan akhir subsektor perikanan meningkat 1 milyar rupiah, maka dampak terhadap NTB akan meningkat 1,14 milyar rupiah. Sektor-sektor yang memiliki dampak 1,08 1,10 1,16 1,17 1,19 1,20 1,20 1,23 1,25 1,31 1,31 1,34 1,38 1,42 1,43 1,45 1,49 1,51 1,52 1,60 1,75 1,77 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 Tanaman Bahan Makanan Kehutanan Air Bersih Tanaman Perkebunan restoran Penggalian Perikanan Komunikasi Perdagangan Besar dan Eceran Minyak dan Gas Bumi Sewa Bangunan Bank dan Lembaga Keuangan … Pemerintahan Umum Industri Migas Jasa Perusahaan Swasta Listrik Pengangkutan Peternakan dan Hasil-hasilnya Hotel Bangunan Industri Tanpa Migas NTB paling tinggi adalah sektor bangunan 2,11 dan industri non migas 2,11. Dampak sektor-sektor perekonomian terhadap NTB dapat dilihat pada gambar 27 . Gambar 27 Nilai Dampak Sektor-Sektor Perekonomian terhadap NTBVM

5.1.3.3 Multiplier Effect PendapatanIM