Kerangka Pemikiran Fisheries Subsector Analysis in Indramayu Regency Regional Development

Sarana dan prasarana, serta sumber daya sosial Biaya dan Pasar subsektor perikanan menentukan arah pembangunan yang ingin dicapai sesuai kapasitasnya. Dalam penentuan prioritas pembangunan subsektor perikanan masih perlu diketahui bobot masing-masing faktor sumber daya yang berpengaruh untuk mengetahui alternatif pembangunan subsektor perikanan yang menjadi pilihan berdasarkan faktor-faktor sumber daya ditujukan untuk meningkatkan produksi kegiatan penangkapan dan budidaya dan untuk meningkatkan nilai tambah pengolahan hasil perikanan. Pelaku pembangunan atau stakeholders subsektor perikanan yang berkepentingan dalam pembangunan subsektor perikanan di Kabupaten Indramayu terdiri atas; 1 instansi teknis, yang terdiri atas Dinas Perikanan dan Kelautan Diskanla dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda; 2 pihak swasta pengusaha di bidang perikanan; 3 tokoh masyarakat di bidang perikanan; dan 4 lembaga swadaya masyarakat LSM di bidang lingkungan dan perikanan. Peranan dan sumbangan subsektor perikanan dalam pembangunan harus dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan. Keterpaduan sektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional yang sinergis antar sektor pembangunan, sehingga setiap kegiatan pembangunan sektoral dilaksanakan dalam kerangka pembangunan wilayah. Pembangunan wilayah yang berimbang merupakan pembangunan yang merata dari wilayah yang berbeda untuk meningkatkan pertumbuhan yang seoptimal mungkin dari potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah. Identifikasi kondisi, potensi, peranan, serta keterkaitan subsektor perikanan menghasilkan gambaran subsektor perikanan aktual dan potensial. Hasil analisis tersebut yang disintesiskan dengan persepsi stakeholders dan kebijakan pemerintah akan menghasilkan arahan pembangunan dan pengembangan subsektor perikanan di Kabupaten Indramayu. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Isu Utama Kebijakan Pengembangan Wilayah Kabupaten Indramayu

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kabupaten Indramayu tahun 2010-2015, Pemerintah Kabupaten Indramayu menyatakan isu-isu strategis pembangunan daerah yang berkaitan dengan prioritas pembangunan subsektor perikanan meliputi: 1 potensi pengembangan perikanan dan kelautan relatif tinggi; 2 minimnya infrastruktur; 3 kualitas sumber daya manusia relatif masih rendah; 4 peluang pasar luar daerah belum dimanfaatkan secara optimal; dan 5 tingkat investasi relatif masih rendah. Hal tersebut erat kaitannya dengan visi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kabupaten Indramayu tahun 2011- 2015, yaitu: ”Mewujudkan Masyarakat Religius, Maju, Mandiri, Sejahtera ” Indramayu Remaja dengan pengertian sebagai berikut: • Religius bermakna mampu menerapkan ajaran agama. • Maju bermakna mampu menerapkan ilmu pengetahuan. • Mandiri bermakna mampu menerapkan prinsip kemandirian. • Sejahtera bermakna mampu memenuhi segenap kebutuhan hidup secara layak yang mencakup aspek sosial-budaya, ekonomi dan fisik. Visi tersebut diatas diwujudkan melalui 7 tujuh misi yang terangkum dalam SAPTA KARYA MULIH HARJA diantaranya adalah: 1. Mengelola Wilayah secara Selaras, Lestari dan Optimal Tujuan : Menyelaraskan tata ruang, keamanan dan kelestarian lingkungan serta meningkatkan kelayakan permukiman dan keparasaranaan. Sasaran:Tata ruang, lingkungan hidup, bencana alam dan permukiman dan prasarana wilayah. 2. Menguatkan Struktur Perekonomian Masyarakat Tujuan : Meningkatkan kemakmuran masyarakat. Sasaran: Pelaku wirausaha, serapan tenaga kerja, Produk Domestik Regional Brutto PDRB, ketahanan pangan serta Neraca Perdagangan Daerah. 3. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Tujuan :Meningkatkan sumber dan nilai pendapatan asli daerah. Sasaran :Nilai Pendapatan Asli Daerah dan sumber Pendapatan Asli Daerah. Dari visi dan misi tersebut terkandung tiga pengertian mendasar, bahwa: 1 untuk mewujudkan pembangunan yang mandiri dan produktif sangat memerlukan ketersediaan sumber daya pendukungnya. Dalam hal ini perwujudan yang dapat dilakukan adalah dengan menyeimbangkan antara upaya pemanfaatan dengan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan; 2 untuk mewujudkan pembangunan yang mandiri dan produktif selain memerlukan sumber daya pendukung, juga memerlukan partisipasi yang luas dari masyarakat dan stakeholders lain dalam implementasinya; dan 3 untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat perlu dilakukan upaya pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara optimal, terpadu dan berkelanjutan Pemkab Indramayu 2010.

2.2 Permasalahan Pembangunan Subsektor Perikanan

Secara umum sumber daya dapat dikelompokkan sebagai sumber daya alam natural resources , sumber daya manusia human resources, sumber daya buatan man made resources, dan sumber daya sosial social resources. Dalam pengelompokan ini, sumber daya perikanan tergolong sebagai sumber daya alam yang lebih khusus lagi diklasifikasikan sebagai sumber daya alam flow alir, dimana jumlah kuantitas fisiknya berubah sepanjang waktu. Dengan kata lain, disebut sumber daya yang dapat diperbaharui renewable tergantung pada proses reproduksinya. Berdasarkan sifat persaingan untuk memanfaatkan dan kemungkinan penguasaannya, maka sumber daya perikanan digolongkan sebagai barang publik public goods karena memiliki dua sifat dominan yaitu non-rivalry dan non-excludable Fauzi 2006. Stobutzki et al. 2006 menyatakan bahwa salah satu permasalahan utama perikanan tangkap di negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia adalah kekhawatiran tentang keadaan perikanan pesisir, terutama kondisi penyusutan sumber daya. Penyebab utama penyusutan tersebut adalah overfishing penangkapan yang berlebihan, yang diperburuk dengan degradasi lingkungan. Salah satu indikator overfishing pada perikanan pesisir adalah penyusutan hasil tangkapan per unit usaha. Hal ini disebabkan besarnya jumlah nelayan yang terlibat dalam kegiatan eksploitasi sumber daya ikan di daerah pesisir. Sependapat dengan pernyataan Stobutzki et al. 2006 dan Fauzi 2005 menyatakan bahwa penyebab utama krisis perikanan global adalah buruknya pengelolaan perikanan dilihat dari dua fenomena menonjol, yaitu overcapacity dan destruksi habitat. Dari kedua fenomena itu kemudian muncul berbagai penyebab lain, misalnya subsidi yang massive, kemiskinan, overfishing dan berbagai turunannya. Overcapacity di subsektor perikanan akan menimbulkan berbagai masalah, yaitu: 1 tidak sehatnya kinerja subsektor perikanan sehingga permasalahan kemiskinan dan degradasi sumber daya dan lingkungan menjadi lebih persisten; 2 menimbulkan tekanan yang intens untuk mengeksploitasi sumber daya ikan melewati titik lestarinya; 3 menimbulkan inefisiensi dan memicu economic waste sumber daya yang ada, di samping menimbulkan komplikasi dalam pengelolaan perikanan, terutama dalam kondisi akses yang terbuka open acces. Penyusutan sumber daya perikanan di Indonesia makin diperparah oleh adanya otonomi daerah, dimana setiap daerah terus memacu pendapatan setinggi-tingginya melalui eksploitasi sumber daya perikanan tanpa memperhitungkan daya dukungnya Heazle dan Butcher, 2007. Menurut Fauzi 2005, permasalahan perikanan dan penyelesaiannya akan sangat tergantung pada bagaimana kita mengambil pelajaran dari kegagalan- kegagalan yang terjadi dimasa lalu path dependency. Dengan demikian maka pembangunan perikanan akan lebih banyak dilaksanakan oleh segenap masyarakat yang didukung oleh pemerintah melalui instansi terkait sebagai penyedia prasarana dan sarana yang bersifat non komersial dan bersifat pembinaan. Sependapat dengan hal tersebut, Widodo dan Suadi 2006 menyatakan bahwa pengelolaan perikanan merupakan proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya, dan implementasi dari aturan-aturan main di bidang perikanan dalam rangka menjamin kelangsungan produktivitas sumber daya dan pencapaian tujuan perikanan lainnya.

2.3 Keterkaitan antar Sektor

Optimalisasi pengembangan subsektor perikanan untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat salah satunya bisa didekati dengan analisis Input-Output untuk meningkatkan keterkaitan antar sektor ekonomi dengan cara menarik sektor-sektor yang ada di hulu maupun di hilirnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Bekhet dan Abdullah 2010, bahwa beberapa implikasi kebijakan diusulkan untuk membantu para pengambil keputusan di bidang perencanaan ekonomi terutama pada pelaksanaan kebijakan yang berhubungan dengan keterkaitan antar sektor ekonomi. Sebagai model kuantitatif, Tabel I-O Input-Output mampu menunjukkan Gambaran tentang sektor ekonomi suatu daerah yang mencakup struktur input, struktur output dan nilai tambah masing-masing sektor. Dengan Tabel I-O juga akan ditunjukkan struktur input antara, sektor penyedia barang dan jasa baik untuk memenuhi permintaan sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor. Selain itu Tabel I-O juga dapat digunakan untuk melihat