4.1  Pendahuluan
Kemampuan  adaptasi  dan  stabilitas  dari  calon  varietas  merupakan  syarat dalam  pelepasan  suatu  varietas  di  Indonesia  Syukur  et  al.  2012.
Pelepasan varietas  merupakan  salah  satu  tahapan  penting  dalam  pembentukan  genotipe
baru.  Sebelum  dilepas  dan  dikembangkan  ke  masyarakat  sebagai  varietas unggul,  genotipe  perlu  mendapat  pengujian  daya  hasil  pada  berbagai
lingkungan.  Crossa  1990  menyatakan  bahwa,    pengujian  sejumlah  galur  pada banyak  lingkungan  sangat  bermanfaat  untuk  menentukan  kisaran  potensi  hasil
yang sesungguhnya dari suatu galur,  menilai  derajat stabilitas dan tanggap  suatu galur  terhadap  berbagai  tipe  lingkungan  serta  memilih  galur  terbaik  dan
menentukan  anjuran  budidayanya.
Uji  multi  lingkungan  bertujuan  untuk mengetahui  daya  hasil  dan  daya  adaptasi  dari  genotipe-genotipe  diberbagai
lingkungan  yang  berbeda  dan  mengkaji  interaksi  genotipe  x  lingkungan. Kajian uji stabilitas dan adaptasi genotipe atau galur pada berbagai lingkungan
bermanfaat  dalam  pemberian  rekomendasi  varietas  yang  dapat  dibudidayakan pada  suatu  tempat  Tariq  et  al.  2003;  Min  et  al.  2003.  Upaya  untuk
mendapatkan  varietas  kacang  tanah  yang  tahan  terhadap  penyakit  bercak  daun dapat dievaluasi pada kondisi multi lingkungan untuk memilih varietas yang stabil
atau spesifik lingkungan.
Stabilitas  suatu  genotipe  disebabkan  oleh  kemampuan  organisme  untuk dapat mengetahui responnya terhadap keragaman  lingkungan. Pengaruh  interaksi
antara  genotipe  dan  lingkungan  merupakan  tantangan  bagi  pemulia  tanaman dalam mengembangkan galur hasil seleksi, dimana galur yang diuji menunjukkan
daya  hasil  yang  berbeda  disetiap  lingkungan  pengujian  Widyastuti    Satoto 2012.
Menurut  Baihaki  dan  Wicaksana  2005,  informasi  interaksi  G  ×  E sangat penting bagi negara-negara yang variabilitas biogeofisiknya luas seperti
Indonesia.  Pemulia  dapat  memanfaatkan  potensi  lingkungan  spesifik  dalam kebijakan  penentuan  penerapan  kebijakan  wilayah  sebaran  suatu  varietas
unggul  baru.  Dalam  hal  ini  ada  dua  alternatif  pilihan,  yaitu  :  1  melepas varietas unggul baru dengan potensi hasil tinggi untuk kisaran spatial yang luas
wide  adaptability,  2  melepas  varietas  unggul  baru  dengan  potensi  hasil tinggi pada wilayah tumbuh yang spesifik spesifik lingkungan tumbuh.
Pengujian  analisis  ragam  gabungan  memberikan  informasi  ada  tidaknya interaksi  antara  genotipe  dan  lingkungan.  Analisis  stabilitas  dapat  dilakukan
apabila  terdapat  interaksi  antara  genotipe  dan  lingkungan  untuk  menunjukkan kestabilan suatu genotipe apabila ditanam pada lingkungan yang berbeda Syukur
et  al.  2012. Cara pendekatan  ini  memerlukan  informasi  yang  lebih rinci tentang perilaku  interaksi  G  x  E  yang  diperoleh  dari  pengamatan  dan  analisis  data  yang
akurat Sitaresmi et al. 2012.
Metode  analisis  stabilitas  yang  dapat  digunakan  antara  lain  metode  dari Finlay  dan    Wilkinson  1963,  Eberhart  dan  Russell  1966,  dan  metode  AMMI
Gauch  1988.  Metode  Finlay-Wilkinson  mengacu  pada  parameter  koefisien regresi b
i
, Eberhart-Russell berdasarkan koefisien dan simpangan regresi kuadrat tengah
2
,  sedangkan  metode  AMMI  Additive Main  Effect  and  Multiplicative Interaction didasarkan pada pengaruh utama aditif dengan interaksi multiplikatif.
Analisis  AMMI  merupakan  gabungan  dari  sidik  ragam  pada  pengaruh  aditif dengan  analisis  komponen  utama  pada  pengaruh  multiplikatif,  dan  efektif
menjelaskan  interaksi  genotipe  dan  lingkungan  Gauch  1992.  Pengaruh multiplikatif  diperoleh  dari  penguraian  interaksi  genotipe  dengan  lingkungan
menjadi  komponen  utama  interaksi  KUI,  dan  interpretasinya  menggunakan biplot-AMMI.  Penelitian  tentang  interaksi  antara  genotipe  dan  lingkungan  pada
kacang tanah telah banyak dilakukan Kasno et al. 2007; Nugrahaeni et al. 1993. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menguji stabilitas hasil galur-galur harapan
kacang tanah Arachis hypogaea  L. tahan penyakit bercak daun rakitan IPB.
4.2  Metode Penelitian
4.2.1  Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian  dilaksanakan  pada  bulan  Februari  sampai  September  2013. Tempat penelitian yaitu Kabupaten Sukabumi ketinggian tempat 500 mdpl, suhu
rata-rata bulanan 18 °C sampai 32 °C dengan curah hujan berkisar 1 200 sampai 2 200 mmtahun, Kabupaten Kuningan ketinggian tempat 700 mdpl, suhu rata-rata
bulanan  berkisar  antara  18  °C  sampai  32°C  dengan  curah  hujan  berkisar  2  000 mm  sampai  2  500  mmtahun,  Kabupaten  Sumedang  ketinggian  tempat  584
mdpl, suhu harian rata-rata 18 °C sampai 24 °C dengan curah hujan berkisar 2 000 sampai  2  400  mmtahun  dan  Kabupaten  Bogor  ketinggian  tempat  330  mdpl,
curah  hujan  berkisar    62.3  sampai  509.8  mmtahun,  suhu  harian  rata-rata  21.8 sampai 26.4
o
C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70.
4.2.2  Bahan dan Alat
Genotipe  kacang  tanah  yang  digunakan  merupakan  hasil  pemuliaan Departemen  Agronomi  dan  Hortikultura,  Fakultas  Pertanian  IPB.  Galur-galur
tersebut  adalah  GWS-18A1,  GWS-39D,  GWS-72A,  GWS-73D,  GWS-74A1, GWS-134D, GWS-110A1, GWS-110A2, GWS-134A, GWS-138A dan 4 varietas
unggul  nasional   sebagai pembanding    yaitu varietas Gajah  yang rentan terhadap penyakit  bercak  daun    dan  varietas    Sima,  Jerapah  dan  Zebra  yang  toleran
terhadap  penyakit  bercak  daun.  Aplikasi  pemupukan  dan  insektisida  furadan diberikan  pada  saat  tanam.  Pupuk  phonska  15:15:15  sebanyak  200  kgha,
diberikan  secara  larikan.  Kapur  dolomit  dengan  dosis  dosis  500  kgha  diberikan secara larikan pada saat tanaman berumur 1 MST.
4.2.3  Prosedur Penelitian
Penanaman  dilakukan  pada  petakan    berukuran  4  m  x  3  m.  Lahan  terbagi atas 3 ulangan, tiap ulangan terdapat 14 petakan sesuai dengan jumlah perlakuan.
Benih kacang tanah ditanam dengan jarak 40 cm  x 15 cm dengan satu benih per lubang tanam.
Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan pada 2 MST dan penyiangan dilakukan pada 3 dan 7 MST. Panen dilakukan pada 15 MST atau disesuaikan dengan kondisi pertanaman
di lapangan, dilakukan secara serentak atau per ulangan pada hari berbeda dalam minggu yang sama.
Pengamatan
Pengamatan  terhadap  karakter  bobot  biji  kering  dilakukan  terhadap  ubinan 1 m x 1 m. Konversi : 1 m
2
= 10
-4
ha, 1 gram = 10
-6
, sehingga 1 gramm
2
= 0.01 tonha.
4.2.4  Rancangan Penelitian
Penelitian  ini  menggunakan  Rancangan  Kelompok  Lengkap  Teracak RKLT  dengan  faktor  tunggal  yaitu  genotipe  dengan  3  ulangan  yang  tersarang
pada  masing-masing  lingkungan  pengujian.  Setiap  ulangan  terdiri  dari  10  galur dan  4  varietas  unggul  yang  ditempatkan  secara  acak  seluruhnya    terdapat  42
satuan percobaan. Analisis ragam  gabungan
Model  linear  aditif  dari  RKLT  untuk  analisis  gabungan  dari  semua lingkungan pengujian adalah sebagai berikut :
� =   +  + +
� +  � + Dimana :
i      =  1, 2, … .14; j = 1, 2, 3; k  =  1, 2, 3
� =
Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j, lingkungan ke-k µ
= Nilai rata-rata umum
= Pengaruh genotipe ke-i
= Pengaruh ulangan ke-j dalam lingkungan ke-k
� =
Pengaruh lingkungan ke-k �
= Pengaruh interaksi genotipe ke-i dan lingkungan ke-k
= Pengaruh acak pada genotipe ke-i, ulangan ke-k dan lingkungan
ke-k
Analisis  ragam  gabungan  dengan  menggunakan  data  penelitian  dari  empat lingkungan. Analisis ragam gabungan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel  4.1  Analisis  ragam  gabungan  menggunakan  model  campuran  lingkungan
acak, genotipe tetap
Sumber keragaman Derajat
bebas Kuadrat
Tengah Nilai harapan
kuadrat tengah F Hitung
Lingkungan l-1
M
l
σ
2
+ g σ
2
M
l
M UL
r-1l M
ul
σ
2
+ g σ
ɤ 2
M
ul
M Genotipe
g-1 M
g
σ
2
+ ∑ g
2
g − 1
M
g
M G x L
g-1l-1 M
gl
σ
2
+ σ
g 2
M
gl
M Galat
lr-1g-1 M
σ
2
- Total
rlg - 1 Sumber
:  Steel  Torrie 1981. Keterangan
:  r = banyaknya ulangan, l = banyaknya  lingkungan, g = banyaknya genotipe,
�
� �
=  ragam lingkungan, �
�� �
= ragam interaksi.
Analisis Stabilitas
Metode pendekatan analisis stabilitas yang digunakan : 1.  Finlay dan Wilkinson 1963
Persamaan koefisien regresi adalah : ∑  Y
i j
- Y
i.
Y
. j
- Y b
i
=
j
∑ Y
. j
-  Y
2 j
Dimana : Ȳ
ij
=  Nilai rata-rata pengamatan pada galur ke-i dan lingkungan ke-j Ȳ
i
=  Nilai rata-rata galur ke-i pada seuruh lingkungan Ȳ
.j
=  Nilai rata-rata pengamatan lingkungan ke-j pada seluruh galur b
i
=  Slope regresi Y
=  Nilai rata-rata total seluruh pengamatan 2.  Eberhart dan Russel 1966
Analisis  stabilitas  untuk  hasil  dan  komponen  hasil  menggunakan  metode Elberhart  dan  Russell  1966  dan  analisis  sidik  ragamnya  disajikan  pada
Tabel 19 dengan model regresi yang digunakan adalah :
� =
+ +
Dimana :
� =  Hasilkomponen hasil rataan dari genotipe ke-i di lingkungan ke-j
= Rataan  umum  hasilkomponen  hasil  genotipe  ke-i  dari  semua
lingkungan =
Koefisien  regresi,  mengukur  respon  genotipe  ke-i  pada  lingkungan yang  berbeda
= Indeks lingkungan yaitu rata-rata semua genotipe pada lingkungan ke-
j dikurangi rata-rata seluruh percobaan
= ∑ �
�   − ∑ ∑ �
�
=  Simpangan regresi dari genotipe ke-i pada lingkungan ke-j
Genotipe stabil bila memiliki nilai koefisien regresi b
i
= 1 dan nilai deviasi simpangan regresi kuadrat tengah
2
= 0 Eberhart  Russel 1966; Singh Chaundhary 1979. Model statistik yang digunakan adalah :
a.  Koefisien regresi b
i
:
Koefisien regresi diuji  t yaitu : T
hitung
= b
i
- 1 SE
b
b.  Simpangan dari regresi :
 
j j
j j
ij i
I I
Y b
2
 
r S
s d
e j
ij
S
2 2
2 2