Stabilitas Hasil TINJAUAN PUSTAKA

peubah dan tidak menjelaskan hubungan sebab akibat. Kendala ini dapat diatasi dengan menggunakan metode analisis lintas path analysis. Analisis lintas dikembangkan oleh Sewall-Wright pada tahun 1934 sebagai metode untuk menelaah pengaruh langsung dan tidak langsung dari suatu peubah, dimana beberapa peubah dianggap sebagai penyebab terhadap peubah lain yang dianggap sebagai peubah akibat Dillon Goldstein 1984. Melalui analisis ini dapat diketahui kontribusi berupa pengaruh langsung direct effects dan pengaruh tidak langsung indirect effects antar karakter bebas terhadap karakter respon Singh 2004. Pengaruh langsung adalah besarnya pengaruh dari suatu peubah terhadap peubah lain tanpa melalui perantara peubah lain di dalam model. Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang ditimbulkan dari suatu peubah terhadap peubah lain melalui perantara suatu peubah. Pengaruh total merupakan total dari seluruh pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung. Analisis lintas bukan merupakan metode untuk menemukan penyebab suatu hubungan, melainkan suatu metode yang digunakan untuk mendefinisikan model kausal yang telah dirumuskan secara teoritis atas dasar pengetahuan sebelumnya Kerlinger dan Pedhazur 1973. Gaspersz 1992 menyatakan bahwa analisis koefisien lintas merupakan suatu bentuk regresi linier yang dilaksanakan pada sistem tertutup. Oleh karena itu analisis koefisien lintas mempunyai keterbatasan seperti pada semua metode linier. Pada dasarnya metode analisis lintas path analysis merupakan bentuk analisis regresi linier terstruktur berkenaan dengan variabel-variabel baku standardized variables dalam suatu sistem tertutup closed system yang secara formal bersifat lengkap. Dengan demikian, analisis lintas dapat dipandang sebagai suatu analisis struktural yang membahas hubungan kausal di antara variabel-variabel dalam sistem tertutup. Singh dan Chaudary 1979 menyatakan bahwa koefisien lintas merupakan perbandingan antara simpangan baku pengaruh yang disebabkan oleh suatu sebab terhadap total simpangan baku faktor akibat, jika hubungan antara sebab dan akibat didefenisikan dengan baik, hal tersebut memungkinkan untuk menyajikan seluruh sistem peubah dalam bentuk diagram. Hubungan antar variabel secara diagramatik diagram jalur yang bentuknya ditentukan oleh proposisi teoritik yang berasal dari kerangka pemikiran tertentu dan perumusan hipotesis penelitian. Singh dan Chaudhary 1979 memberikan acuan keterkaitan pengaruh langsung dan tidak langsung pada analisis lintas sebagai berikut : 1 Efektifitas seleksi secara langsung akan dicapai apabila koefisien korelasi antara faktor penyebab kausal dan faktor yang dipengaruhi efek nilainya hampir sama dengan pengaruh langsungnya sehingga seleksi tersebut dapat menjelaskan hubungan yang sebenarnya; 2 Jika koefisien korelasi bernilai negatif tetapi pengaruh langsungnya bernilai negatif atau tak bernilai, maka pengaruh langsung merupakan penyebab adanya korelasi. Pada situasi tertentu penyebab faktor tidak langsung perlu diperhatikan pada saat bersamaan; 3 Koefisien korelasi dapat pula bersifat negatif namun pengaruh langsungnya tinggi dan bernilai positif. Gambar 2.4 Model diagram pada analisis lintas Pada Gambar 2.4 disajikan model diagram pada analisis lintas. Simbol X merupakan lambang variabel bebas independent yang terdiri dari tiga sub variabel: X 1 , X 2 , X 3 dan simbol Y merupakan lambang variabel terikat dependent. X 1 , X 2 , X 3 berpengaruh positif secara parsial dan kumupalif terhadap Y. Disamping variabel-variabel tersebut, masih ada satu variabel residu yang diberi simbol . Gambar 2.4 memperlihatkan bahwa hubungan antara X 1 dengan Y, X 2 dengan Y, X 3 dengan Y adalah hubungan kausal. Sedangkan hubungan antara X 1 dengan X 2 , X 1 dengan X 3 , dan X 2 dengan X 3 masing-masing merupakan hubungan korelasional. X 1 X 2 X 3 Y ɛ

BAB 3 KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR- GALUR HARAPAN KACANG TANAH

Arachis hypogaea L. TAHAN PENYAKIT BERCAK DAUN RAKITAN IPB Abstrak Penelitian ini memberikan informasi keragaan galur-galur harapan kacang tanah tahan penyakit bercak daun. Penelitian dilakukan di Sukabumi, Kuningan, Sumedang dan Bogor. Digunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak RKLT dengan tiga ulangan. Bahan tanam digunakan sepuluh galur harapan dan 4 varietas. Analisis ragam menunjukkan genotipe, lingkungan, interaksi genotipe dan lingkungan berpengaruh sangat nyata. Keragaan genotipe tertinggi yaitu tinggi tanaman oleh Sima, jumlah cabang dan jumlah polong isi oleh GWS-134A, persentase panjang batang utama berdaun hijau oleh GWS-18A. Bobot brangkasan dan bobot seratus biji oleh GWS-73D. Bobot polong kering, jumlah polong total, bobot polong total, bobot polong isi dan bobot biji tanaman oleh GWS-110A1. Indeks masak biji kulit oleh GWS-39D dan berat biji kering per ubin oleh Gajah. Produktivitas biji kering tertinggi ditunjukkan oleh varietas Gajah sebesar 1.88 ton.ha-1 dan terendah oleh Jerapah sebesar 1.20 ton.ha -1 . Galur-galur harapan kacang tanah rakitan IPB menunjukkan produktivitas yang lebih tinggi dari Jerapah. Hal ini berarti galur-galur tersebut memiliki potensi hasil yang cukup baik. Bobot biji kering tertinggi dicapai pada lingkungan Sukabumi, Kuningan, Bogor dan Sumedang yaitu sebesar 232.22, 173.22, 94.41 dan 84.96 gram. Kata kunci : Analisis ragam, bercak daun, galur, multi lingkungan Abstract This study provides information about the variability of peanut cultivars which resistant to leaf spot disease. The study was conducted in Sukabumi, Kuningan, Sumedang and Bogor and used Randomized Complete Block Design RCBD with three replications. Planting materials were ten cultivars and four varieties. Analysis of variance showed that that genotype, environment, genotype and environment interaction was highly significant. Performance of genotype characters were the highest plant height by Sima, number of branches and number of pods by GWS-134A, the percentage length of the main stem of leafy greens by GWS-18A. Weight of stover and hundred seed weight by GWS-73D. The weight of dry pods, total number of pods, pod weight total weight of pods and seed weight of plants by GWS-110A1, index ripe seed skin by GWS-39D and dry seed weight per tile by Elephant. The highest productivity of dry beans is shown by elephant varieties of 1.88 ton.ha -1 and the lowest by Giraffe is 1.20 ton.ha -1 . Promising lines of peanut IPB developed showed higher productivity of the Giraffe. This means that these strains have the potential for good results. Weight of dry beans highest achieved in the environment Sukabumi, Kuningan, Bogor and Sumedang in the amount of 232.22, 173.22, 94.41 and 84.96 grams. Key words: Analysis of variance, leaf spots, lines, multi-location.

3.1 Pendahuluan

Kacang tanah merupakan komoditas pangan sebagai sumber sumber protein dan lemak nabati dalam pola pangan penduduk Indonesia Adisarwanto 2000. Kebutuhan kacang tanah terus meningkat, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, kapasitas industri dan sebagai pakan Fachruddin 2000. Kacang tanah dapat beradaptasi luas pada berbagai kondisi lahan lahan sawah, lahan bukaan baru atau lahan marginal. Total produksi kacang tanah Nasional selalu berfluktuasi dari tahun ke tahun. Tercatat total produksi kacang tanah tahun 2009 sebesar 777 888 ton namun mengalami penurunan hingga 701 680 ton pada tahun 2013. Produktivitas kacang tanah pada tahun 2013 sebesar 1.35 ton.ha -1 biji kering BPS, 2013, sementara hasil penelitian Koesrini et al 2006 melaporkan bahwa, produktivitas kacang tanah bisa mencapai 2.0 ton.ha -1 biji kering. Rendahnya produktivitas kacang tanah dipengaruhi oleh sifat atau karakter agroklimat, intensitas dan jenis hama penyakit, varietas yang ditanam, umur panen, serta cara usaha taninya Adisarwanto 2000. Sistem usaha tani di Indonesia cukup beragam dari segi budidaya maupun lingkungan. Penampilan fenotipe kacang tanah dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan. Fenotipe merupakan hasil interaksi dari genotipe dan lingkungan Roy 2000. Genotipe akan memberikan respon yang berbeda terhadap lingkungan tumbuh. Kegiatan pemuliaan tanaman dapat menjadi alternatif dalam merakit varietas sesuai kebutuhan. Program pemuliaan kacang tanah diarahkan untuk peningkatan hasil secara genetik dan ketahanan terhadap penyakit penting Kasno et al. 2006. Salah satu penyakit penting yang menjangkiti kacang tanah yaitu penyakit bercak daun. Kegiatan pemuliaan tanaman kacang tanah memerlukan keragaman genetik untuk dapat memilih genotipe-genotipe potensial yang memililiki daya hasil yang tinggi dan tahan terhadap penyakit. Evaluasi materi genetik merupakan salah satu tahap penting pada program pemuliaan. Evaluasi dilakukan sebagai dasar pemilihan materi genetik sehingga lebih memudahkan pemilihan berdasarkan tujuan penggunaannya Ntare 1999.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2013. Lingkungan penelitian berada diwilayah Propinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Bogor waktu penanaman bulan Februari - Mei 2013, ketinggian tempat 330 mdpl, curah hujan berkisar 62.3 sampai 509.8 mmtahun, suhu harian rata-rata 21.8 sampai 26.4 o C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70. Kabupaten Sumedang waktu penanaman bulan Maret - Juni, ketinggian tempat 584 mdpl, suhu harian rata-rata 18 °C sampai 24 °C dengan curah hujan berkisar 2 000 sampai 2 400 mmtahun, Kabupaten Sukabumi waktu penanaman bulan Mei - Agustus, ketinggian tempat 500 mdpl, suhu rata-rata bulanan 18 °C sampai 32 °C dengan curah hujan berkisar 1 200 hingga 2 200 mmtahun dan Kabupaten Kuningan waktu penanaman bulan Juni - September, ketinggian tempat 700 mdpl, suhu rata-rata bulanan berkisar antara 18 °C sampai 32 °C dengan curah hujan berkisar 2 000 mm hingga 2 500 mm per tahun.

3.2.2 Bahan dan Alat

Bahan tanam yang digunakan adalah 10 galur kacang tanah hasil pemuliaan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB yaitu GWS- 18A1, GWS-39D, GWS-72A, GWS-73D, GWS-74A1, GWS-134D, GWS- 110A1, GWS-110A2, GWS-134A, GWS-138A dan 4 varietas unggul nasional sebagai pembanding yaitu varietas Gajah yang rentan terhadap penyakit bercak daun dan varietas Sima, Jerapah dan Zebra yang toleran terhadap penyakit bercak daun. Galur yang diuji merupakan 10 galur GWS hasil persilangan varietas Gajah dengan varietas introduksi GP-NCWS4 yang tahan penyakit bercak daun. Pupuk yang digunakan adalah pupuk phonska 15:15:15 sebanyak 200 kgha, diberikan secara larikan pada saat tanam. Insektisida furadan diberikan ke dalam lubang tanam pada waktu penanaman dengan dosis sesuai anjuran. Pengapuran dengan menggunakan kapur dolomit diberikan secara larikan pada saat tanaman berumur 1 MST dengan dosis 500 kgha.

3.2.3 Pelaksanaan Penelitian

Persiapan lahan dilakukan sebelum penanaman dengan membuat lahan menjadi petakan berukuran 4 m x 3 m. Lahan terbagi atas 3 ulangan, tiap ulangan terdapat 14 petakan sesuai dengan jumlah perlakuan. Benih kacang tanah ditanam dengan jarak 40 cm x 15 cm dengan satu benih per lubang tanam. Pemeliharaan Penyulaman dilakukan pada 2 MST dan penyiangan dilakukan pada 3 dan 7 MST. Panen dilakukan pada 15 MST atau disesuaikan dengan kondisi pertanaman di lapangan, dilakukan secara serentak atau per ulangan pada hari berbeda dalam minggu yang sama. Pengamatan Pengamatan peubah dilakukan terhadap petak 4 m x 3 m, ubinan 1 m x 1 m, dan 5 tanaman contoh yaitu : 1. Tinggi tanaman cm. 2. Jumlah cabang, diamati pada saat panen pada 5 tanaman contoh. 3. Persentase panjang batang utama berdaun hijau, diamati saat panen pada 5tanaman contoh. 4. Bobot brangkasan basah gram pada 5 tanaman contoh. 5. Jumlah polong total per tanaman pada 5 tanaman contoh. 6. Jumlah polong isi per tanaman pada 5 tanaman contoh. 7. Bobot polong total per tanaman pada 5 tanaman.