2.9  Korelasi dan Analisis Lintas
Nilai  korelasi  adalah  nilai  derajat  keeratan  hubungan  antara  dua  sifat  yang langsung diukur. Dalam peritungn korelasi akan  didapat koefisien korelasi   yang
menunjukkan  keeratan  hubungan    antara  dua  variabe  tersebut.  Niai  koefisien korelasi  berkisar    antara  0  sampai  1  atau  0  sampai  -1.  Jika  nilai  semakin
mendekati  1  atau  -1,  hubungan  semakin  erat,  sebaliknya  jika  mendekati  0, hubungan  semakin  lemah  Priyatno  2009.  Siregar  2013  menambahkan  bahwa
untuk  kekuatan  hubungan,  nilai  koefisien  korelasi  berada  diantara  -1  sampai  1, sedangkan untuk arah dinyatakan dalam bentuk positif +  dan negatif -.
Tabel 2.1 Tingkat korelasi dan kekuatan hubungan Siregar 2013
No Koefisien korelasi r
Tingkat hubungan 1
0.00 – 0.199
Sangat lemah 2
0.20 – 0.399
Lemah 3
0.40 – 0.599
Cukup 4
0.60 – 0.799
Kuat 5
0.80 – 1.000
Sangat kuat Analisis  korelasi  digunakan  untuk  mengetahui  derajat  atau  kekuatan  dan
arah    hubungan  antara  dua  variabel.  Ada  beberapa  teknik  statistik    yang  dapat digunakan untuk menganalisis  hubungan, salah satunya adalah koefisien korelasi
Pearson  r.  Manfaat  korelasi  Pearson  Product  Moment  adalah  untuk  mencari hubungan  variabel  bebas  X  dengan  variabel  tak  bebas  Y  dan  data  berbentuk
interval  atau  rasio  Sugiyono  2003;  Siregar  2013.  Untuk  data  yang  berskala interval dan atau rasio bersifat kuantitatifparametrik tipe analisis korelasi  yang
digunakan adalah Pearson Correlation atau istilah lainnya adalah Product Moment Correlation.  Sedangkan  untuk  yang  berskala  ordinal  kita  gunakan  Spearman
Correlation  Statistik  Non-Parametrik.  Korelasi  Pearson  Product  Moment Pearson  berguna  untuk  mengukur  keeratan  hubungan  antara  dua  variabel  yang
mempunyai distribusi data normal.
Korelasi  antara  dua  sifat  perlu  diketahui  karena  perubahan  yang  terjadi akibat  seleksi  terhadap  suatu  sifat  dapat  secara  simultan  berpengaruh  terhadap
sifat-sifat lain yang berkorelasi. Diketahuinya korelasi suatu sifat dengan sifat lain maka  dapat  diantisipasi  perubahan  sifat  lain,  apabila  dilakukan  seleksi  terhadap
sifat tertentu. Korelasi yang tinggi di antara hasil dan komponen-komponen hasil umumnya mendukung studi heritabilitas dengan asumsi bahwa porsi terbesar dari
ragam  genetik  adalah  aditif,  sehingga  seleksi  untuk  setipa  komponen  yang berkorelasi dengan hasil akan memberikan sumbangan untuk perbaikan sifat hasil
Poehlman  1975.  Korelasi  genetik  antara  dua  sifat  mungkin  disebabkan  adanya keterpautan  antara  gen-gen  yang  mengandalikan  sifat-sifat  itu,  atau  dengan  gen
yang  sama  benar-benar  mengendalikan  sifat-sifat  pleiotropy.  Pengaruh pleiotropy dapat dijelaskan melalui hubungan fisiologi diantara sifat-sifat. Sebagai
contoh,  tinggi  tanaman  dan  biomassa  dihasilkan  dari  ekspresi  produk  gen  yang sama.  Jika  sifat  ini  dapat  diukur  pada  level  produk  gen,  korelasi  genetik  harus
ditunjukkan  sebagai  akibat  keterpautan  genetik  Li  1998.  Analisis  korelasi memiliki  kelemahan  karena  hanya  mengukur  keeratan  hubungan  linier  antar
peubah  dan  tidak  menjelaskan  hubungan  sebab  akibat.  Kendala  ini  dapat  diatasi dengan menggunakan metode analisis lintas path analysis.
Analisis  lintas dikembangkan oleh Sewall-Wright  pada tahun 1934 sebagai metode untuk menelaah pengaruh langsung dan tidak langsung dari suatu peubah,
dimana  beberapa  peubah  dianggap  sebagai  penyebab  terhadap  peubah  lain  yang dianggap  sebagai  peubah  akibat  Dillon    Goldstein  1984.  Melalui  analisis  ini
dapat diketahui kontribusi berupa pengaruh langsung direct effects dan pengaruh tidak  langsung  indirect  effects  antar  karakter  bebas  terhadap  karakter  respon
Singh  2004.  Pengaruh  langsung  adalah  besarnya  pengaruh  dari  suatu  peubah terhadap  peubah  lain  tanpa  melalui  perantara  peubah  lain  di  dalam  model.
Pengaruh  tidak  langsung  adalah  pengaruh  yang  ditimbulkan  dari  suatu  peubah terhadap  peubah  lain  melalui  perantara  suatu  peubah.  Pengaruh  total  merupakan
total dari seluruh pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung. Analisis lintas bukan  merupakan  metode  untuk  menemukan  penyebab  suatu  hubungan,
melainkan suatu metode yang digunakan untuk mendefinisikan model kausal yang telah  dirumuskan  secara  teoritis  atas  dasar  pengetahuan  sebelumnya  Kerlinger
dan Pedhazur 1973.
Gaspersz  1992  menyatakan  bahwa  analisis  koefisien  lintas  merupakan suatu bentuk regresi linier yang dilaksanakan pada sistem tertutup. Oleh karena itu
analisis  koefisien  lintas  mempunyai  keterbatasan  seperti  pada  semua  metode linier. Pada  dasarnya  metode  analisis  lintas path  analysis  merupakan  bentuk
analisis  regresi  linier  terstruktur  berkenaan  dengan  variabel-variabel  baku standardized variables dalam suatu sistem tertutup closed  system yang secara
formal  bersifat  lengkap.  Dengan  demikian,  analisis  lintas  dapat  dipandang sebagai  suatu  analisis  struktural  yang  membahas  hubungan  kausal  di  antara
variabel-variabel dalam  sistem tertutup. Singh dan  Chaudary 1979  menyatakan bahwa koefisien lintas merupakan perbandingan antara simpangan baku pengaruh
yang  disebabkan  oleh  suatu  sebab  terhadap  total  simpangan  baku  faktor  akibat, jika  hubungan  antara  sebab  dan  akibat  didefenisikan  dengan  baik,  hal  tersebut
memungkinkan  untuk  menyajikan  seluruh  sistem  peubah  dalam  bentuk  diagram. Hubungan  antar  variabel  secara  diagramatik  diagram  jalur  yang  bentuknya
ditentukan  oleh  proposisi  teoritik  yang  berasal  dari  kerangka  pemikiran  tertentu dan perumusan hipotesis penelitian.
Singh  dan  Chaudhary  1979  memberikan  acuan  keterkaitan  pengaruh langsung  dan  tidak  langsung  pada  analisis  lintas  sebagai  berikut  :  1  Efektifitas
seleksi    secara  langsung  akan  dicapai    apabila  koefisien  korelasi  antara  faktor penyebab  kausal  dan  faktor  yang  dipengaruhi  efek  nilainya  hampir  sama
dengan  pengaruh  langsungnya  sehingga  seleksi  tersebut  dapat  menjelaskan hubungan  yang  sebenarnya;  2  Jika  koefisien  korelasi    bernilai  negatif  tetapi
pengaruh langsungnya bernilai negatif atau tak bernilai, maka pengaruh langsung merupakan penyebab adanya korelasi. Pada situasi tertentu penyebab faktor tidak
langsung perlu diperhatikan pada saat bersamaan; 3 Koefisien korelasi dapat pula bersifat negatif  namun pengaruh langsungnya tinggi dan bernilai positif.