Syarat Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA

keunggulan varietas seperti daya hasil tinggi, tahan hama dan penyakit. Karakter- karakter tersebut dapat tercermin dari nilai ragam genetik, ragam lingkungan dan ragam interaksinya Poespodarsono 1988. Syukur et al 2012 menambahkan, ragam interaksi tersebut dapat memberikan informasi varietas unggul yang stabil atau spesifik lingkungan. Interaksi genotipe dan lingkungan terjadi bila keragaan nisbi relative performence atau peringkat beberapa genotipe berubah dengan perubahan lingkungan, perubahan lingkungan yang spesifik memberikan efek lebih besar untuk suatu genotipe dari genotipe yang lain Falcorner Mackay 1996. Sehingga perlu penyesuain varietas dengan lingkungan tumbuh. Menurut Soemartono 1988, lingkungan akan diperlihatkan oleh keragaan fenotipenya sebagai interaksi genotipe terhadap lingkungan tumbuh. Mattjik dan Sumertajaya 2000 menyatakan, jika respon suatu faktor berubah dari pola kondisi tertentu ke kondisi yang lain untuk faktor yang lain maka kedua faktor dikatakan berinteraksi. Jika pola respon dari suatu faktor tidak berubah pada berbagai kondisi faktor yang lain maka kedua faktor tersebut tidak berinteraksi.

2.8 Stabilitas Hasil

Stabilitas genotipe adalah kemampuan genotipe untuk hidup pada berbagai lingkungan yang beragam sehingga genotipenya tidak banyak mengalami perubahan pada tiap-tiap lingkungan tersebut. Stabilitas hasil dapat disebabkan oleh mekanisme penyangga individu individual buffering dan penyangga populasi population buffering. Genotipe yang stabil dapat berpenampilan baik di semua lingkungan Syukur et al. 2012. Lin e al. 1986 memberikan empat tipe konsep stabilitas. Konsep stabilitas tipe 1 yaitu genotipe cenderung stabil bila ragam antar lingkungannya kecil. Genotipe ini sangat stabil walau berada pada berbagai lingkungan. Konsep ini disebut stabilitas statik atau stabilitas biologis Becker et al. 1998, berguna untuk data kualitatif, ketahanan hama dan penyakit atau stres lingkungan. Parameter yang dapat menggambarkan stabilitas adalah koefisien ragam Cvi pada setiap genotipe dan ragam genotipe pada keseluruhan lingkungan S 2 i . Konsep stabilitas tipe 2 yaitu genotipe cenderung stabil jika respon terhadap lingkungan adalah sejajar dengan respon daya hasil untuk semua genotipe. Genotipe stabil bila jika tidak memiliki perbedaan secara umum respon terhadap lingkungannya dan bisa diprediksikan stabil responya terhadap lingkungan. Konsep ini disebut juga stabilitas dinamis atau stabilitas agronomis Becker et al.1988. Koefisien regresi b i Finlay dan Wilkinson 1963, komponen ragam nilai tengah terhadap interaksi genotipe dan lingkungan Ө i Plasteid et al. 1959 komponen ragam dari interaksi genotipe x lingkungan Ө i Plaisteid 1960, ecovalen W 2 i Wricke 1962 dan ragam stabilitas 2 i Shukla 1972 dapat digunakan untuk mengukur stabilitas tipe ini. Konsep stabilitas tipe 3 yaitu denotipe cenderung stabil apabila residu kuadrat tengah MS dari model regresi terhadap indeks lingkungan kecil. Konsep ini sama dengan konsep stabilitas tipe 2 Becker et al.1988. Metode Eberhart dan Russel 1966, Perkins dan Jinks 1968 dan Tai 1971 dapat menjelaskan metode ini. Berguna untuk data kuantitatif pengaruh genotipe x lingkungan Becker et al.1988. Konsep stabilitas tipe 4 yaitu didasarkan pada variasi bukan genetik yang bisa diprediksi dan tidak diprediksi. Komponen yang dapat diprediksi berkaitan dengan lingkungan dan komponen yang tidak bisa diprediksi berkaitan dengan tahun. Konsep ini diajukan oleh Lin dan Binnas 1988a. Pendekatan regresi digunakan pada bagian yang bisa diprediksi dan kuadrat tengah MS dari tahun x lingkungan untuk setiap genotipe sebagai perhitungan yang tidak bisa diprediksi. Analisis kestabilan adalah metode untuk melihat tingkat adaptasi genotipe terhadap berbagai lingkungan dilihat dari keadaan atau kestabilan fenotipe. Analisis stabilitas mensyaratkan keragaman interaksi antara lingkungan dan genotipe nyata Singh dan Chaundary 1979. Genotipe dengan hasil tinggi dan stabil akan berpenampilan baik disemua lingkungan Syukur et al. 2012, di samping potensi hasil tinggi. Oleh karena itu, sejumlah besar prosedur statistik telah dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman hubungan interaksi genotipe dan lingkungan. Pengukuran stabilitas biasanya digunakan berbagai pendekatan analisis. Pendekatan parametrik merupakan salah satu pendekatan untuk mempelajari stabilitas suatu genotipe. Pendekatan parametrik berdasarkan asumsi sebaran genotipe, lingkungan dan pengaruh G x E Syukur et al. 2012. Pendekatan parametrik diantaranya adalah pendekatan model Finlay dan Wilkinson 1963, Eberhart dan Russel 1966, dan metode AMMI Additive Main Effect Multiplicative Interaction. Metode Finlay dan Wilkinson Finlay dan Wilkinson memberikan panduan penilaian adaptabilitas dan stabilitas suatu genotipe yang didasarkan atas nilai koefisien regresi bi dan rata- rata hasilnya. Suatu genotipe yang memiliki koefisien regresi b i =1 merupakan genotipe yang paling stabil. Penambahan nilai koefisien terhadap 1.0 atau b i 1 berarti meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan, sementara itu penurunan koefisien b i 1 berarti peningkatan ketahanan terhadap perubahan lingkungan Syukur et al. 2012. Finlay dan Wilkinson membagi tiga kelompok stabilan yaitu : a. Jika koefisien regresi mendekati atau sama dengan b i = 1 maka stabilitasnya adalah rata-rata average stability. Jika stabilitasnya rata-rata dan hasilnya rata-rata lebih tinggi dari semua genotipe pada semua lingkungan maka genotipe tersebut memiliki adaptasi umum yang baik general adaptability. Sebaliknya jika rata-rata hasil lebih rendah dari rata-rata umum maka adaptasinya buruk poorly adapted pada semua lingkungan. b. Jika koefisien regresi lebih besar dari satu b i 1 maka stabilitasnya berada dibawah rata-rata below average stability. Genotipe demikian peka terhadap perubahan lingkungan yang menguntungkan favorable. c. Jika koefisien regresi lebih kecil dari satu b i 1 maka stabilitasnya berada diatas rata-rata above average stability. Genotipe beradaptasi pada lingkungan yang marjinal. Adaptasi khusus pada lingkungan optimal dibawah rata-rata stabilitas Adaptasi rendah Adaptasi tinggi Rata-rata stabilitas diatas rata-rata Adaptabilitas khusus stabilitas pada lingkungan marginal Gambar 2.3 Interaksi pola populasi varietas yang diperoleh bila koefisien regresi varietas diplot terhadap produksi rata-rata varietas Finlay dan Wilkinson 1963 Gambar 2.3 menunjukkan gambaran interpretasi pola populasi yang berasal dari nilai koefisien genotipe yang diplotkan terhadap nilai rata-rata hasil dari suatu genotipe. Metode Eberhart dan Russel Metode Ebelhart dan Russel, menggunakan dua pengukuran stabilitas yang didasarkan nilai koefisien regresi b i dan deviasi simpangan kuadrat tengah 2 . Rata-rata hasil dari semua genotipe pada tiap lingkungan digunakan sebagai indeks lingkungan dan koefisien regresi serta simpangan regresi merupakan parameter penduga stabilitas atau daya adaptasi. Eberhart dan Russel 1966 menjelaskan bahwa keuntungan dari penggunaan koefisien regresi sebagai penduga adaptasi ialah diketahuinya arah adaptasi ke lingkungan subur atau lingkungan yang kurang subur. Penggunaan koefisien regresi yang menyertakan indeks lingkungan dapat mmembantu dalam menilai tingkat kesuburan lingkungan. Indeks lingkungan dapat dianggap sebagai penduga tingkat kesuburan relatif bagi komoditi tertentu Eberhart dan Russel, 1966. Hal tersebut menunjukkan semua lingkungan dengan indeks lingkungan besar sangat cocok untuk pertumbuhan komoditi yang diuji dibanding dengan lingkungan yang lain. Sebaliknya, semua lingkungan yang memiliki indeks lingkungan kecil, dapat dikatakan memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Genotipe stabil bila memiliki nilai koefisien regresi b i = 1 dan nilai deviasi simpangan regresi kuadrat tengah S d 2 = 0 Eberhart Russel 1966; Singh Chaundhary 1979. Metode AMMI Additive Main Effect Multiplicative Interaction AMMI Additive Main Effect Multiplicative Interaction adalah suatu teknik analisis data percobaan dua faktor perlakuan dengan pengaruh utama perlakuan bersifat aditif sedangkan pengaruh interaksi dimodelkan dengan model bilinier. Analisis AMMI menggabungkan pengaruh aditif pada analisis ragam dan pengaruh multiplikatif pada analisis komponen utama Mattjik 2005. Model AMMI merepresentasikan observasi ke dalam komponen sistematik yang terdiri dari pengaruh utama main effect dan pengaruh interaksi melalui suku-suku