dan beradaptasi luas. Gauch 1992 menyatakan bahwa, genotipe yang tumbuh di lintas lingkungan pengujian dan mendekati sumbu nol, memberikan indikasi
bahwa genotipe tersebut bersifat stabil. Jika sangat jauh dari sumbu nol menunjukkan genotipe memiliki daya adaptasi yang spesifik. Genotipe yang tidak
stabil menunjukkan respon yang positif jika ditanam di suatu lingkungan yang menguntungkan dan berespon negatif jika ditanam di lingkungan yang berbeda
Aryana 2010.
Genotipe yang berindikasi beradaptasi spesifik terhadap lingkungan tertentu yaitu GWS-110A1, GWS-134D dan Jerapah merupakan genotipe-genotipe yang
spesifik pada lingkungan Bogor. Genotipe GWS-110A2, Gajah dan Zebra merupakan genotie-genotipe yang spesifik pada lingkungan Sukabumi. Genotipe
GWS-18A1, GWS-39D, GWS-72A, GWS-134A dan Sima merupakan genotipe- genotipe yang spesifik pada lingkungan Kuningan. Genotipe GWS-74A1
merupakan genotipe spesifik pada lingkungan Sumedang. Genotipe-genotipe tersebut memperlihatkan kedekatan garis lingkungan dan titik genotipe. Endang
2003 menyatakan bahwa, jika suatu genotipe dan lingkungan jaraknya berdekatan, maka hal ini menunjukkan genotipe tersebut dapat tumbuh dengan
baik di lingkungan terkait. Dengan demikian genotipe-genotipe tersebut dikelompokkan sebagai genotipe yang spesifik dan beradaptasi sempit.
Kesesuaian tempat tumbuh dapat juga diinterpretasikan dari besarnya sudut yang dibentuk oleh garis genotipe dan lingkungan yaitu menginformasikan adanya
korelasi antara gonotipe dan lingkungan tersebut. Semakin kecil sudut yang terbentuk menginformasikan semakin besarnya korelasi yang terjadi diantara
genotipe dan lingkungan. Hal ini memberikan indikasi adaptasi yang bersifat spesifik lingkungan.
Pemulia tanaman dapat memanfaatkan interaksi genotipe dengan lingkungan sehingga dapat diperoleh tanaman dengan sifat yang diinginkan Tai
et al. 1982. Menurut Kasno et al. 1987 terjadinya interaksi genotipe dengan lingkungan akan memperkecil kemajuan seleksi karena lingkungan tertentu belum
tentu memberikan hasil yang baik. Sehubungan dengan hal ini disarankan perlunya spesifikasi varietas yang sesuai dengan agroekosistemnya. Namun akan
lebih baik kalau dapat diperoleh varietas yang beradaptasi pada lingkungan yang lebih luas dengan daya hasil tinggi Baihaki et al.,1976; Nugroho 1989.
Metode stabilitas Finlay dan Wilkinson 1963, Eberhart dan Russell 1966, serta metode AMMI Gauch 1988 merupakan metode yang digunakan untuk
mengukur aspek yang sama. Pemilihan metode didasarkan pada efektifitas model yang dihasilkan. Kekurangan dari penggunaan koefisien regresi diantaranya
adalah tereliminasi genotipe-genotipe yang responsif terhadap lingkungan produktif b
i
1 sedangkan produksi diatas rata-rata. Metode AMMI sangat dapat menjelaskan interaksi genotipe dan lingkungan yang diinterpretasikan
dalam bentuk Biplot AMMI. Biplot AMMI meringkas pola hubungan antar genotipe, antar lingkungan dan antar genotipe dan lingkungan. Biplot AMMI
menyajikan pola tebaran titik-titik genotipe dengan kedudukan relatifnya pada lingkungan secara simultan dan membaginya kedalam genotipe stabil dan
genotipe spesifik lingkungan. Dengan demikian analisis AMMI adalah dapat membedakan varietas stabil dan varietas spesifik. Pada varietas spesifik
langsung ditunjuknan pada lokasi mana varietas tersebut harus ditanam Kasno 2006.
4.3.5 Kriteria Kestabilan Genotipe
Stabilitas varietas diartikan sebagai ragam hasil disuatu lingkungan sepanjang waktu Everson et al. 1978. Varietas yang stabil akan memberikan
tanggap hasil yang relatif sama meskipun lingkungannya berbeda. Sebaliknya, varietas yang tidak stabil akan memberikan tanggap yang berbeda terhadap setiap
lingkungan.Hal yang menarik, penilaian stabilitas varietas adalah adanya perpaduan antara potensi hasil dan kualitas lingkungan. stabilitaas dapat
dikelompokkkan menjadi dua kelompok yaitu stabilitas statis stabilitas biologis dan stabilitas dinamis stabilitas agronomi Becker Leon 1988; Kang 2002.
Stabilitas statis suatu genotipe dapat diketahui dengan menggunakan estimasi stabilitas dengan menggunakan metode Finlay dan Wilkinson dengan koefisien
regresi b
i
= 0 Becker Leon 1988. Stabilitas dinamis suatu genotipe dapat diketahui dengan menggunakan estimasi stabilitas dengan metode Finlay dan
Wilkinson dengan nilai koefisien regresi b
i
= 1, Eberhart dan Russell dan AMMI Becker Leon 1988; Mattjik Sumertajaya 2000.
Potensi hasil suatu galur searah dengan kualitas lingkungan. Galur yang memiliki ragam perubahan fenotipik yang relatif sama dan konsisten berdaya hasil
tinggi pada lingkungan yang berbeda dikatakan sebagai galur yang stabil Allard Bradshaw 1964. Informasi tentang stabilitas hasil kacang tanah penting untuk
diketahui selain untuk mengetahui respon varietas yang diuji terhadap lingkungan, juga mengantisipasi lingkungan tertentu yang kurang sesuai. Pendekatan
pemuliaan kacang tanah untuk memilih genotipe berdaya hasil tinggi ditujukan untuk memilih genotipe yang stabil dan beradaptasi pada lingkungan yang luas
atau genotipe spesifik lingkungan.
Tabel 4.10 Kriteria stabilitas empat belas genotipe kacang tanah berdasarkan tiga metode analisis stabilitas hasil
No Genotipe
Metode Analisis Stabilitas Finlay dan Wilkinson
Eberhart dan Russell
AMMI 1
GWS-18A1 StabilDAR
Stabil Spesifik
2 GWS-39D
DATO Tidak stabil
Spesifik 3
GWS-72A DATO
Tidak stabil Spesifik
4 GWS-73D
StabilDAR Stabil
Stabil 5
GWS-74A1 StabilDAR
Stabil Spesifik
6 GWS-110A1
StabilDAT Stabil
Spesifik 7
GWS-110A2 StabilDAT
Stabil Spesifik
8 GWS-134A
StabilDAT Stabil
Spesifik 9
GWS-134D StabilDAR
Stabil Spesifik
10 GWS-138A
DATM Tidak stabil
Stabil 11
Gajah DATO
Tidak sabil Spesifik
12 Jerapah
StabilDAR Stabil
Spesifik 13
Zebra DATM
Tidak stabil Spesifik
14 Sima
DATO Tidak stabil
Spesifik
Keterangan : DAR = daya adaptasi rendah terhadap semua lingkungan, DAT = daya adaptasi tinggi teradap semua lingkungan, DATO = daya adaptasi di lingkungan optimal.
Stabilitas hasil genotipe yang diuji dengan menggunakan tiga metode stabilitas ditunjukkan pada Tabel 4.9. Genotipe GWS-18A1, GWS-73D, GWS-
74A1, GWS-110A1, GWS-110A2, GWS-134A, GWS-134D dan Jerapah merupakan genotipe stabil yang dinyatakan dalam metode Finlay-Wilkinson dan
Elberhar-Russell. Genotipe GWS-110A1, GWS-110A2 dan GWS-134A dinyatakan sebagai genotipe stabil dengan daya adaptasi yang tinggi. Oleh
AMMI, ketiga genotipe tersebut merupakan genotipe-genotipe yang spesifik lingkungan tertentu. Genotipe GWS-110A1 spesifik lingkungan Bogor, GWS-
110A2 spesifik lingkungan Sukabumi dan GWS-134A spesifik lingkungan Kuningan. Genotipe-genotipe yang dinyatakan stabil menurut metode AMMI
yaitu GWS-73D dan GWS-138A. Genotipe GWS-73D dinyatakan sebagai genotipe stabil berdasarkan ketiga metode stabilitas.
Metode stabilitas
Finlay-Wilkinson, Eberhart-Russell
dan AMMI
merupakan metode yang digunakan untuk mengukur aspek yang sama. Pemilihan metode didasarkan pada efektifitas model yang dihasilkan. Kekurangan dari
penggunaan koefisien regresi diantaranya adalah tereliminasi genotipe-genotipe yang responsif terhadap lingkungan produktif b
i
1 sedangkan produksi diatas rata-rata. Metode AMMI sangat dapat menjelaskan interaksi genotipe dan
lingkungan yang diinterpretasikan dalam bentuk Biplot AMMI. Biplot AMMI meringkas pola hubungan antar genotipe, antar lingkungan dan antar genotipe dan
lingkungan. Biplot AMMI menyajikan pola tebaran titik-titik genotipe dengan kedudukan relatifnya pada lingkungan secara simultan dan membaginya kedalam
genotipe stabil dan genotipe spesifik lingkungan dalam model Biplot.
4.4 Simpulan
Genotipe GWS-72A memiliki potensi hasil rata-rata paling tinggi yaitu 1.78 ton.ha
-1
. Oleh AMMI, genotipe GWS-72A merupakan genotipe spesifik lingkungan Kuningan. Berdasarkan metode Finlay-Wilkinson dan Eberhart-
Russel, genotipe GWS-110A1, GWS-110A2 dan GWS-134A merupakan genotipe yang stabil dengan daya adaptasi yang tinggi general adaptability pada semua
lingkungan. Genotipe-genotipe tersebut menunjukkan rataan hasil lebih tinggi berturut-turut yaitu 1.74, 1.55 dan 1.62 ton.ha
-1
dari rataan total 1.46 ton.ha
-1
. Oleh AMMI, genotipe GWS-110A1, GWS-110A2 dan GWS-134A merupakan
genotipe-genotipe yang spesifik lingkungan tertentu. Genotipe GWS-110A1 spesifik pada lingkungan Bogor, GWS-110A2 spesifik pada lingkungan
Sukabumi dan GWS-134A spesifik pada lingkungan Kuningan. Genotipe GWS- 73D dan GWS-138A merupakan genotipe-genotipe yang stabil menurut ketiga
metode stabilitas. Metode AMMI Additive Main Effect Multiplicative Interaction merupakan metode stabilitas yang paling sesuai untuk menganalisis
stabilitas kacang tanah dalam penelitian ini.