e. Kesalahan alat adalah kesalahan dimana responden tidak setuju dengan metode
yang dilakukan oleh responden karena lebih suka menjawab „yatidak‟.
2.9. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang terkait dengan analisis stakeholders dan penilaian manfaat tidak langsung antara lain penelitian yang dilakukan Safitri 2006
tentang analisis respon stakeholders kebijakan perluasan kawasan TNGHS di mana peneliti memakai matriks kepentingan dan pengaruh berdasarkan analisis
deskriptif. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Pramana 2012 yang meneliti bentuk dan tingkat partisipasi stakeholders dalam Pengelolaan Cagar Biosfer
Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Riau, dimana peneliti memakai matriks analisis stakeholders berdasarkan kepentingan dan pengaruh seperti pada penelitian Safitri
2006 namun analisis dilakukan dengan menggunakan pemberian nilai penting dalam skala 1-5 berdasarkan tingkat kerelevanan kepentingan dan tingkat
pengaruh para stakeholders. Untuk objek penelitian selanjutnya yaitu valuasi ekonomi salah satu
peneltian yang relevan adalah penelitian oleh Pranoto 2009 tentang valuasi ekonomi sumberdaya hutan dan implikasinya terhadap kebijakan pengelolaan
hutan studi kasus: Wonogiri, Jawa Tengah dimana masyarakat di desa Selopuro menyadari dan merasakan bahwa setelah adanya hutan maka keindahan,
kenyamanan, kesejukan, dan ketersediaan air di Desa Selopuro menjadi meningkat. Sehingga didapat nilai ekonomi dari hutan rakyat di Selopuro untuk
manfaat kegunaan use value adalah sebesar Rp 27.712.200hatahun. Nilai non guna non use value adalah sebesar Rp 7.581.750hatahun, yang terdiri atas nilai
pilihan option value sebesar Rp 357.500hatahun, nilai manfaat keberadaan Existence value sebesar Rp 4.019.125hatahun, dan nilai warisan Bequest
value sebesar Rp 3.205.125hatahun. Valuasi ekonomi terhadap Taman Nasional Gunung Halimun sudah
dilakukan oleh Widada 2004, dalam penelitian tersebut peneliti menghitung total nilai ekonomi dari TNGH baik nilai guna dan nilai non guna dengan
menggunakan berbagai metode. Untuk menghitung nilai non-guna, peneliti menggunakan metode Contingent Valuation Method dan membandingkan antara
dengan memasukkan nilai karbon dan tidak memasukkan. Jika nilai penyerap karbon diperhitungkan, maka nilai pelestarian dari TNGH adalah Rp 0,67 miliar,
nilai pilihan sebesar Rp 0,76 miliar, dan nilai keberadaan sebesar Rp 0,64 miliar