Jumlah Tanggungan Karakteristik Responden

kepentingan dan pengaruh tersebut. Uji Rank-Spearman Correlation dianggap mampu untuk menguji hubungan tingkat kepentingan dan pengaruh pada penelitian ini. Berdasarkan uji didapatkan hasil bahwa tingkat kepentingan dan pengaruh memiliki korelasi sebesar 0,41 dan dengan tingkat kepercayaan 95 α=0,05, hasil uji korelasi rank spearman ini menunjukkan hubungan antara tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh tidak kuat atau tidak nyata. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 11. Uji Spearman Rank Correlation Terhadap Tingkat Kepentingan dan Pengaruh Correlations kepentingan pengaruh Spearmans rho kepentingan Correlation Coefficient 1,00 0,41 Sig. 2-tailed . 0,28 N 9,00 9,00 pengaruh Correlation Coefficient 0,41 1,00 Sig. 2-tailed 0,28 . N 9,00 9,00 Sumber: hasil analisis 2013 Hal ini jelas terlihat di lapangan dimana masih ada stakeholders yang merasa tidak dilibatkan dalam kegiatan PKKH ini. Hal ini dapat dilihat pada keterlibatan pemerintahan Pemerintahan Kecamatan Nanggung. Sebagai pemerintahan setempat dengan kedudukan yang cukup berpengaruh dalam pengambilan keputusan, stakeholder terkait merasa kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk kawasan tersebut. Padahal kawasan TNGHS tempat kegiatan berlangsung merupakan daerah kekuasaan pemerintahan Kec. Nanggung.

6.6. Nilai Hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak Berdasarkan Manfaat Non-Guna

Nilai hutan TNGHS berdasarkan responden pada Desa Malasari dan Puraseda dengan menjumlah nilai manfaat penelitiankeberadaan TNGHS, manfaat warisan, dan manfaat perlindungan maka didapat estimasi nilai non-guna hutan TNGHS adalah sebesar Rp 1.088.772.227tahun. Dengan pertimbangan bahwa keberhasilan program PKKH ini bisa dirasakan 25 tahun mendatang maka dilakuakn estimasi nilai dari hutan berdasarkan nilai non-guna ini 25 tahun mendatang. Hal ini merupakan salah satu cara untuk melihat nilai ekonomi dari hutan TNGHS berdasarkan manfaat non-guna tersebut dengan asumsi PKKH berhasil dijalankan dan sukses sehingga kelestarian hutan TNGHS 25 tahun mendatang tetap sama lestarinya seperti sekarang. Dengan catatan, hutan harus tetap terjaga dan lestari sehingga jasa lingkungan tetap maksimal. Hal itu dapat terjadi dengan berbagai cara, salah satunya dengan diadakannya kegiatan Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati. Jika kegiatan PKKH ini tetap berlangsung dan sukses, maka diharapkan jasa hutan sekarang dan 25 tahun ke depan tetap sama dan terjaga. Untuk suku bunga kredit yang dipakai adalah 12 dikarenakan jasa lingkungan adalah barang non-pasar yang memiliki nilai tinggi dan bermanfaat bagi kehidupan manusia baik sekarang terlebih di masa mendatang. Dengan memakai perhitungan estimasi nilai total manfaat non-guna lalu diskonto dengan suku bunga 12 yang merupakan suku bunga kredit, maka didapat estimasi nilai hutan TNGHS 25 tahun mendatang ialah Rp 19.597.970.210,117tahun. Tabel 12. Nilai Mean proxy WTP dan Nilai Hutan Berdasarkan Manfaat Non- Guna Sumber: hasil analisis 2013

6.6.1. Manfaat Pendidikan dan Penelitian

Manfaat pendidikan dan penelitian masuk ke dalam fungsi manfaat keberadaan karena tingginya keanekaragaman hayati dan keaslian ekosistem hutan TNGHS mengilhami manusia untuk terus menerus menggali misteri tentang ilmu biologi konservasi. Hal ini membuat masyarakat ingin dan tetap melestarikaan dan menjaga keberadaannya. Estimasi proxy WTP pendidikan dan penelitian adalah sebesar Rp 172.578.392tahun. Hasil ini diperoleh dari nilai rata- rata keinginan masyarakat untuk membayar Willingness to Pay masyarakat Manfaat Penelitian Manfaat Warisan Manfaat Perlindungan Mean proxy WTPtahun Rp 76.300 Rp 49.700 Rp 38.940 Nilai hutan berdasarkan manfaattahun Rp 76.300 X 2261,84 = Rp 172.578.392 Rp 49.700 X 16156 = Rp 802.953.200 Rp 38.940 X 2908,08 = Rp 113.240.635 Total Nilai Manfaat Non-Guna Hutan TNGHStahun Rp 1.088.772.227 Total Nilai Manfaat Non-Guna Hutan TNGHStahun 25 tahun mendatang dengan suku bunga 12 Rp 19.597.970.210 terhadap keberadaan hutan rakyat dikalikan dengan proporsi populasi yang bersedia membayar dikali jumlah penduduk yaitu 2261,84. Jumlah warga yang ada di Desa Malasari dan Desa Puraseda ialah 16.156 jiwa, sedangkan estimasi proxy WTP yang diperoleh dari 50 orang responden adalah sebesar Rp 76.300tahun. Agar lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 7. Pada penelitian yang dilakukan Widada 2004, nilai keberadaan TNGH adalah Rp 0,64 miliar. Nilai ini cukup rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitin ini, karena Widada melakukan penelitian di 13 desa yang tersebar di Provinsi Jawa Barat dan Banten, sedangkan penelitian ini melakukannya di 2 desa saja.

6.6.2. Manfaat Warisan

Estimasi nilai manfaat warisan TNGHS jika hutan yang ada selama ini dijaga dan diindungi agar dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang adalah sebesar Rp 802.953.200tahun. Hasil ini diperoleh dengan mengalikan nilai rata-rata proxy WTP responden di Desa Puraseda dan Malasari atas manfaat warisan yaitu sebesar Rp 49.700tahun dengan jumlah penduduk di kedua desa tersebut yaitu 16.156 jiwa. Lebih lanjut dapat dilihat di Lampiran 9.

6.6.3. Manfaat Perlindungan

Manfaat perlindungan adalah jasa hutan dalam memberikan perlindungan terhadap potensi flora dan fauna yang belum diketahui dan diketahui manfaatnya. Manfaat tersebut perlu diestimasi nilai ekonominya dengan melihat nilai yang bersedia masyarakat bayarkan untuk menjaga hutan agar tetap bisa berfungsi untuk melindungi. Estimasi nilai manfaat perlindungan dari hutan TNGHS ialah sebesar Rp 113.240.635tahun. Hasil ini diperoleh dengan mengalikan nilai rata- rata proxy WTP responden terhadap manfaat perlindungan yaitu Rp 38.940tahun dengan proporsi populasi yang bersedia membayar dikali jumlah penduduk yaitu 2908,08 dimana jumlah penduduk adalah 16.156 jiwa. Lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 11. Jika dibandingkan dengan penelitian Widada 2004 akan valuasi TNGH yang bernilai Rp 0,67 miliar, nilainya cukup jauh berbeda. Namun hal ini disebabkan karena jumlah responden yang berbeda, dimana Widada menggunakan 13 desa sedangkan penelitian ini hanya 2 desa.