Contingent Valuation Methods CVM
kepentingan dan pengaruh stakeholders. Matriks ini akan menunjukkan posisi dan peranan yang dimainkan stakeholders dalam pengelolaan TNGHS dan
kegiatanPKKH ini.Nilai dari manfaat non-guna hutan merupakan fakta yang diperlukan sebagai pendekatan ekonomi yang menyadarkan tingginya manfaat
non-guna hutan. Sehingga baik masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta dapat memberi perhatian lebih untuk menjaga jasa lingkungan yang dihasilkan hutan.
Manfaat non-guna yang diperhitungkan pun terkait dengan tujuan dari terselenggaranya PKKH itu sendiri, antara lain mafaat penelitian, warisan, dan
perlindungan. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan bahwa didapat nilai ekonomi dari TNGHS jika manfaat non-guna tersebut terjaga dan dipelihara. Kemudian
dengan memakai suku bunga kredit 12 dapat diestimasi nilai dari hutan TNGHS 25 tahun ke depan jika manfaat tersebuttetap terjaga dan lestari. Hasil ini secara
tidak langsung akan memberi gambaran akan nilai hutan TNGHS jika manfaat terus terjaga dan kegiatan PKKH dapat berjalan dengan sukses.
Dalam Gambar 3, dijelaskan tentang klasifikasi nilai manfaat yang menggambarkan Nilai Ekonomi Total Total Economic Value berdasarkan cara
atau proses manfaat tersebut diperoleh. Dalam TEV terdapat dua jenis nilai yatu nilai guna Use Value dan nilai non-guna Non-Use Value.Nilai guna tidak
langsung dan nilai non-guna seperti nilai pilihan, nilai warisan, dan nilai keberadaan adalah suatu jasa yang tidak memiliki pasar sehingga nilainya pun
merupakan nilai bayangan atau nilai dari preferensi masyarakat sekitar yang secara langsung atau tidak langsung merasakannya. Perhitungan nilai penelitian
dan pendidikan akan digunakan metode valuasi kontingen dengan memakai proxy WTP masyarakat dan perusahaan juga pemerintah, untuk nilai keberadaan yaitu
usaha melindungi flora dan fauna akan digunakan proxy WTP masyarakat dan perusahaan swata juga pemerintah. Nilai pilihan, keberadaan, dan warisan akan
digunakan Contingent Valuation Method dimana akan dilakukan wawancara mendalam dengan narasumber terkait biaya yang bersedia mereka keluarkan
untuk fungsi-fungsi tersebut, dengan menggunakan skenario yang sudah dibangun. Jika semua sudah didapat maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
berdampak pada pengelolaan kegiatan ini, baik dalam pelibatan masyarakat lokal dalam mengambil keputusan dan merencanakan pengelolaan TNGHS yang lebih
baik lagi ke depannya, juga dalam menentukan pengelolaan keanekaragaman hayati yang harus diperhatikan dan diutamakan agar flora dan fauna yang
diindungi dapat tetap lestari tanpa merusak habitat alami dengan kegiatan- kegiatan yang tidak ramah lingkungan.
Sumber: Pearce 1992 dalam Munasinghe 1993 Nilai
Warisan
Nilai dari pemanfaatan
pelestarian ekosistem untuk masa depan
Nilai Keberadaan
Nilai ekosistem yang diperoleh
dari persepsi keberadan
ekosistem tersebut, dimanfaatkan atau
tidak
Nilai pengetahuan dan
penelitian habitat dan spesies
langka Nilai
Pilihan
Nilai langsung dan tak langsung
di masa yang akan datang
Nilai Guna Tidak
Langung
Manfaat fungsional
Nilai Guna Langsung
Hasil yang dapat dikonsumsi
langsung:
Kayu, makanan,
biomassa, rekreasi, tumbuhan obat
Nilai Ekonomi Total Nilai Non-Guna
Nilai Guna
Fungsi ekologis, penyerap karbon,
penghasil oksigen
Keanekaraman hayati,
perlindungan habitat
dan spesies langka
Gambar 2. Nilai Ekonomi Total dari Sumberdaya Hutan
3.2.Kerangka Operasional
Nilai Pendidikan dan Penelitian
Nilai warisan
Nilai perlindungan habitat dan ekosistem
Contingent Valuation Method Metode wawancara mendalam dan analisis deskriptif
Metode wawancara dan studi literatur.Analisis deskriptif Perubahan fungsi Taman Nasional menjadi Pusat
Konservasi Keanekaragaman Hayati
Analisis Stakeholdersberdasarkan kepentingan dan pengaruhnya
Estimasi intangible value dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak
TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK
Matriks posisi stakeholders berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya
Nilai Ekonomi dari intangible value terhadap TNGHS KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Uji Statistik Non-Parametrik
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Gambar 3. Kerangka Pemikiran operasional