VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan TNGHS dan Keberlanjutan
Biodiversitas TNGHS
Hasil pengumpulan data dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap keberadaan hutan TNGHS dan keberlanjutan hidup
flora dan fauna di TNGHS sudah baik. Seluruh responden menganggap bahwa hutan TNGHS itu indah, perlu dilestarikan, dan dijaga keberlanjutan flora dan
fauna yang ada di dalamnya. Namun terjadi perbedaan paradigma antara responden yang berasal dari Desa Malasari dan Desa Puraseda dalam menjaga
keindahan dan keberlanjutan flora dan fauna. Responden di Desa Malasari sudah menyadari bahwa keindahan dan
keberlanjutan perlu dijaga dan perlu andil masyarakat untuk menjaga hutan tersebut, sehingga masyarakat Malasari sering mengadakan kegiatan yang
bertujuan untuk menjaga keberadaan hutan agar tetap lestari. Hal ini berbeda dengan responden yang berasal dari Desa Puraseda dimana mereka menganggap
bahwa menjaga keindahan dan keberlanjutan flora dan fauna itu hanya dilakukan oleh pihak TN dan pemerintah saja, masyarakat hanya menggunakan dan
mengolah lahan saja. Hal tersebut mempengaruhi keinginan masyarakat untuk membayar proxy WTP karena tidak sesuai dengan prinsip mereka.
6.2. Identifikasi Stakeholders PKKH
Dalam melakukan analisis stakeholder yang harus pertama kali dilakukan adalah melakukan identifikasi stakeholder.Hasil identifikasi stakeholder ini
didapatkan berdasarkan snowballing sampling dengan narasumber, dengan yang menjadi narasumber acuan adalah Balai TNGHS. Stakeholder yang menjadi
narasumber pun hanya dipilih berdasarkan keterlibatannya dalam Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati. Hal ini mengakibatkan tidak semua
stakeholder yang memiliki kepentingan dengan TNGHS menjadi narasumber. Berdasarkan hasil wawancara terdapat 9 stakeholders yang terkait langsung
dengan Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati ini, yaitu Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak, PT. Aneka Tambang, Tbk, Desa Malasari,
Model Kampung Konservasi Citugu, LSM Suaka Elang, Kecamatan Nanggung, PT. Sustainable Management, PT. Chevron, dan Satuan Pengamanan Hutan.
6.3. Nilai Penting dan pengaruh Stakeholders
6.3.1. Nilai Penting Stakeholders
Nilai penting masing-masing stakeholders pada PKKH ini dinilai berdasarkan interpretasi hasil wawancara mendalam dengan pimpinan atau pihak
terkait terhadap masing-masing kategori nilai penting. Aspek tersebut dikategorikan berdasarkan fungsi ekosistem seperti regulasi, habitat, produksi,
informasi, dan carrier. Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai penting yang tinggi diperoleh pada stakeholders berikut yaitu Balai Taman Nasional Gunung Halimun
Salak, Sustainable Management Group, Desa Malasari, PT. Aneka Tambang, Kec. Nanggung, Model Kampung Konservasi Citugu, dan Chevron. Hal ini
menunujukkan bahwa memiliki relevansi yang tinggi dalam pelestarian fungsi- fungsi ekosistem guna mensukseskan PKKH di TNGHS ini. Desa Malasari
memiliki kepentingan tinggi karena desa ini terletak di dalam kawasan TNGHS sehingga kehidupan mereka sangat bergantung pada kelestarian hutan TNGHS ini
seperti pasokan air dan udara, sumber makanan, dan keamanan serta kenyamanan bertempat tinggal agar jauh dari bencana seperti longsor dan kekeringan.
Tabel 9. Nilai Penting Stakeholders Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati PKKH TNGHS
No Stakeholders
Fungsi Ekosistem Jumlah
Regulasi Habitat
Produksi Informasi
Carrier 1
Balai TNGHS 4
3 2
4 3
16 2
Suaka Elang 1
3 1
4 2
11 3
Chevron 2
2 2
3 4
13 4
SMG 5
2 1
4 4
16 5
Desa Malasari 5
2 5
4 5
21 6
MKK Citugu 3
2 4
4 2
15 7
Kec. Nanggung
3 1
3 3
5 15
8 Satpamhut
3 2
1 3
2 11
9 ANTAM
5 2
1 3
5 16
Sumber: hasil analisis 2013