sumberdaya domestik yang ada, usaha ternak sapi potong tidak layak untuk dikembangkan karena secara sosial merugikan masyarakat. Comparative
disadvantages yang dialami usaha ternak sapi potong tidak terlepas dari adanya
distorsi harga sapi potong akibat dumping atau subsidi ekspor oleh negara pengekspor produk sapi potong ke Indonesia
Indrayani 2011 menemukan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot sapi potong di Kabupaten Agam adalah jumlah
hijauan, konsentrat, umur sapi bakalan dan penguasaan ternak. Peternakan sapi potong pada dua kecamatan yang diteliti mempunyai keunggulan komparatif
dengan PCR 1 serta keunggulan kompetiti dengan DRC 1. Faktor yang berpengaruh paling besar terhadap daya saing sapi potong adalah harga output.
Dimana penurunan harga output sebesar 15 persen menyebabkan usaha penggemukan sapi potong tidak memiliki keunggulan komparatif lagi.
2.2.2. Studi Daya Saing Perikanan
Penelitian daya saing perikanan khususnya patin belum banyak dilakukan. salah satunya di lakukan oleh Mastuti 2011, penelitian ini dilakukan di Bogor
Jawa Barat tentang daya saing usaha pembenihan ikan patin yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Mastuti menemukan bahwa usaha pembenihan ikan patin
tersebut memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif selama tahun 2008- 2009, hal ini ditunjukkan oleh nilai PCR dan DRC kurang dari satu. Penurunan
keunggulan kompetitif terjadi disebabkan oleh naiknya UMR 7, naiknya harga input 4, dan menurunnya harga output 20. Sedangkan penurunan keunggulan
komparatif disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Prawitasari 2009 meneliti tentang daya saing benur di Kabupaten
Situbondo, hasilnya menunjukkan bahwa komoditas benur mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif. Adanya kebijakan pemerintah terhadap
input berupa pemberian subsidi pupuk menyebabkan harga input produsen benur lebih rendah dari harga dunia. Sedangkan pemberlakuann tarif ekspor produk
perikanan sebesar 7-13 persen menyebabkan produsen harus menanggung biaya ekspor lebih tinggi.
Penelitian tentang dampak keunggulan kompetitif dan komparatif pada komoditi ikan hias dilakukan oleh Suprapto 2005, hasil analisis menggunakan
metode PAM menunjukkan bahwa pengusahaan ikan hias Betta menguntungkan secara finansial dan ekonomi. Hasil analisis secara kompetitif maupun komparatif
menunjukkan bahwa usaha ikan hias mempunyai daya saing yang tinggi sebagai komoditas ekspor karena nilai PCR dan DRC lebih kecil dari satu. Dampak
kebijakan pemerintah terhadap output menyebabkan penurunan penerimaan karena harga output yang diterima lebih rendah dari harga yang sesungguhnya.
Harga input yang dibayar juga lebih besar dari harga ekonominya. Dengan adanya kebijakan pemerintah maka keuntungan yang diterima lebih rendah dari harga
yang seharusnya. Esmaeili 2008 melakukan analisis daya saing budidaya udang di Iran.
Hasil analisis menunjukkan bahwa budidaya udang memperoleh keuntungan privat yang positif sedangkan keuntungan sosial negatif. Hal ini disebabkan
karena harga sosial input seperti BBM, listrik dan pupuk lebih tinggi dari harga pasar, sedangkan harga pakan lebih rendah dari harga pasar. Hal ini juga
menunjukkan bahwa meskipun pemerintah pemerintah memberi subsidi pada input produksi udang, produsen udang juga sebagai pembayar pajak untuk biaya
input total.
2.2.3. Studi Aspek Kebijakan