sebagian besar pakan pelet. Dimana nilai PCR sebesar 0,47 sedangkan nilai DRC sebesar 1,07, hal ini terjadi karena harga ikan patin di pasar internasional jauh di
bawah harga di lokasi penelitian. Pada tahun 2011 harga rata-rata ikan patin di pasar dunia hanya sekitar US 1.00 atau hanya sekitar Rp 9.000 sedangkan harga
ikan patin di lokasi penelitian rata-rata sebesar Rp 16.000. Disamping itu struktur biaya produksi tidak efesien khususnya input pakan, dimana sebagian besar pakan
yang digunakan adalah pakan komersial pelet yang harganya cukup tinggi. Harga pakan ikan di lokasi penelitian berkisar antara Rp 7.500 sampai dengan Rp
10.000 per kilogram, sedangkan harga pakan ikan di negara penghasil utama ikan patin Vietnam hanya sekitar Rp 3.000 sampai dengan Rp 5.000 per kilogram.
5.2.3. Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Usaha Budidaya Ikan Patin
di Kabupaten Indragiri Hulu
Dampak kebijakan pemerintah dapat diiidentifikasi melalui identitas divergensi yang disajikan pada baris ketiga dari Tabel PAM. Analisis dampak
kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap beberapa hal yaitu: kebijakan yang memengaruhi harga input, kebijakan yang memengaruhi harga output, serta
kebijakan yang memengaruhi baik harga input maupun output.
5.2.3.1. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Output
Kebijakan pemerintah terhadap output dapat dilihat dari nilai Transfer Output atau Output Transfer OT dan nilai Koefisien Proteksi Output Nominal
atau Nominal Protection Coefficient on Output NPCO. Transfer Output atau Output Transfer
OT merupakan selisih antara penerimaan pada harga privat dengan harga sosial. Nilai Transfer Output menunjukkan besarnya insentif
masyarakat terhadap produsen. Sedangkan Nominal Protection Coefficient on Output
NPCO digunakan untuk mengukur dampak kebijakan pemerintah yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai output berdasarkan harga privat dan
harga sosial. Nilai Output Transfer OT dan nilai Nominal Protection Coefficient on
Output NPCO usaha budidaya ikan patin di Kabupaten Indragiri Hulu dapat
dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Output Transfer OT dan Nominal Protection Coefficient on Output NPCO Usaha Budidaya Ikan Patin di Kabupaten Indragiri Hulu tahun
2011.
No. Indikator
Nilai Pakan Pelet
Pakan Alternatif
1. Output Transfer
OT 10.802.840
14.515.187 2.
Nominal Protection Coefficient on Output
NPCO 1,62
1,62 Tabel 27 menunjukkan bahwa hasil Output Transfer OT baik untuk usaha
budidaya dengan pakan pelet maupun pakan alternatif bernilai positif. Hal ini menunjukkan adanya dampak kebijakan pemerintah yang menyebabkan harga
privat lebih tinggi dari harga sosialnya. Artinya, bahwa konsumen membeli ikan patin di dalam negeri dengan harga yang lebih tinggi dibanding harga
internasional. Hasil Output Transfer OT berhubungan erat dengan Nominal Protection
Coefficient on Output NPCO yang merupakan rasio penerimaan harga privat
dengan penerimaan harga sosial. Nilai NPCO lebih besar dari satu NPCO1 menunjukkan bahwa harga domestik lebih tinggi dari harga dunia atau
internasional. Berdasarkan Tabel 27 diperoleh nilai Nominal Protection Coefficient on Output
NPCO usaha budidaya ikan patin baik untuk budidaya pakan pelet maupun pakan alternatif di Kabupaten Indragiri Hulu sama yaitu
sebesar 1,62. Hasil ini menunjukkan bahwa petani pembudidaya patin di Kabupaten Indragiri Hulu untuk kedua jenis usaha tersebut menerima harga lebih
tinggi dari harga dunia harga internasional. Harga patin segar ditingkat petani di lokasi penelitian berkisar antara Rp.15.000 sampai dengan Rp.17.000 per
kilogram, sedangkan harga fillet patin impor hanya berkisar antara Rp.24.000 sampai dengan Rp.25.000 per kilogram atau hanya berkisar antara Rp.8.000
sampai dengan Rp.9.000 per kilogram patin segar. Keadaan ini menunjukkan terdapat kebijakan pemerintah yang menguntungkan produsen petani patin
dalam negeri.
5.2.3.2.Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Input
Kebijakan input biasanya dilakukan dengan pemberian subsidi input atau pajak dan hambatan perdagangan berupa tariff dan non tariff yang diberlakukan
agar produsen dapat memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan melindungi produsen dalam negeri. Kebijakan pemerintah dalam penggunaan input dapat
dilihat melalui nilai Transfer Input atau Input Transfer IT, Transfer Faktor atau Factor Transfer
FT dan Koefisien Proteksi Input Nominal atau Nominal Protection Coefficient on Input
NPCI. Tabel 28. Input Transfer IT, Factor Transfer FT dan Nominal Protection
Coefficient on Input NPCI Usaha Budidaya Ikan Patin di Kabupaten
Indragiri Hulu Tahun 2011.
No. Indikator
Nilai Pakan
Pelet Pakan
Alternatif
1. Input Transfer
IT 3.072.506
800.059 2.
Factor Transfer FT
434.870 429.659
3. Nominal Protection Coefficient on Input
NPCI 1,26
1,31
Tabel 28 menunjukkan nilai Input Transfer IT atau transfer input untuk usaha budidaya patin dengan pakan pelet adalah sebesar Rp.3.072.506. Sedangkan
untuk usaha budidaya dengan pakan alternatif hanya sebesar Rp. 800.059. Nilai Input Transfer
IT untuk kedua jenis usaha yang bernilai positif mengandung arti bahwa terdapat pajak yang menyebabkan keuntungan petani pembudidaya
berkurang. Salah satu pajak yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap input tradable
yaitu PPN pada pakan pelet. Factor Transfer
FT merupakan nilai yang menunjukkan perbedaan harga privat dengan harga sosial yang diterima produsen untuk pembayaran faktor-
faktor produksi yang tidak diperdagangkan. Kebijakan ini dapat berupa subsidi positif dan negatif. Tabel 28 menunjukkan bahwa Factor Transfer FT untuk
usaha budidaya ikan patin di Kabupaten Indragiri Hulu bernilai positif, ini berarti bahwa harga input non tradable yang dikeluarkan oleh petani pembudidaya ikan
patin di Kabupaten Indragiri Hulu pada harga privat lebih besar dibanding dengan
harga input non tradable pada harga sosialnya. Artinya terdapat kebijakan pemerintah yang mengakibatkan petani harus membayar input domestik lebih
mahal daripada harga sosialnya sebesar Rp.434.870 pada usaha budidaya dengan pakan pelet dan Rp.429.659 pada budidaya dengan pakan alternatif.
Koefisien Proteksi Input Nominal atau Nominal Protection Coefficient on Input
NPCI merupakan rasio antara biaya yang dihitung berdasarkan harga privat dengan input tradable yang dihitung berdasarkan harga bayangan harga
sosial. Berdasarkan Tabel 28, nilai NPCI untuk usaha budidaya ikan patin di Kabupaten Indragiri Hulu adalah sebesar 1,26 untuk budidaya dengan pakan pelet
dan 1,31 untuk usaha dengan pakan alternatif. Hal ini menunjukkan bahwa biaya input privat rata-rata lebih tinggi 30 persen dari biaya yang seharusnya dibayarkan
input ditingkat harga dunia. Keadaan ini juga mengindikasikan bahwa kebijakan susidi yang dilakukan oleh pemerintah belum berjalan secara efektif.
5.2.3.3.Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Input-Output
Dampak kebijakan terhadap input-output dapat dilihat dari nilai Koefisien Proteksi Efektif atau Effective Protection Coefficient EPC, Transfer Bersih atau
Net Transfer NT, Koefisien Keuntungan atau Profitability Coefficient PC, dan
Rasio Subsidi bagi Produsen atau Subsidy Ratio to Producer SRP. Indikator- indikator ini menggambarkan sejauhmana kebijakan pemerintah bersifat
melindungi atau menghambat produksi domestik. Tabel 29 menyajikan nilai dari masing-masing indikator kebijakan pemerintah terhadap input-output.
Tabel 29. Nilai Indikator Kebijakan Input-Output Usaha Budiaya Ikan Patin Sapi Potong di Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011.]
No. Indikator
Nilai Pakan Pelet
Pakan Alternatif
1. Effective Protection Coefficient
EPC 2,31
1,64 2.
Net Transfer NT
7.295.464 13.285.469
3. Profitability Coefficient
PC -17,72
2,17 4.
Subsidy Ratio to Producer SRP.
0,41 0,55
Nilai EPC menggambarkan sejauhmana kebijakan pemerintah bersifat melindungi produksi domestik secara efektif. Jika nilai EPC kurang dari satu
EPC1, maka kebijakan tersebut tidak berjalan secara efektif atau menghambat produsen untuk produksi. Sebaliknya jika nilai EPC lebih besar satu EPC1,
maka kebijakan tersebut berjalan secara efektif sehingga melindungi petani untuk berproduksi.
Tabel 29 menunjukkan bahwa nilai koefisien proteksi efektif atau Effective Protection Coefficient
EPC lebih dari satu baik pada usaha budidaya dengan pakan pelet maupun dengan pakan alternatif menunjukkan adanya perlindungan
atau proteksi oleh pemerintah terhadap petani. Nilai EPC yang lebih besar dari satu disebabkan oleh perbedaan harga jual patin impor dengan patin yang
diproduksi di dalam negeri. Disamping itu juga adanya subsidi terhadap input tradable
seperti pupuk Urea. Nilai transfer bersih atau Net Transfer NT yang diterima oleh petani pada
usaha budidaya dengan pakan pelet maupun dengan pakan alternatif juga sama- sama bernilai positif. Artinya bahwa transfer yang diterima dari produsen input
tradable dan faktor domestik lebih besar dari transfer yang diberikan kepada
konsumen. Koefisien profitabilitas atau Profitability Coefficient PC mengukur
dampak seluruh transfer terhadap keuntung privat. Koefisien profitabilitas PC mampu menjelaskan dampak insentif dari seluruh kebijakan output, kebijakan
input tradable dan input domestik. Tabel 29 memperlihatkan nilai PC sebesar minus 17,72 pada usaha budidaya dengan pakan pelet. Angka ini menunjukkan
bahwa keuntungan yang diterima oleh petani pembudidaya dengan pakan pelet lebih besar dari harga sosialnya. Nilai PC yang minus terjadi karena harga patin
ditingkat dunia jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga patin di dalam negeri. Nilai PC untuk usaha budidaya dengan pakan alternatif lebih besar dari
satu yaitu sebesar 2,17. Hal ini juga menunjukkan bahwa keuntungan yang diterima petani pembudidaya patin juga lebih tinggi dari harga sosialnya.
Nilai rasio subsidi bagi produsen atau Subsidy Ratio to Producer SRP merupakan indikator yang menunjukkan tingkat penambahan atau pengurangan
penerimaan atas pengusahaan suatu komoditas karena adanya kebijakan
pemerintah. Nilai SRP pada budidaya dengan pakan pelet positif sebesar 0,41 sedangkan pada budidaya dengan pakan alternatif sebesar 0,55. Hal ini
menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku saat ini petani pembudidaya patin di Kabupaten Indragiri Hulu mengeluarkan biaya produksi
lebih kecil 41 persen dan 51 persen dari opportunity cost untuk produksi pada budidaya dengan pakan pelet dan pakan alternatif. Jadi secara keseluruhan
kebijakan pemerintah menguntungkan petani pembudidaya ikan patin.
5.2.4. Analisis Sensitivitas Terhadap Daya Saing Usaha Budidaya Ikan