Budidaya Ikan Patin Tinjauan Teoritis

atau dua jenis bahan pakan saja, misalnya dedak padi saja atau ampas tahu saja. Ada juga peternak yang hanya memberi pakan berupa hijauan saja. Pertambahan bobot badan yang bisa dicapai dengan sistem kereman bervariasi tergantung pada pakan yang diberikan. Pemberian pakan berupa hijauan ditambah konsentrat akan menyebabkan pertambahan bobot badan lebih tinggi dibanding pakan berupa hijauan saja. Berdasarkan penelitian di Wonogiri pertambahan bobot badan sapi rata-rata 0,8 kghari dengan pemberian hijauan dan konsentrat jadi ditambah ampas brem. Pemberian hijauan saja pada sapi peranakan ongole dan jantan sapi perah diperoleh pertambahan bobot badan masing-masing 0,52 kghari dan 0,4 kghari Siregar, 2009 Pemeliharaan dengan sistem kereman juga harus mempertimbangkan bangunan kandang yang baik, karena akan berpengaruh terhadap pertambahan bobot sapi. Secara umum kandang memiliki dua tipe yaitu individu dan kelompok Prabowo, 2007. Pada kandang individu, setiap sapi memiliki tempatnya sendiri berukuran 2,5 x 1,5 m. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini adalah terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh karena mendapatkan lebih banyak pakan.

2.1.2 Budidaya Ikan Patin

Ikan patin adalah nama lokal dari ikan asli Indonesia dengan nama ilmiah Pangasius . Secara umum saat ini nama patin dipakai untuk sebagian besar ikan keluarga pangasidae. Ciri utama ikan patin di Indonesia pada umumnya adalah bentuk badan sedikit memipih, tidak bersisik, mulut kecil dan bersungut. Kerabat patin di Indonesia cukup banyak diantaranya pangasius polyuranodo ikan juaro, pangasius macronema ikan rios, riu, lancang, pangasius mocronemus wakal, riuscaring, pangasius nasutus pedado, pangasius nieuwenhuisii lawang. Selain itu ada juga patin siam atau jambal siam pangasius sutchi dan ikan patin hibrida dengan nama pasupati persilangan patin jambal dengan siam yang diperkenalkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan Susanto, 2009. Daerah pengembangan budidaya patin di Indonesia antara lain Jawa Barat, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Budidaya ikan patin secara garis besar meliputi kegiatan pembenihan dan pembesaran. Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih ikan pada ukuran tertentu. Sedangkan kegiatan pembesaran merupakan kegiatan menghasilkan ikan yang siap untuk dikonsumsi. Kegiatan yang banyak dilakukan oleh masyarakat adalah kegiatan pembesaran. Kegiatan pembesaran bisa dilakukan pada berbagai media seperti kolam, jala apung, pen maupun karamba. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada budidaya pembesaran patin sistem monokultur di kolam Susanto, 2009: a. Konstruksi kolam Tidak ada kriteria khusus untuk kolam pembesaran sistem monokultur, yang penting adalah kolam tersebut berair tenang dan tidak mengalir deras. Ukuran kolam minimal 200 m 2 , karena ikan patin tergolong ikan yang berukuran bongsor. Pematang kolam dibuat dengan ukuran yang memadai sesuai dengan luas kolam. Kolam juga harus dilengkapi dengan kamalir di sekeliling dan ditengah kolam secara diagonal. Kamalir dapat menjadi tempat berkumpul ikan saat panen dan sebagai tempat berlindung ikan dari serangan hama dan sinar matahari. b. Persiapan kolam Persiapan kolam pembesaran ikan dimulai dengan melakukan pengeringan kolam. Kolam dikeringkan dan dibiarkan selama 3-7 hari sampai dasar kkolam menjadi retak supaya bibit penyakit dan parasit mati. c. Pengapuran dan pemupukan Pengapuran diperlukan untuk memperbaiki pH tanah dan mematikan penyakit maupun hama ikan. pH yang cocok berkisar antar 6,7 – 8,6. Pemberian pupuk dilakukan untuk merangsang pakan alami patin seperti Rotifera dan organisme air lainnya dapat tumbuh di kolam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang maupun pupuk buatan. d. Pengisian air Setelah pemupukan selesai, kolam diairi setinggi 20 cm dan dibiarkan selama beberapa hari. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada pitoplankton dan organisme air lainnya agar tumbuh dengan baik. Kedalaman air kolam sebaiknya mencapai 1,5 m dan dilakukan secara bertahap agar pematang tidak rusak. e. Penebaran ikan Penebaran ikan dapat dilakukan setelah kondisi air di kolam diperkirakan sudah stabil. Kepadatan penebaran untuk patin yang dibesarkan secara monokultur adalah 1 ekorm 2 untuk benih berukuran 100gekor. Kepadatan ini juga tergantung pada ukuran benih. Penebaran ini dilakukan ketika suhu air rendah yaitu sekitar 25 C. Suhu ini biasanya terjadi pada pagi atau sore hari. f. Pemberian pakan tambahan Pemberian pakan tambahan pada prosese pembesaran patin di kolam sangat mutlak untuk memacu pertumbuhan. Pakan tambahan bisa berupa pelet atau sisa- sisa kegiatan dapur. Jumlah pakan tambahan biasa 3-4 persen dari bobot total ikan perhari. g. Panen Pemanenan dilakukan bila ikan sudah dipelihara di kolam pembesaran selama 6 bulan. Pada umur ini biasanya ikan patin sudah mencapai ukuran konsumsi. Semakin besar ukuran benih yang ditebarkan semakin singkat masa pemeliharaannya. Pemanenan dilakukan dengan cara mengeringkan kolam dengan cara perlahan-lahan agar ikan tidak stres. Saluran pemasukan air ditutup sedangkan saluran pengeluaran dibuka.

2.1.3 Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Patin dan Sapi Potong