Nilai faktor konversi standar yang merupakan rasio dari nilai impor dan ekspor ditambah pajaknya dapat ditentukan sebagai berikut :
SCF
t
= Xt + Mt
Xt – Txt + Mt + Tmt Dimana,
SCFt : Faktor konversi standar untuk tahun ke-t Xt
: Nilai ekspor Indonesia untuk tahun ke-t Rp Mt
: Nilai impor Indonesia untuk tahun ke-t Rp Txt : Penerimaan pemerintah dari pajak ekspor untuk tahun ke-t Rp
Tmt : Penerimaan pemerintah dari pajak impor untuk tahun ke-t Rp Perhitungan SER tahun 2011 berdasarkan data dari Bank Indonesia dan BPS
Badan Pusat Statistik. Dimana total nilai ekpor Indonesia Xt pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 1.785.229,8 milyar, nilai impor Indonesia Mt Rp 1.554.489,3
milyar, penerimaan pemerintah dari pajak ekspor Txt Rp 25.439 milyar, dan penerimaan pemerintah dari pajak impor Tmt sebesar Rp 21.501 milyar. Nilai
tukar resmi rata-rata mata uang Rupiah terhadap US Dollar pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 8.775 per US Dollar. Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai
faktor konversi standar pada tahun 2011 adalah sebesar 1,001 sehingga diperoleh nilai tukar bayangan mata uang Rupiah terhadap US Dollar SER sebesar
Rp.8765 per US Dollar.
k. Harga Bayangan Kandang dan Peralatan
Dalam penelitian ini sebagian besar bahan bangunan kandang dan peralatan merupakan hasil produksi domestik, maka harga bayangan kandang dan peralatan
sama dengan harga privat yang dihitung berdasarkan nilai penyusutannya.
l. Harga Bayangan Bahan Bakar Minyak
Harga bayangan BBM ditentukan dari harga di tingkat bunker yaitu harga sebelum subsidi yang diperoleh dari Pertamina. Pada tahun 2011 harga
bensin adalah Rp 9.050 per liter.
3.5 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat bagaimana hasil analisis suatu usaha budidaya patin dan sapi potong bila terjadi perubahan terhadap input
maupun output. Perubahan ini dapat mempengaruhi penerimaan dan biaya petani budidaya patin dan peternak sapi potong di Kabupaten Indragiri Hulu.
Analisis sensitivitas yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah 1.
Penghapusan Bea Impor sapi potong sebesar 5 persen
Untuk melindungi produsen dalam negeri pemerintah pemerintah mengenakan tarif impor daging sapi dan sapi bakalan sebesar 5 persen.
Secara bertahap tarif ini akan diturunkan sampai menjadi nol persen pada tahun 2020. Jika tarif impor dihapuskan maka harga daging sapi maupun
sapi bakalan impor akan menjadi lebih murah. 2.
Bahan Bakar Minyak BBM naik 15 persen
Salah satu input yang digunakan oleh peternak di Kabupaten Indragiri Hulu adalah BBM. Untuk mencapai akses ke tempat pengambilan hijauan mereka
membutuhkan kendaraan yang menggunakan bensin. Jika terjadi kenaikan harga BBM sebesar 15 persen seperti yang direncakan pemerintah, maka
menarik untuk mengetahui dampaknya terhadap daya saing peternakan di daerah ini.
3. Penggunaan pakan dari limbah kelapa sawit
Sejalan dengan program integrasi tanaman ternak, maka perlu di pertimbangkan penggunaan pakan dari limbah sawit seperti daun, pelepah
dan solid. Jika pakan dari pelepah sawit yang digunakan untuk pengganti hijauan maka bisa menghemat biaya pakan hijauan sebesar 30 persen karena
penggunaan pakan dari pelepah sawit tidak boleh lebih dari 30 persen Mathius, 2008
4. Penurunan harga ikan patin sebesar 25 persen
Saat produksi perairan umum di Kabupaten Indragiri Hulu melimpah khususnya dimusim kemarau, maka harga ikan patin budidaya bisa turun
hingga 25 persen, hal ini terjadi karena lemahnya sistem pemasaran
5. Penghapusan PPN pakan ikan sebesar 10 persen
Komponen biaya produksi budidaya patin sebesar 70-80 persen berasal dari pakan. Saat ini pakan ikan masih dikenakan PPN sebesar 10 persen.
6. Depresiasi nilai tukar rupiah 5,5 persen
Nilai tukar rupiah melemah rata-rata sebesar 5,5 persen selama tahun 2010 ke tahun 2011. Jika nilai tukar rupiah melemah maka akan berpengaruh
terhadap harga paritas impor ikan patin.
IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kabupaten Indragiri Hulu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau.
Secara geografis Kabupaten Indragiri Hulu terletak pada 101 10
BT-102 48
Bujur Timur dan 0 15 LU-1
50 Lintang Selatan. Kabupaten Indragiri Hulu memiliki luas lebih kurang 8.198,26 km
2
yang terdiri dari 14 kecamatan. Kabupaten Indragiri Hulu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan,
sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Jambi, sebelah barat dengan Kabupaten Kuantan Singingi sedangkan sebelah timur dengan Kabupaten
Indragiri Hilir. Wilayah Kabupaten Indragiri Hulu pada umumnya dataran rendah dengan
ketinggian berkisar antara 5 sampai dengan 400 meter dari permukaan laut. Bagian yang terluas dari dataran rendah terletak pada ketinggian 25 sampai
dengan 100 meter dari permukaan laut yang sebagian besar ditutupi oleh hutan dan tanah gambut. Struktur topografi Kabupaten Indragiri Hulu kawasan selatan
dan barat pada umumnya merupakan perbukitan rendah, sedangkan kawasan utara dan timur merupakan dataran rendah yang umumnya berupa rawa bergambut.
Kabupaten Indragiri Hulu menurut kalsifikasi Koppen termasuk dalam tipe iklim AFA Tropika Basah yaitu curah hujan bulanan diatas 60 mm atau
curah hujan tahunan diatas 1500 mm. Musim hujan pada umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan April tahun berikutnya dan arah angin
BaratBarat laut dengan kecepatan rata-rata sekitar 50 knot,sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dengan arah angin
timur laut sampai tenggara dengan kecepatan angin rata-rata 4,4 knot, angin puyuh atau angin yang merusak jarang terjadi.
Penduduk Kabupaten Indragiri Hulu pada tahun 2009 berjumlah 353.597 jiwa yang tersebar di 14 kecamatan. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk
terbesar berada di Kecamatan Rengat sebesar 45.510 jiwa, sedangkan kecamatan yang sedikit jumlah penduduknya ada di Kecamatan Batang Peranap sebanyak
8.817 jiwa. Rata-rata rumah tangga di Kabupaten Indragiri Hulu memiliki anggota keluarga sebanyak 4 orang.