2.3. Kerangka Pemikiran Operasional
Program revitalisasi pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah sejak tahun 2005 telah menunjukkan pencapaian cukup memuaskan, hal ini terlihat dari
pertumbuhan beberapa subsektor pertanian yang cukup pesat. Di Kabupaten Indragiri Hulu subsektor pertanian yang mengalami pertumbuhan cukup pesat
pada tahun 2011 disamping subsektor perkebunan adalah subsektor perikanan 10,96 persen dan peternakan 6,75 persen. Subsektor perikanan dan peternakan
ini layak untuk diprioritaskan pengembangannya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru yang nantinya akan berkontribusi pada peningkatan PDRB daerah
ini. Di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau, komoditi patin dan sapi potong
merupakan komoditi unggulan sehingga masih punya potensi yang cukup besar untuk dikembangkan di masa yang akan datang. Ada beberapa permasalahan yang
dihadapi oleh usaha budidaya patin maupun usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Indragiri Hulu sehingga akan berdampak pada eksistensi usaha dan
daya saingnya. Untuk itu perlu dikaji mengenai daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap usaha budidaya patin dan peternakan sapi potong yang
selama ini telah dikembangkan oleh masyarakat daerah ini. Analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis daya saing dan dampak
kebijakan pemerintah adalah analisis Policy Analysis matrix PAM. Metode PAM menganalisis keuntungan baik secara privat maupun sosial, analisis daya
saing keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dan analisis dampak kebijakan yang mempengaruhi sistem komoditas. Setelah melakukan analisis
PAM, selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk mengetahui apakah budidaya patin dan peternakan sapi potong
masih tetap memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif jika terjadi perubahan pada harga output dan adanya perubahan produksi. Berdasarkan
uraian tersebut di atas, maka kerangka penelitian operasional dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional
Produk Unggulan Sektor Peternakan dan Sektor Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu
Implikasi Kebijakan Daya Saing Budidaya Patin dan
Usaha Peternakan Sapi Potong
Policy Analysis Matrix PAM
Analisis Sensitivitas
Usaha Budidaya Patin Usaha Peternakan Sapi Potong
Kondisi Usaha Budidaya Patin saat ini:
• Kesulitan modal • Mahalnya harga pakan
• Bibit sebagian besar impor • Harga cenderung tidak
stabil Usaha Peternakan Sapi Potong saat ini:
• Peternakan rakyat skala kecil dan Usaha sambilan
• Produktivitas masih rendah • Teknologi pengolahan pakan tidak
ada • Periode pemeliharaan terlalu lama
Halaman ini sengaja dikosongkan
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pasir Penyu dan Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Kabupaten Indragiri Hulu
terdiri dari 14 kecamatan dengan populasi ternak sapi potong 39.782 ekor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu, 2011. Pemilihan lokasi ini
berdasarkan pertimbangan karena kabupaten ini merupakan salah satu sentra produksi sapi potong di Provinsi Riau, dimana Kabupaten Indragiri Hulu
mempunyai populasi ternak sapi potong tertinggi di Provinsi Riau. Pemilihan 2 kecamatan ini berdasarkan pertimbangan pengelolaan ternak sapi di lokasi
tersebut telah dilakukan secara intensif di samping itu juga berkaitan dengan faktor teknis lainnya seperti kemudahan akses.
Pemilihan lokasi untuk perikanan budidaya ikan patin juga dilakukan di Kecamatan Pasir Penyu dan Kecamatan Rengat. Hal ini dilakukan berdasarkan
pertimbangan kedua kecamatan ini akan dijadikan kawasan minapotan khususnya untuk budidaya ikan patin kolam ataupun keramba.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kerat lintang cross section. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer dipeoleh melalui wawancara langsung dengan responden yaitu peternak sapi potong dan petani kolamkeramba ikan patin dengan bantuan kuesioner dan
pengamatan langsung di lapangan. Data yang dikumpulkan dari peternak adalah data input yang meliputi 1 investasi usaha yang terdiri dari kandang dan
peralatan 2 jumlah penggunaan dan harga input yang meliputi sapi bakalan, pakan berupa hijauan dan konsentrat, vaksin, obat-obatan, vitamin, tenaga kerja,
umur ekonomis kandang dan peralatan, transportasi serta biaya tak terduga lainnya. Data yang dikumpulkan dari petani kolamtambak adalah 1 investasi
usaha yang meliputi pembuatan kolam dan keramba serta peralatan; 2 jumlah penggunaan dan harga input yang meliputi: bibit, pakan, obat-obatan, kapur dan
biaya tak terduga lainnya. Data lainnnya sebagai pendukung dalam penelitian ini adalah tentang karakteristik peternak dan petani kolamkeramba mengenai