Gambar 4b menunjukkan bahwa sebelum diberlakukannya subsidi terhadap input, harga dan jumlah keseimbangan dari penawaran dan permintaan
input non tradable berada pada Pd,Q
1
. Adanya subsidi menyebabkan produksi meningkat dari Q
1
ke Q
2
, harga yang diterima produsen naik menjadi Pp dan harga yang diterima konsumen turun menjadi Pc. Efesiensi yang hilang dari
produsen sebesar ABC dan konsumen sebesar ABD.
2.1.9. Matriks Analisis Kebijakan Policy Analysis MatrixPAM
Matriks Analisis Kebijakan Policy Analysis Matrix, PAM digunakan untuk menganalisis keadaan ekonomi ditinjau dari sudut usaha swasta private profit
dan sekaligus memberi ukuran tingkat efesiensi ekonomi usaha atau keuntungan sosial social profit dan besarnya intensif atau intervensi pemerintah serta
dampaknya pada sistem komoditas pada aktivitas usahatani, pengolahan dan pemasaran secara keseluruhan dengan sistematis.
Policy Analysis Matrix membantu memberikan informasi tentang apakah
sistem pertanian kompetitif di bawah teknologi dan harga-harga yang berlaku saat ini. Apakah petani, pedagang dan pengelola memperoleh keuntungan ketika
menghadapi harga aktual pasar. Kebijakan harga akan mengubah harga dari output atau biaya input serta pula probabilitas privat dalam skistem. PAM dapat
menunjukkan efek secara individual maupun kolektif dari harga dan kebijakan faktor. Selain itu PAM memberikan informasi yang penting untuk analisis
keuntungan biaya dari suatu investasi pertanian. Selanjutnya model PAM dapat pula digunakan untuk menganalisis efesiensi ekonomi dan besarnya insentif atau
intervensi pemerintah serta dampaknya pada sistem komoditas secara bersamaan Monke and Pearson, 1989.
Analisis PAM dapat digunakan pada sistem komoditas dengan berbagai wilayah, tipe usahatani dan teknologi. Matriks PAM terdiri dari tiga baris,
dimana baris pertama adalah perhitungan dengan private price harga pasaraktual yaitu harga yang diterima petani, baris kedua merupakan
perhitungan social price harga bayangan yaitu harga yang menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi yang sesungguhnya bagi unsur biaya maupun hasil dari
dua perhitungan tersebut masing-masing dihitung keuntungan. Keuntungan merupakan perbedaan antara penerimaan dan biaya. Perbedaan perhitungan
antara private price dengan social price disebabkan terjadinya kegagalan pasar atau masuknya kebijakan pemerintah yang terletak pada baris ketiga. Jika
kegagalan dianggap faktor yang tidak begitu berpengaruh, maka perbedaan tersebut lebih banyak disebabkan adanya insentif kebijakan yang dapat dianalisis
Monke and Pearson, 1989. Setiap matriks memiliki empat kolom yaitu kolom pertama adalah
penerimaan, kolom kedua adalah kolom biaya yang terdiri dari biaya input yang dapat diperdagangkan tradable input dan biaya faktor domestik. Input yang
digunakan seperti pupuk, pestisida, benihbibit, peralatan dan lain-lain dipisahkan menjadi input yang dapat diperdagangkan dan faktor domestik Pearson, 2005.
Tabel 7. Policy Analysis Matrix PAM
Uraian Penerimaan
Biaya Cost Keuntungan
Tradable Input
Faktor Domestik
Harga Privat A
B C
D Harga Sosial
E F
G H
Dampak Kebijakan dan Distorsi Pasar
I J
K L
Sumber : Monke and Pearson, 1989 Keterangan :
1. Keuntungan privat D = A – B – C
2. Keuntungan sosial H = E – F – G
3. Transfer output I
= A – E 4.
Transfer input untuk Tradable J = B – F
5. Transfer faktor non Tradable K
= C – G 6.
Transfer bersih L = D – H = I – J – K
7. Rasio biaya privat PCR = CA – B
8. Rasio Biaya Sumberdaya Domestik DRCR = GE – F
9. Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO = AF
10. Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI = BF
11. Koefisien Proteksi Efektif EPC = A - BE - F
12. Koefisien Keuntungan PC = DH
13. Rasio Subsidi Bagi Produsen SRP = LE
2.2. Tinjauan Empiris
Suatu produk memiliki daya saing yang tinggi salah satu cirinya adalah produk tersebut dapat diproduksi secara efisien. Jika suatu produk telah
diproduksi secara efisien maka biaya produksi akan menurun sehingga keuntungan akan semakin meningkat. Daya saing merupakan salah satu kriteria
yang menentukan keberhasilan suatu negera di dalam perdagangan internasional. Krugman dan Obstfeld 2004 menjelaskan bahwa setiap negara melakukan
perdagangan internasional karena dua alasan utama, yang masing-masing menjadi sumber bagi adanya keuntungan perdagangan gains from trade bagi mereka.
Alasan pertama negara-negara berdagang adalah karena mereka berbeda satu sama lain. Bangsa-bangsa di dunia ini, sebagaimana halnya individu-individu,
selalu berpeluang memperoleh keuntungan dari perbedaan-perbedaan di antara mereka melalui suatu pengaturan sedemikian rupa sehingga setiap pihak dapat
melakukan sesuatu secara relatif lebih baik. Kedua, negara-negara berdagang satu- sama lain dengan tujuan untuk mencapai apa yang lazim disebut sebagai skala
ekonomis economics of scale dalam produksi. Seandainya setiap negara bisa membatasi kegiatan produksinya untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu
saja, maka mereka berpeluang memusatkan perhatian dan segala macam sumber dayanya sehingga ia dapat menghasilkan barang-barang tersebut dalam skala yang
lebih besar dan karenanya lebih efisien dibandingkan dengan jika negara tersebut mencoba untuk memproduksi berbagai jenis barang secara sekaligus.
2.2.1. Studi Daya Saing Sapi Potong
Penelitian mengenai daya saing keunggulan komparatif dan kompetitif telah banyak dilakukan diantaranya Simatupang dan Hadi 2004 menyimpulkan
bahwa diproyeksikan Indonesia tahun 2020 akan mengalami defisit produksi daging sapi sebesar 2.7 juta ekor. Sebagai negara kepulauan, Indonesia kurang
mempunyai keunggulan komparatif untuk mengembangkan sistem peternakan berbasis pakan rumput seperti sapi potong, kerbau, kambing dan domba, sehingga
daya saing usaha peternakan di Indonesia terletak pada pakan asal biji-bijian yaitu ayam ras pedaging dan petelur. Oleh karena itu untuk mengembangkan usaha