Penerapan kebijakan subsidi atau hambatan perdagangan yang tepat mampu memperbaiki kesejahteraan produsen petani maupun konsumen.
2.1.7. Kebijakan Output
Kebijakan yang ditetapkan terhadap output baik berupa subsidi maupun pajak dapat diterapkan pada barang ekspor maupun impor. Kebijakan pemerintah
terhadap output dijelaskan dengan menggunakan Transfer Output TO dan Nominal Protection Coefficient on Output
NPCO. Dampak subsidi positif terhadap produsen dan konsumen pada barang impor dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2a merupakan gambar subsidi positif untuk produsen barang impor. Harga pasar dunia Pw lebih rendah dari harga domestik Pd. Tingkat
subsidi sebesar Pd – Pw kepada produsen menyebabkan produksi akan meningkat dari Q
1
menjadi Q
2
namun kondisi akan tetap pada Q
3
karena kebijakan subsidi ini tidak merubah harga dalam negeri. Subsidi ini akan menyebabkan impor turun
dari Q
2
ke Q
3
. Transfer pemerintah kepada produsen sebesar Q
2
x Pd – Pw atau sebesar PdABPw. Subsidi menyebabkan barang yang seharusnya diimpor akan
diproduksi sendiri dengan biaya korbanan sebesar Q
1
CAQ
2
, sedangkan opportunity cost yang diperoleh jika barang tersebut diimpor adalah sebesar
Q
1
CBQ
2
. Subsidi tersebut akan memberikan dampak terjadinya kehilangan efesiensi sebesar CAB.
Gambar 2b menunjukkan subsidi untuk produsen barang ekspor. Adanya subsidi dari pemerintah menyebabkan harga yang diterima produsen lebih tinggi
dari harga yang berlaku di pasar dunia. Harga yang tinggi berakibat pada peningkatan output produksi dalam negeri dari Q
3
ke Q
4
, sedangkan konsumsi menurun dari Q
1
ke Q
2
sehingga jumlah ekspor meningkat dari Q
3
ke Q
4
. Tingkat subsidi yang diberikan pemerintah adalah sebesar GBAH.
a S + PI b S + PE
c S + CI d S + CE Sumber : Monke dan Pearson 1989
Keterangan : Pw
: Harga di Pasar Internasional Pd
: Harga di Pasar Domestik S + PI
: Subsidi kepada Produsen untuk Barang Impor S + PE : Subsidi kepada Produsen untuk Barang Ekspor
S + CI : Subsidi kepada Konsumen untuk Barang Impor S + CE : Subsidi kepada Konsumen untuk Barang Ekspor
Gambar 2. Dampak Subsidi Positif Terhadap Produsen dan Konsumen
Barang Impor dan Barang Ekspor
P P
S B
H Pd
S
A F
E G
Pw A
B Pd
C Pw
Q
4
Q
3
Q
2
Q
1
Q D
Q
3
Q
2
Q
1
Q D
P P
S S
B C
Pw A
Pc G
E F
A Pw
D H
B Pd
D Q
Q
2
Q
1
Q Q
4
Q
3
Q
1
Q
2
Gambar 2 c menunjukkan subsidi positif pada konsumen untuk barang impor. Harga di pasar dunia Pw lebih tinggi daripada harga domestik Pd. Tingkat
subsidi positif sebesar Pw – Pd kepada konsumen menyebabkan produksi menurun dari Q
1
menjadi Q
2
, tetapi konsumsi akan meningkat dari Q
3
menjadi Q
4
Karena kebijakan subsidi akan merubah harga dalam negeri menjadi lebih murah. Subsidi ini akan menyebabkan peningkatan impor dari Q
3
-Q
1
menjadi Q
4
-Q
2
. Transfer pemerintah sebesar PwGHPd terdiri dari dua bagian yaitu transfer
dari produsen ke konsumen sebesar PwABPd dan transfer dari pemerintah ke konsumen sebesar ABHG, sehingga akan terjadi inefesiensi ekonomi pada sisi
konsumsi dan produksi. Pada produksi, output turun dari Q
2
menjadi Q
1
menyebabkan hilangnya pendapatan sebesar Q
2
FAQ
1
atau sebesar Pw x Q
2
– Q
1
sedangkan besarnya input yang dapat dihemat sebesar Q
2
BFQ
1
sehingga terjadi inefesiensi sebesar AFB. Pada konsumsi, menunjukkan terjadi opportunity cost
akibat meningkatnya Q
3
menjadi Q
4
adalah sebesar Pw x Q
4
– Q
3
atau sebesar Q
3
EGHQ
4
dengan kemampuan membayar konsumen sebesar Q
3
EHQ
4
sehingga terjadi inefesiensi sebesar EGH sehingga total inefesiensi yang terjadi sebesar
AFB dan EGH. Gambar 2 d menunjukkan subsidi untuk barang ekspor, pada gambar
tersebut menunjukkan harga dunia lebih besar Pw dari harga yang diterima produsen Pp. Harga yang lebih rendah menyebabkan konsumsi untuk barang
ekspor menjadi meningkat dari Q
1
menjadi Q
2
. Perubahan ini menyebabkan terjadi opportunity cost sebesar Pw x Q
2
– Q
1
atau area yang sama dengan kemampuan membayar konsumen yaitu Q
1
CAQ
2
dengan inefesiensi yang terjadi sebesar CBA.
2.1.8. Kebijakan Input