Alat Tangkap Yang Dilarang Pemerintah Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

23 Tabel 2.2 Lanjutan 5.Conference Report: Managing The Indonesian Small Pelagic Fishery Elroy, 1991b Tujuan Mengintroduksi pengimplementasian limitation scheme dalam pengelolaan sumberdaya ikan di Indonesia Metode Metode Delphi Kesimpulan Pembatasan hasil tangkapan perlu dilakukan untuk mengatur stok ikan pelagis kecil dan demersal di Laut Jawa dan kapal purse seine diizinkan untuk memperoleh hasil tangkapan berdasarkan kuota tertentu. 6.The Java Sea small-scale fisheries in changing environment: Experiences from Indonesia Fauzi dan Anna, 2010 Tujuan Menunjukkan dampak perbedaan rezim pengelolaan sentralisasi dengan desentralisasi terhadap perikanan dan kehidupan sosial ekonomi. Metode Growth analysis, Rap-fish analysis, Coppock Instability Index CII Kesimpulan Adanya perubahan rezim pengelolaan sumberdaya mengakibatkan semakin tertekannya sumberdaya dan ekosistem pendukung serta terjadi. 7. Growth and instability of small pelagic fisheries of The North Coast Of Java, Indonesia: Lesson learned for fisheries policy Fauzi dan Anna, 2012 Tujuan Membuktikan dampak perubahan pengelolaan sumberdaya alam terhadap ketidakstabilan dan pertumbuhan ikan pelagis kecil di Laut Utara Jawa. Metode Coppock Instability Index CII, Growth analysis, Rap-fish analysis Kesimpulan Perubahan pengelolaan perikanan mengakibatkan penurunan ikan pelagis yang didaratkan dan ketidakstabilan pertumbuhan ikan cenderung tinggi. Sumber: Data Sekunder diolah, 2015 24

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Sumberdaya perikanan di Laut Jawa telah terindikasi mengalami fenomena tragedy of the common Mc.Elroy, 1991a karena terjadi pemanfaatan berlebih sumberdaya perikanan akibat banyaknya armada penangkapan yang melebihi daya dukung alam, dan juga pelarangan penggunaan trawl tahun 1980 semakin memberikan tekanan yang signifikan Mc.Elroy, 1991b. Lebih lanjut, Fauzi dan Anna 2010 mengkaji mengenai daerah pesisir Laut Utara Jawa yang telah mengalami kondisi tekanan sumberdaya akibat banyaknya jumlah armada tangkap. Hal tersebut diperkuat dengan penetapan status Laut Jawa dalam kondisi over exploitate berdasarkan Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor KEP. 45MEN2011. Sumberdaya perikanan di Teluk Blanakan juga mengalami hal yang sama, berdasarkan hasil penelitian Destilawaty 2012 yaitu jenis ikan kembung dan kurisi telah mengalami kondisi biological overfishing dengan tingkat eksploitasi 60 sehingga melebihi dari tingkat maksimum lestari yaitu 50. Hasil tangkapan yang didaratkan di Teluk Blanakan menunjukkan komposisi ikan belum matang gonad lebih banyak ditangkap dibandingkan ikan yang sudah matang gonad. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan yang ditangkap belum memijah sehingga telah terjadi growth and recruitment overfishing. Kondisi economic overfishing juga telah terjadi dimana effort aktual lebih besar dibandingkan upaya effort optimum pada rezim Maximum Sustainable Yield MSY dan Maximum Economic Yield MEY. Hal ini diperburuk dengan kondisi banyaknya penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan menyebabkan penurunan stok sumberdaya ikan. Dari sisi tata kelola kelembagaan belum efektif dalam mengelola sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Pengelolaan sumberdaya ikan melibatkan stakeholder dalam kelembagaan yang terlibat existing institution. Setiap pihak yang terlibat dianalisis