Kerangka Pemikiran KERANGKA PEMIKIRAN

33 Keterangan mengenai Gambar 4.1 Aktor Grid berdasarkan kuadran:  Kuadran I subject merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan tinggi namun pengaruhnya rendah dalam pengelolaan perikanan. Peran dalam kelembagaan hanya sebagai pemanfaat perikanan saja.  Kuadran II players merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan dan pengaruh tinggi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Peran dalam kelembagaan bertindak sebagai pengatur sekaligus pemanfaat perikanan.  Kuadran III Bystanders merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan dan pengaruh yang rendah dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Peran dalam kelembagaan tidak bertindak sebagai pemanfaat dan pengatur perikanan.  Kuadran IV actors merupakan stakeholder yang memiliki pengaruh tinggi namun kepentingannya rendah dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Actors bertindak dalam penegakkan aturan pemanfaatan perikanan. Tabel 4.6 Ukuran kuantitatif terhadap identifikasi dan pemetaan stakeholder Skor Nilai Kriteria Keterangan Kepentingan stakeholder 5 21-25 Sangat tinggi Sangat bergantung pada keberadaan sumberdaya 4 16-20 Tinggi Ketegantungan tinggi pada keberadaan sumberdaya 3 11-15 Cukup Cukup bergantung pada keberadaan sumberdaya 2 6-10 Rendah Ketergantungan pada keberadaan sumberdaya 1 1-5 Sangat rendah Tidak bergantung pada keberadaan sumberdaya Pengaruh stakeholder 5 21-25 Sangat tinggi Sangat mempengaruhi pengelolaan sumberdaya 4 16-20 Tinggi Mempengaruhi pengelolaan sumberdaya 3 11-15 Cukup Cukup mempengaruhi pengelolaan sumberdaya 2 6-10 Rendah Kurang mempengaruhi pengelolaan sumberdaya 1 1-5 Sangat rendah Tidak mempengaruhi pengelolaan sumberdaya Sumber: Hutabarat, 2012

4.4.2 Analisis Biaya Transaksi

Analisis biaya transaksi dalam penelitian ini adalah biaya yang digunakan untuk menjalankan sistem kontrak dalam perikanan dan biaya yang ditanggung oleh s takeholder yang terlibat dalam transaksi pertukaran akibat adanya aturan dalam 34 transaksi tersebut. Biaya transaksi pengelolaan perikanan diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu biaya informasi, biaya pengambilan keputusan dan biaya operasional bersama Abdullah et.al, 1998. Persamaan yang digunakan untuk menghitung besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan stakeholder dalam pengelolaan sumberdaya menurut Anggraini 2005 yaitu: � = ∑ � + ⋯ + � �=0 Keterangan: � = � � � � � � ℎ �; = � � � � � � ℎ Output yang dihasilkan dari analisis ini berupa besaran nilai rupiah yang dikeluarkan untuk biaya transaksi dalam kelembagaan pengelolaan perikanan di Teluk Blanakan. 4.4.3 Regulatory Impact Assessment RIA Metode analisis RIA merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengkaji dampak dari suatu regulasi yang dapat membantu pembuat kebijakan untuk menentukan alternatif terbaik dalam pemilihan kriteria kebijakan dan regulasi yang akan dilakukan. Ciri khusus dalam analisis ini melibatkan konsultasi dengan stakeholder yang akan terdampak apabila kebijakan atau regulasi direalisasikan. Manfaat penerapannya untuk merumuskan kebijakan, regulasi atau tindak lanjut pada regulasi yang sudah dilaksanakan ataupun belum dilaksanakan. Tujuan yang diharapkan dalam penggunaannya yaitu dapat mencari alternatif sebagai titik temu antara pihak pembuat kebijakan dengan pihak yang dikenakan suatu kebijakan. Responden dalam metode RIA adalah stakeholder yang berada di atas garis bantu atau red line lihat Gambar 4.1 karena pihak-pihak tersebut seharusnya dilibatkan dalam perumusan suatu kebijakan. 35 Berdasarkan panduan yang diterbitkan Sekretariat Jenderal DPR-RI 2008, penggunaan metode RIA dalam menganalisis suatu permasalahan harus dilakukan dalam beberapa tahapan penting yaitu: 1. Tahap perumusan masalah Perumusan dari suatu masalah merupakan hal utama dalam mencari alternatif kebijakan. Proses identifikasi masalah yang tepat dan berdasarkan kenyataan merupakan kunci dari berhasilnya suatu penerapan kebijakan. Lebih jelasnya, Sekretariat Jenderal DPR-RI 2008 memberikan panduan pertanyaan kunci untuk merumuskan masalah dengan tepat, yaitu: 1 Apa masalah yang dihadapi; 2 Apa penyebab timbulnya masalah; 3 Apakah ada masalah lain yang lebih mendasar; 4 Apakah ada produk hukum yang terkait dengan permasalahan tersebut; 5 Jika ada, mengapa permasalahan tersebut belum terselesaikan; 6 Jika tidak ada, alasan apa yang mengakibatkan tidak diaturnya masalah tersebut; 7 Pihak mana saja yang terdampak dalam permasalahan ini; 8 Perilaku apa yang mengakibatkan terjadinya permasalahan ini; 9 Bagaimana motivasi pelaku yang mengakibatkan masalah ini; 10 Bagaimana pengaruhnya terhadap aspek perekonomian; dan 11 Bagaimana masyarakat memandang masalah ini. 2. Tahap perumusan tujuan Permasalahan tidak dapat diselesaikan hanya dengan melakukan sebuah kebijakan saja, namun juga memerlukan instrumen lain yang dapat mendukung implementasi kebijakan tersebut. Maka diperlukan identifikasi tujuan dan sasaran dari permasalahan. Sekretariat Jenderal DPR-RI 2008 menyebutkan beberapa pertanyaan kunci yang dapat membantu tahap ini yaitu: 1 Apakah intervensi pemerintah diperlukan dan tepat diimplementasikan; 2 Bagian masalah mana yang ingin diselesaikan; 3 Apa tujuan dan sasaran yang ingin dicapai; 4 Siapakah pelaku utama dan perilaku apa yang dikehendaki direncanakan; dan 5 Mana faktor-faktor yang menjadi pendorong dan menghambat implementasi. 3. Tahap perumusan alternatif Tahapan ini dilakukan dengan mengidentifikasi kemungkinan berbagai alternatif tindakan yang dapat dipertimbangkan untuk mencapai tujuan dan sasaran