18 Selanjutnya, Fauzi 2005 menyatakan bahwa pengembangan kelembagaan
perikanan sangat membutuhkan alat evaluasi kelembagaan baru melalui paradigma transaksi biaya. Tujuan dalam hal ini untuk mencari alternatif kesepakatan
pelaksanaan kelembagaan, seperti kontrak, relasi dan bentuk lainnya yang dapat meminimalisasi biaya transaksi sangat penting untuk ditanggapi. Paradigma biaya
transaksi akan memberikan pandangan baru yang bermanfaat bagi kebijakan pembangunan
perikanan. Komponen-komponen
kelembagaan yang
mendukungnya misalnya biaya transaksi, kepercayaan trust, dan hubungan antar pihak, kontrak formal dan informal, ketidaksempurnaan informasi dan stategi
berkelompok akan menjadi sangat vital.
2.8.2 Konsep Biaya Transaksi dalam Pengelolaan Perikanan
Kelembagaan dalam pengelolaan perikanan tersebut bertujuan dalam meningkatkan kesetaraan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan equity.
Pelaksanaan pengelolaan sumberdaya melalui ko-manajemen perikanan diharapkan dapat dapat efektif dalam mengatasi permasalahan pemanfaatan berlebih over-
exploitate, mengatur akses sumberdaya, mewujudkan pemerataan hasil pemanfaatan sumberdaya, melibatkan partisipasi nelayan dan menyelesaikan
konflik antar pemanfaat sumberdaya. Fungsi sistem pengelolaan ini yaitu memberikan kontrol antar stakeholder dalam kelancaran pelaksanaan pengelolaan,
penegakkan hukum dan pemberian wewenang dalam proses pembuatan keputusan. Realisasi dari fungsi dan tujuan tersebut menimbulkan konsekuensi biaya
yang harus dikeluarkan oleh stakeholder terlibat berupa biaya transaksi. Definisi biaya transaksi perikanan dalam ko-manajemen perikanan yang dikemukakan oleh
Abdullah et.al 1998 yaitu biaya yang ditanggung pihak-pihak yang terlibat dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan baik secara langsung ataupun tidak langsung
untuk menghindari penangkapan berlebih dan mengelola sumberdaya pesisir dengan melibatkan nelayan dalam pelaksanaan pengelolaan perikanan. Lebih lanjut
lagi, Abdullah et.al 1998 mengklasifikasikan biaya transaksi menjadi tiga, yaitu: 1.
Biaya Informasi Keberhasilan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya bergantung pada
ketersediaan informasi sumberdaya perikanan yang menentukan proses
19 pengambilan keputusan para pemanfaat sumberdaya. Biaya tersebut muncul akibat
adanya ketidaksempurnaan informasi yang cenderung memunculkan perilaku oportunis untuk memaksimalkan kesejahteraan dalam memanfaatkan sumberdaya
perikanan. 2.
Biaya Pengambilan Keputusan Biaya pengambilan keputusan terdiri atas penentuan kesepakatan solusi
dalam permasalahan sumberdaya perikanan, pengikutsertaan stakeholder dalam rapat pembahasan pengelolaan, pembuatan kebijakan, pembuatan aturan dan
regulasi, pelaksanaan koordinasi hasil keputusan dan sosialisasi hasil keputusan pada seluruh stakeholder terlibat.
3. Biaya Operasional Bersama
Pelaksanaan kelembagaan pengelolaan perikanan membutuhkan biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan kesetaraan dalam pemanfaatan sumberdaya,
perlindungan sumberdaya dan penguatan aturan dalam pemanfaatan sumberdaya Lihat Gambar 2.7
ggggggggggggggggggg
Transaction cost in fisheries co-management
Information cost Collective fisheries
decision-making cost Collective operational cost
Resource maintenance cost
Resource distibution cost Monitoring, enforcement
and compliance cost Dealing with fisheries problem
Participating in meetings Making policies rules
Communicating decision Coordinating with local and central authorities
Knowledge of the resource Searching, acquisition and
organizing information Strategic and free riding
Monitoring fisheries rules Catch record management
Monitoring fishing area Fishing inputs
Conflict resolution Sanctions for rules violation
Fishing right protection Stock enhancement
Resource evaluation Fishing right
distribution Participatory cost
Sumber: Abdullah et al, 1998
Gambar 2.5 Skema biaya transaksi pengelolaan perikanan