Hubungan Antar Stakeholder Stakeholder dalam Pengelolaan Perikanan di Teluk Blanakan

71 c. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 06MEN2005 tentang Penggantian Bentuk dan Format Perizinan Usaha Penangkapan Ikan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan ini diterbitkan untuk mengganti Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP. 10MEN2003 tentang perizinan usaha penangkapan ikan. Izin tersebut meliputi Surat Izin Usaha Perikanan SIUP sebagai pengganti Izin Usaha Perikanan, Surat Penangkapan Ikan SIPI sebagai pengganti Surat Penangkapan Ikan SPI dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan SIKPI. Penggantian bentuk dan format perizinan usaha penangkapan ikan diberlakukan bagi semua perusahaan perikanan dan kapal perikanan yang telah memiliki izin atau akan membuat perizinan di bidang usaha penangkapan ikan yang sah. Surat Izin Usaha Perikanan SIUP berlaku selama berlaku selama pembuat izin masih melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pengangkutan ikan. Surat Penangkapan Ikan SIPI berlaku selama 3 tahun untuk usaha penangkapan yang menggunakan Alat Penangkapan Ikan API berupa jaring insang gill net, rawai tuna, pukat cincin dan huhate, sedangkan untuk alat tangkap lainnya hanya berlaku selama 2 tahun. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan SIKPI berlaku selama jangka waktu 3 tahun. d. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56PERMEN-KP2014 tentang Penghentian Sementara moratorium Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di WPPNRI Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan ini dilakukan untuk mewujudkan pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab dan penanggulangan illegal, unreported and unregulated IUU fishing di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia WPPNRI. PERMEN-KP ini menyatakan bahwa tidak diterbitkannya izin baru Surat Izin Usaha Perikanan SIUP, Surat Penangkapan Ikan SIPI dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan SIKPI. Apabila SIPI dan SIKPI yang telah habis masa berlakunya tidak dapat dilakukan perpanjangan dan bagi SIPI dan SIKPI yang masih berlaku dilakukan analisis dan evaluasi sampai masa berlaku SIPI dan SIKPI berakhir. 72 e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 57PERMEN-KP2014 tentang Usaha Perikanan Tangkap di WPPNRI Pengaturan mengenai usaha perikanan tangkap yang tercantum pada PERMEN-KP No. 57PERMEN-KP2014 memuat beberapa perubahan ketentuan yang sebelumnya diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26PERMEN-KP2013. Beberapa perubahan pada pasal 37 yaitu: 1 Kapal penangkap ikan diberikan daerah penangkapan ikan di satu WPPNRI atau dua WPPNRI yang berdampingan dengan mencantumkan titik koordinat; 2 Setiap kapal penangkap ikan buatan dalam negeri diberi tiga pelabuhan pangkalan dan satu pelabuhan singgah; 3 Setiap kapal penangkap ikan buatan luar negeri diberi satu pelabuhan pangkalan dan satu pelabuhan singgah; 4 Setiap kapal pengangkut ikan buatan dalam negeri diberi dua pelabuhan pangkalan; 5 Setiap kapal pengangkut ikan buatan luar negeri diberi dua pelabuhan pangkalan dan untuk kapal pengangkut ikan buatan luar negeri bertujuan ekspor diberikan satu pelabuhan pangkalan; 6 Setiap kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan wajib mendaratkan ikan hasil tangkapannya di pelabuhan pangkalan sebagaimana tercantum dalam SIPI atau SIKPI; dan 7 Setiap kapal yang tidak mendaratkan ikan hasil tangkapan di pelabuhan yang tercantum, akan dikenakan sanksi pencabutan SIPI atau SIKPI. f. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.58MEN2001 tentang tata cara pelaksanaan sistem pengawasan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan Pelaksanaan sistem pengawasan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan melibatkan Pokmaswas. Kelompok ini merupakan pelaksana pengawasan di tingkat lapangan yang terdiri dari unsur masyarakat, tokoh masyarakat, agama, adat, LSM, nelayan serta masyarakat pesisir lainnya. Pemerintah daerah wajib memfasilitasi pemberdayaan POKMASWAS melalui pembinaan, bimbingan dan pelatihan bagi peningkatan kemampuan POKMASWAS. Anggota ataupun pengurus kelompok ini wajib melaporkan informasi dugaan pelanggaran dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan kepada aparat pengawas terdekat seperti Koordinator 73 PPNS, Kepala Pelabuhan Perikanan, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Satpol- Airud, TNI-AL atau petugas karantina di pelabuhan dan PPNS. g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 42PERMEN-KP2014 tentang jalur penangkapan ikan dan penempatan alat penangkapan ikan di WPPNRI Jalur penangkapan ikan terbagi menjadi tiga yaitu Jalur I, Jalur II dan Jalur III. Jalur I merupakan jalur perairan pantai yang iukur dari permukaan air laut pada surut terendah pada setiap pulau hingga 6 mil ke arah laut. Jalur I dibagi menjadi Jalur IA dan Jalur IB. Jalur IA merupakan jalur dari 0 sd 2 mil laut dan diperbolehkan untuk menggunakan Alat Penangkapan Ikan API yang menetap. Sedangkan Jalur IB merupakan jalur dari 2 hingga 4 mil laut dan diperbolehkan untuk API yang tidak menetap. Jalur II merupakan jalur dari 4 hingga 12 mil laut dan diperbolehkan untuk kapal perikanan motor ukuran ≤ 60 GT. Sedangkan Jalur III merupakan jalur dari 12 hingga 200 mil laut atau batas terluar Zona Ekonomi Eksklusif ZEE dan diperbolehkan untuk kapal perikanan berbendera Indonesia dengan ukuran ≤ 200 GT. Perincian Alat Penangkapan Ikan dan kriterianya dapat dilihat pada Tabel 6.4. Tabel 6.4 Penempatan alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan pada jalur penangkapan ikan No Alat tangkap Sifat Selektifitas dan kapasitas Ukuran GT Jalur Status 1. Dogol Aktif MS ≥ 1 inch, tali ris atas ≤ 40m 5-10 IB, II, III  2. Cantrang Aktif MS ≥ 2 inch, tali ris atas ≥ 60m 5-30 II, III  3. Pukat hela dasar berpalang Beam trawl Aktif MS ≥ 1 inch, tali ris atas ≤ 10m 1-5 IB, II, III  4. Pukat hela dasar berpapan Aktif MS ≥ 1,75 inch, tali ris atas ≤ 13,5m 1-5 IB, II, III  Otter trawl MS ≥ 1,75 inch, tali ris atas ≤ 16m 6-10 IB, II, III  MS ≥ 1,75 inch, tali ris atas ≤ 22,5m 11-30 II, III  Sumber: Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 42PERMEN-KP2014 74 Tabel 6.4 Lanjutan 5. Gill net tetap Pasif MS ≥ 1,5 inch, P ≤ 500m 1-10 IB, II, III  6. Pukat hela dasar dan pukat ikan Aktif MS ≥ 2 inch, tali ris atas ≤ 60m 30 III  MS ≥ 1,5 inch, P ≤ 1000m 30 II, III  7. Jaring liong bun Pasif MS ≥ 8 inch, P ≤ 2500m 30 III  8. Jaring insang hanyut driftnets Pasif MS ≥ 1,5 inch, P ≤ 500m 1-5 IB, II, III  9. Jaring insang berlapis trammel net Statis, pasif MS ≥ 1,5 inch, P ≤ 500m Perahu tanpa motor, 1-10 IA, IB  10. Combined gillnets-trammel net Pasif MS ≥ 1,5 inch, P ≤ 1000m Perahu tanpa motor, 1-30 IA, IB, II  Sumber: Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 42PERMEN-KP2014 Keterangan : MS adalah mesh size alat penangkapan ikan P adalah panjang alat penangkapan ikan  Diperbolehkan beroperasi  Tidak diperbolehkan beroperasi h. Peraturan Menteri Kelautan dan perikanan Nomor 2PERMEN-KP2015 Tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela trawls dan Pukat Tarik seine net di WPPNRI Penerbitan Peraturan Menteri Kelautan dan perikanan Nomor 2PERMEN-KP2015 didasarkan penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela trawls dan pukat tarik seine net di WPPNRI telah mengakibatkan penurunan sumberdaya ikan dan mengancam kelestarian sumberdaya ikan sehingga perlu dilakukan pelarangan penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela trawls dan pukat tarik seine net. Alat penangkapan ikan pukat hela trawls terdiri atas pukat hela dasar bottom trawls dan pukat hela pertengahan midwater trawl. Pukat hela dasar bottom trawls terdiri atas pukat hela dasar berpalang beam trawls, pukat hela dasar berpapan otter trawl, pukat hela dasar dua kapal pair trawl, nephrops 75 trawl dan pukat hela dasar udang shrimp trawl. Pukat hela pertengahan midwater trawl terdiri atas pukat hela pertengahan berpapan otter trawl, pukat hela pertengahan dua kapal pair trawl dan pukat hela pertengahan udang shrimp trawl.Alat penangkapan ikan pukat tarik seine net trediri atas pukat tarik pantai beach seine dan pukat tarik berkapal boat or vessel seines. pukat tarik berkapal boat or vessel seines terdiri atas dogol, scottish seines, pair seines, payang, cantrang dan lampara dasar. i. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Peraturan Gubernur Jawa Barat mengenai pengelolaan wilayah pesisir merupakan petunjuk pelaksanaan UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang kemudian direvisi menjadi UU No 1 Tahun 2014. Pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir salah satunya yaitu rehabilitasi wilayah pesisir yang bertujuan untuk menyeimbangkan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Rehabilitasi dilaksanakan dengan cara pengkayaan sumberdaya hayati, perbaikan habitat dan ekosistem, perlindungan spesies biota laut, pembersihan lingkungan perairan dan penghentian atau pencabutan izin. Objek rehabilitasi yang diprioritaskan yaitu terumbu karang, mangrove, lamun, estuari, laguna, teluk, delta, gumuk pasir dan populasi ikan. Rehabilitasi sumberdaya hayati diwujudkan dengan penanaman, transplantasi, penebaran benih dan penciptaan habitat buatannya. Penetapan lokasi untuk mendukung rehabilitasi kawasan pesisir dilakukan berdasarkan pertimbangan teknis, lingkungan hidup dan sosial ekonomi. Pertimbangan teknis yang ditinjau yaitu aspek hidro-oseanografi, hidrologi, batimetri, topografi, geomorfologi dan geoteknik. Pertimbangan aspek lingkungan ditinjau dari kualitas air laut, kualitas air tanah, kualitas udara, kondisi ekosistem pesisir mangrove, lamun dan terumbu karang, flora dan fauna darat serta biota perairan. Sedangkan pertimbangan sosial ekonominya yaitu aspek demografi, akses publik dan potensi relokasinya. j. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Izin dan Retribusi Izin Usaha Perikanan 76 Besarnya biaya retribusi pelelangan adalah 5 dari raman kotor yang dihasilkan. Presentase tersebut dibebankan kepada dua pihak yang terlibat langsung dalam proses pelelangan, presentase yang dibebankan kepada bakul sebesar 3 dan nelayan sebesar 2. Perincian biaya retribusi pelelangan dapat dilihat pada Tabel 6.5. Tabel 6.5 Perincian dana ongkos lelang unit pelelangan ikan PPP Blanakan berdasarkan PERDA Subang No 4 Tahun 2011 No. Jenis potongan lelang Presentase 1. Penerimaan pemerintah daerah 1,60 2. Biaya pembinaan dan pengawasan oleh pemerintah daerah 0,15 3. Biaya pembinaan dan pengawasan oleh pemkab 0,15 4. Biaya pembangunan daerah perikanan 0,10 5. Biaya operasional PUSKUD Mina dan DPD HNSI 0,15 6. Biaya penyelenggaraan dan administrasi pelelangan ikan 1,65 7. Tabungan nelayan 0,35 8. Asuransi nelayan 0,15 9. Dana paceklik 0,20 10. Dana sosial penanggulangan darurat kecelakaan di laut 0,10 11. Biaya keamanan 0,10 12. Dana bantuan ke kas desa 0,05 Jumlah 5,00 Sumber: Laporan RAT KUD Mandiri Mina Fajar Sidik, 2014 Peraturan formal yang telah dibuat oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kota sudah baik, namun dalam pelaksanaannya masih banyak pelanggaran yang muncul atas peraturan tersebut. Indikator baik atau tidaknya suatu peraturan bukan hanya dilihat dari seberapa banyak hal yang diatur, namun juga seberapa tingkat kepatuhan masyarakat terhadap aturan yang telah dibuat tersebut. Pelaksanaan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara tersirat belum sesuai dengan aturan yang telah dibuat meskipun pengawasan yang dilakukan di Teluk Blanakan sangat optimal, namun tetap saja jauh dari aturan yang sesuai. Sehingga diperlukan pendekataan multipersonal yang sifatnya persuasif agar pelaksanaan peraturan tersebut dapat berjalan sesuai pada arahannya.