Pengamatan Ekologi Terumbu Karang

sekunder yang dibutuhkan meliputi data kependudukan, data sosial dan ekonomi, pedomanpanduan dan peraturan-peraturan yang terkait pengelolaan terumbu karang, tutupan karang hidup dan ikan karang sebelum penelitian. Tabel 1 memperlihatkan jenis data primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian. Tabel 1. Data yang dikumpulkan selama penelitian No Jenis Data MetodeSumber Data Data Primer 1. Data ekologi terumbu karang - Kualitas perairan Pengukuran secara in situ - Kondisi karang Point Intercept Transect PIT - Ikan karang Underwater Visual Census UVC 2. Data sosial dan ekonomi masyarakat Kuisioner dan wawancara 3. Data stakeholder Wawancara Data Sekunder 4. Data kependudukan: jumlah penduduk dan penduduk menurut jenis kelamin Kantor Desa 5. Data sosial – ekonomi: jenis mata pencaharian, kelembagaan desa, sarana dan prasarana desa Kantor Desa, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep 6. Pedomanpanduan dan peraturan- peraturan Perdes, RPTK, Perda, Renstra Kabupaten terkait pengelolaan terumbu karang Kementrian Kelautan dan Perikanan KKP, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep 7. Persentase tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan karang DPL sebelum penelitian LIPI, KKP, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep dan sumber ilmiah lainnya

3.2.2 Pengamatan Ekologi Terumbu Karang

Desa Mattiro Deceng mempunyai 2 DPL, yaitu DPL Pulau Badi dan DPL Pulau Pajjenekang. Pengamatan ekologi terumbu karang DPL hanya dilakukan di DPL Pulau Badi. Hal ini dilakukan karena hanya DPL Pulau Badi yang dikukuhkan dengan Perdes No. 01 Tahun 2007. Pengamatan ekologi meliputi pengukuran kualitas perairan, pengamatan kondisi karang dan ikan karang.

3.2.2.1 Pengukuran Kualitas Perairan

Parameter kualitas perairan yang diukur, yaitu kecepatan arus, kecerahan, kedalaman, salinitas dan suhu. Pengukuran kualitas perairan dilakukan secara in situ . Pengukuran kecepatan arus menggunakan floating drauge yang dilengkapi tali sepanjang 5 m. Floating drauge dimasukkan ke perairan dan dihitung waktu dengan stopwatch sampai dengan tali merenggang sepanjang 5 m. Selanjutnya diperoleh kecepatan arus dengan membandingkan panjang tali dan waktu. Pengukuran kedalaman lokasi penelitian menggunakan tali berskala. Salinitas perairan diukur dengan menggunakan refraktometer, dengan cara sampel air dimasukkan pada permukaan dasar yang telah dibersihkan kemudian ditutup dan dibaca skala penunjuk angka. Suhu diukur menggunakan termometer.

3.2.2.2 Pengamatan Tutupan Karang Hidup

Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak adanya DPL terhadap kondisi karang, khususnya tutupan karang hidup. Pengamatan dilakukan dengan metode Transek Garis Segmen atau Point Intercept Transect PIT. Metode PIT merupakan salah satu metode yang dikembangkan untuk memantau kondisi karang hidup dan biota pendukung lainnya di suatu lokasi terumbu karang dengan cara yang mudah dan dalam waktu yang cepat Hill dan Wilkinson 2004. Metode ini digunakan dalam penelitian dengan pertimbangan bahwa penelitian sebelumnya tahun 2008 dan 2009 menggunakan metode PIT sehingga data yang dihasilkan dapat dibandingkan dan lebih comparable. Secara singkat, teknik pengamatan metode PIT adalah sebagai berikut: 1. Bahan yang dibutuhkan untuk pengamatan karang ialah peralatan selam lengkap SCUBA, perahu motor, alat tulis dalam air kertas, pensil, papan pengalas dan pita berskala 100 m. 2. Panjang transek yang digunakan adalah 50 meter yang dibentangkan sejajar garis pantai dimana daratanpulau berada di sebelah kiri. 3. Pencatatan kehadiran koloni karang dilakukan dengan PIT. Tiap koloni karang yang dilewati atau berada di bawah garis transek dicatat dengan interval 50 cm. Secara teknis di lapangan, yang dicatat ialah komponen bentik dimulai dari titik 0,50; 1; 1,50; 2; 2,5 dan seterusnya sampai ke titik 50. Total jumlah titik yang dilalui dan dicatat adalah 100 titik. 4. Data pengamatan karang hidup adalah pengkategorian karang dalam kegiatan monitoring kesehatan terumbu karang COREMAP II LIPI 2006 seperti yang disajikan pada Tabel 2. Gambar 6 memperlihatkan ilustrasi pengambilan data tutupan karang hidup dengan metode PIT. Tabel 2. Kode pencatatan kategori biota No Kode Kategori Biota Keterangan 1. AC Acropora Karang Acropora 2. NA Non-Acropora Karang Non-Acropora 3. DC Death Coral Karang mati masih berwarna putih 4. DCA Death Coral Algae Karang mati yang warnanya berubah karena ditumbuhi alga filament 5. SC Soft Coral Jenis-jenis karang lunak 6. FS Fleshy Seaweed Jenis-jenis makro alga: Sargassum, Turbinaria , Halimeda, dll 7. R Rubble Patahan karang bercabang mati 8. RCK Rock Substrat dasar yang keras 9. S Sand Pasir cadas 10. SI Silt Pasir lumpuran yang halus Sumber: LIPI 2006 Transek 50 m Gambar 6. Ilustrasi teknik pegumpulan data kondisi terumbu karang

3.2.2.3 Pengamatan Ikan Karang

Pengamatan ikan karang dilakukan bersamaan dengan pengambilan data kondisi karang. Pengamatan dilakukan dengan metode Underwater Visual Census UVC atau metode sensus visual sepanjang 50 m. Batas pengamatan data ikan adalah 2.5 m ke arah kiri dan ke arah kanan sehingga luasan pengamatan yang didapat adalah 250 m 2 . Pengumpulan data ikan karang ini dengan mencatat spesies ikan yang dijumpai dan jumlahnya. Data ini digunakan untuk mengetahui kelimpahan ikan karang, keanekaragaman ikan karang, keseragaman ikan karang 0.5 1.0 1.5 2.0 …………………. 50 m dan dominansi ikan karang. Ilustrasi teknik pengambilan data ikan karang disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. Ilustrasi teknik pengumpulan data ikan karang Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada Matsuda et al. 1984, Kuiter 1992 dan Lieske dan Myers 1994. Khusus untuk ikan kerapu grouper digunakan acuan dari Heemstra dan Randall 1993. Jenis-jenis ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelompok utama English et al. 1997, yaitu: 1. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan sarangdaerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili oleh famili Serranidae ikan kerapu, Lutjanidae ikan kakap, Lethrinidae ikan lencam, Nemipteridae ikan kurisi, Caesionidae ikan ekor kuning, Siganidae ikan baronang, Haemulidae ikan bibir tebal, Scaridae ikan kakak tua dan Acanthuridae ikan pakol. 2. Ikan-ikan indikator, yaitu jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwakili oleh famili Chaetodontidae ikan kepe-kepe. 3. Ikan-ikan major, merupakan jenis ikan berukuran kecil, umumnya 5–25 cm, dengan karakteristik warna yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di perairan terumbu karang, diwakili oleh famili Pomacentridae ikan betok laut, Apogonidae ikan serinding, Labridae ikan sapu-sapu, dan Blenniidae ikan peniru. 0 m 50 m 50 m 5 m

3.2.3 Pengumpulan Data Ekonomi dan Sosial Masyarakat