Tutupan Karang Hidup Indeks Mortalitas Karang

Kecepatan arus di lokasi penelitian berkisar 0.3 mdetik. Arus di perairan Pulau Badi dipengaruhi oleh dinamika arus Selat Makassar. Pasokan utama massa air berasal dari Laut Sulawesi Samudera Pasifik. Umumnya arus bergerak dari utara ke selatan atau sebaliknya, sesuai dengan musim yang berlaku. Kondisi arus saat penelitian termasuk kuat dan menuju ke utara. Pergerakan ikan pun dimungkinkan menuju ke arah utara. Karenanya, banyak nelayan yang mencari ikan di sebelah utara Pulau Badi. Keberadaan arus tersebut mengalirkan massa air yang mengandung nutrient dan sedimen. Arus yang kuat dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang karena dapat membersihkan pori-pori karang utamanya dari tutupan sedimen. Kecerahan perairan mencapai 100 dan kedalaman lokasi penelitian berkisar 3 m. Kecerahan dan kedalaman dapat mempengaruhi pertumbuhan karang. Cahaya yang mempengaruhi tingkat kecerahan perairan merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena cahaya sangat dibutuhkan bagi zooxanthellae untuk melakukan proses fotosintesis dimana hasil fotosintesis tersebut dimanfaatkan oleh organisme lainnya. Salinitas perairan di DPL Pulau Badi saat penelitian adalah 32‰. Ini berarti besaran salinitas tersebut masih dalam batas normal. Menurut Nybakken 1992, kisaran salinitas yang baik untuk kehidupan ekosistem terumbu karang adalah 32.00 – 35.00‰ . Suhu perairan di DPL Pulau Badi adalah 30 C. Kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan karang adalah 23 – 25 C. Suhu ekstrim yang masih dapat ditoleransi berkisar antara 36 – 40 C Nybakken 1992. Sedangkan menurut Anwar et al 1984, kisaran suhu yang baik untuk ikan adalah 25 - 32 C. Pola suhu perairan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya, pertukaran panas antara air dengan udara di sekelilingnya dan ketinggian geografis Barus 2004.

4.3.2 Tutupan Karang Hidup

Pengamatan kondisi terumbu karang DPL hanya dilakukan di Pulau Badi. Titik lokasi pengamatan merupakan titik lokasi pengamatan yang dilakukan oleh LIPI pada tahun 2008 dan COREMAP II Kabupaten Pangkep tahun 2009 pada kedalaman 3 m. Hasil pengamatan tahun 2008 – 2010 menunjukkan persentase tutupan karang hidup berturut-turut, yaitu 42, 53 dan 54 Prayudha dan Petrus 2008, COREMAP II 2009. Hal ini berarti terjadi peningkatan persentase tutupan karang hidup sebesar 12 selama 2 tahun DPL terbentuk. Berdasarkan Gomez dan Yap 1988, persentase karang hidup saat ini termasuk dalam kategori baik. Kenaikan ini diindikasikan karena tidak adanya aktivitas penangkapan di DPL. Sesuai dengan kesepakatan, lokasi DPL merupakan zona larang ambil dimana tidak diperbolehkan melakukan eksploitasi terhadap sumberdaya di lokasi tersebut. Persentase kenaikan tutupan karang hidup DPL Pulau Badi disajikan pada Gambar 11. Beberapa contoh gambar kondisi terumbu karang disajikan pada Lampiran 3. Sumber: Prayudha dan Petrus 2008, COREMAP II 2009 dan data penelitian 2010 Gambar 11. Persentase tutupan karang hidup DPL Pulau Badi 2008 – 2010 Kenaikan persentase tutupan karang hidup tahun 2008 – 2009 adalah 11 dan 2009 – 2010 adalah 1. Hal ini menunjukkan perbedaan kenaikan yang berbeda dari tahun ke tahun. Kenaikan yang kecil pada tahun 2009 – 2010 diindikasikan adanya pemutihan karang yang ditemui pada saat pengamatan kondisi terumbu karang 2010. Pemutihan karang ini belumtidak dapat diantisipasi dengan adanya DPL, tetapi lebih kepada tindakan-tindakan untuk mengurangi dampak global warming.

4.3.3 Indeks Mortalitas Karang

Indeks mortalitas atau indeks kematian karang memperlihatkan besarnya perubahan karang hidup menjadi karang mati. Berdasarkan perhitungan indeks mortalitas karang di DPL Pulau Badi tahun 2008 – 2010 diperoleh masing-masing sebesar 0.5, 0.21 dan 0.21. Hal ini menunjukkan adanya penurunan indeks mortalitas karang dari tahun 2008 sampai 2010. Penurunan mortalitas karang ini diindikasikan karena tidak adanya aktifitas penangkapan di DPL. Indeks mortalitas karang yang diperoleh saat penelitian mendekati 0, yaitu 0.21. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan berarti bagi karang hidup. Besaran indeks mortalitas karang yang sama pada tahun 2009 dan 2010 dapat disebabkan karena kenaikan persentase tutupan karang hidup yang kecil, yaitu 1.

4.3.4 Ikan Karang