Persepsi Masyarakat terhadap Sumberdaya dan DPL

hasil tangkapan dan 2.86 responden mengalami penurunan hasil tangkapan. Hal ini dapat diindikasikan karena beberapa hal, antara lain: 1. Adanya kenaikan bahan bakar sehingga biaya yang dikeluarkan untuk menangkap ikan semakin besar sedangkan jumlah tangkapan ikan tidak ada perubahan. Meskipun harga ikan terdapat kenaikan dari tahun ke tahun dan perolehan hasil penjualan ikan meningkat, akan tetapi digunakan untuk menutupi biaya bahan bakar yang mengalami kenaikan. 2. DPL yang masih berumur 2 tahun, diindikasikan belum mampu menyediakan suplai ikan di luar wilayah DPL yang banyak. Masih diperlukan lebih lanjut penelitiankajian tentang kemampuan DPL menyuplai stok ikan di luar wilayah DPL.

4.5 Dampak DPL terhadap Sosial Masyarakat

4.5.1 Persepsi Masyarakat terhadap Sumberdaya dan DPL

Penilaian persepsi masyarakat didasarkan pada skor. Persentase skor persepsi masyarakat yang diperoleh adalah 65.39 dari total skor ideal Lampiran 5. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat persepsi masyarakat terhadap sumberdaya dan DPL adalah cukup bagus. Secara keseluruhan, persepsi masyarakat terhadap sumberdaya dan DPL adalah cukup baik. Hal ini disebabkan masyarakat mengetahui potensi sumberdaya yang dimiliki desa tersebut dan untuk pengelolaannya agar tetap terjaga diperlukan adanya DPL. Persepsi inilah yang dapat mendukung pengelolaan sumberdaya dan DPL kedepan oleh masyarakat. Adapun hasil persepsi masyarakat terhadap sumberdaya dan DPL adalah sebagai berikut: 1. Persepsi masyarakat terhadap potensi terumbu karang adalah baik. 2. Persepsi masyarakat terhadap kelimpahan ikan adalah cukup berlimpah. 3. Masyarakat sedikit tahu tentang pengertian DPL. Hal ini disebabkan karena masyarakat merasa kurang adanya sosialisasi dan hanya mengenal adanya tanda DPL tanpa mengerti maksud DPL itu sendiri. Tindakan masyarakat pun tidak menolak dengan adanya DPL. Hal ini disebabkan sebelum dibentuk adanya DPL, masyarakat tidak menangkap ikan di lokasi yang sekarang menjadi DPL. 4. Masyarakat memberikan dukungan pembentukan DPL. Meskipun persepsi terhadap pengertian DPL rendah, masyarakat pada dasarnya mendukung adanya suatu kawasan yang dikelola demi keberlanjutan sumberdaya, dalam hal ini DPL. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat menangkap ikan di luar pulau sehingga dengan adanya pembatasan wilayah masyarakat nelayan tidak merasa dirugikan. 5. Persepsi masyarakat terhadap manfaat yang akan ditimbulkan adanya DPL adalah cukup bermanfaat. Pembentukan DPL yang pertama kali diinisiasi oleh pemerintah ini mempunyai maksud dan tujuan tertentu sehingga masyarakat meyakini suatu saat akan bermanfaat bagi masyarakat. 6. Masyarakat sedikit tahu tentang sanksi atas pelanggaran yang dilakukan di wilayah DPL. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi tentang Perdes penetapan DPL yang didalamnya mencakup sanksi atas pelanggaran yang dilakukan di DPL. 7. Masyarakat memberikan dukungan akan keberlanjutan DPL untuk menjaga ekosistem terumbu karang. 8. Masyarakat cukup mendukung jika suatu saat diberlakukan kegiatan konservasi dimana kemudian hari akan dijadikan kebiasaan masyarakat, seperti buka tutup kawasan DPL. Masyarakat Desa Mattiro Deceng tidak memiliki suatu kebiasaan konservasi sebelum adanya DPL ini. Masyarakat hanya mempunyai suatu tradisi budaya, yaitu Festival Muharram dan Mandi Shafar.

4.5.2 Partisipasi Masyarakat