untuk menentukan faktor-faktor tersebut adalah Bartllet’s Test of Sphericity. Kesesuaian analisis faktor diuji dengan menggunakan metode Kaiser-Mayer-
Olkin KMO. Angka MSA measure of sampling adequacy berkisar 0 – 1.
Jika nilai MSA sama dengan satu maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. Jika MSA di atas 0.5 maka variabel masih
dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. Jika MSA di bawah 0.5 maka variabel tersebut tidak diikutkan dalam analisis faktor.
2. Setelah variabel dipilih dengan MSA, kemudian diekstrasikan dengan metode
PCA sehingga menghasilkan satu atau beberapa faktor. Hal yang perlu diperhatikan adalah nilai eigenvalue pada variabel-variabel yang diikutkan
dalam faktor analisis. Proses pemfaktoran dihentikan pada komponen dengan nilai eigenvalue di bawah 1.
3. Hasil pemfaktoran seringkali dijumpai variabel yang belum jelas akan
dimasukkan ke dalam faktor yang mana, oleh karenanya perlu dilakukan rotasi matriks komponen. Metode rotasi yang digunakan adalah varimax dan
diperoleh hasil pemfaktoran yang berisikan variabel-variabel yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan DPL.
4. Setelah komponen utama terbentuk, proses selanjutnya adalah interpretasi
hasil dari analisis faktor.
3.3.5 Analisis Stakeholder
Analisis stakeholder merupakan analisis untuk mengetahui sejauh mana peran dan kontribusi masing-masing stakeholder dalam suatu program atau
kegiatan Chetwynd dan Chetwynd 2001. Beberapa hal yang dilihat dan dinilai dalam analisis stakeholder terkait pengelolaan DPL di Desa Mattiro Deceng
antara lain: 1.
Peran masing-masing stakeholder, yaitu sebagai pelaksana, pengorganisir, pembuat kebijakan, pemanfaat, pengontrol, pendukung atau penentang.
2. Tingkat kepentingan stakeholder terhadap pengelolaan DPL, yaitu sangat
tinggi skor 5, tinggi skor 4, cukup skor 3, kurang tinggi skor 2 dan rendah skor 1.
3. Tingkat pengaruh stakeholder terhadap pengelolaan DPL, yaitu sangat tinggi
skor 5, tinggi skor 4, cukup skor 3, kurang tinggi skor 2 dan rendah skor 1.
Hasil skor yang diperoleh kemudian diplotkan secara manual pada sumbu X kepentingan dan Y pengaruh sehingga diketahui stakeholder yang mempunyai
kepentingan tinggi pengaruh tinggi, kepentingan tinggi pengaruh rendah, kepentingan rendah pengaruh tinggi dan kepentingan rendah pengaruh rendah.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Desa Mattiro Deceng
4.1.1 Kondisi Administrasi dan Geografis
Desa Mattiro Deceng merupakan salah satu desa di Kecamatan Liukang Tuppabiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan Pangkep, Propinsi Sulawesi
Selatan. Desa ini terdiri dari dua pulau, yaitu Pulau Badi dan Pulau Pajjenekang. Desa terbagi menjadi 3 tiga dusun, yaitu Dusun Utara Pulau Badi, Dusun
Selatan Pulau Badi dan Dusun Pajjenekang. Ibukota desa terletak di Pulau Badi. Desa Mattiro Deceng secara geografis terletak antara 04
°56’12” – 04
°57’07” LS dan 119°20’02” – 119°21’06” BT. Luas Desa Mattiro Deceng adalah 9.45 Ha dengan rincian Pulau Badi 6.50 Ha dan Pulau Pajjenekang 2.95
Ha. Batas-batas fisik Desa Mattiro Deceng adalah sebagai berikut: Sebelah utara
: Desa Mattiro Bone Pulau Sanane Sebelah barat
: Desa Mattiro Langi Pulau Sarappo Lompo Sebelah selatan
: Kelurahan Barrang Lompo Sebelah timur
: Perairan Makassar Jarak Desa Mattiro Deceng dari ibukota kecamatan sekitar 12.6 km, jarak
dari ibukota kabupatan sekitar 37 km dan jarak dari ibukota propinsi sekitar 40 km. Desa ini terletak pada ketinggian 12 m di atas permukaan laut dan topografi
desa berupa pantai dengan curah hujan rata-rata di Desa Mattiro Deceng adalah 176 mmtahun dengan suhu rata-rata 30-33
C. 4.1.2
Kondisi Sosial 4.1.2.1
Jumlah Penduduk
Penduduk Desa Mattiro Deceng tersebar di Pulau Badi dan Pajjenekang. Jumlah Kepala Keluarga KK di desa ini sebanyak 720 KK dengan jumlah
keseluruhan penduduk 3 104 jiwa yang terdiri dari perempuan 1 451 jiwa dan laki-laki 1 653 jiwa. Usia penduduk desa ini didominasi oleh penduduk berusia
7-15 tahun. Jumlah penduduk desa berdasarkan jenis kelamin dan umur disajikan pada Tabel 10 dan 11.