Parameter Kualitas Perairan Dampak DPL terhadap Ekologi Terumbu Karang

pembeli ikan karena sadar akan dampak pengeboman dan pembiusan yang merusak ekosistem terumbu karang di wilayah perairan sendiri. Di desa diberlakukan aturan bagi siapapun yang melakukan kunjungan ke desa, baik untuk wisata maupun penelitian yang melakukan penyelaman, diwajibkan lapor ke kantor desa atau melalui Ketua LPSTK yang telah ditunjuk dan dipercaya untuk mengelola DPL. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kerusakan terumbu karang.

8. Monitoring dan evaluasi DPL

Monitoring dan evaluasi merupakan aspek penting untuk menilai keberhasilan pengelolaan DPL. Tujuan pembentukan DPL di Desa Mattiro Deceng antara lain untuk menjamin dan melindungi kondisi lingkungan dan sumberdaya perairan desa. Studi baseline terumbu karang di DPL merupakan salah satu kajian yang dilakukan untuk melihat kondisi ekologi di DPL. Studi ini meliputi pengamatan terhadap karang, ikan karang dan megabenthos. Studi ini dilakukan sejak tahun 2008 oleh LIPI dan bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep, dalam hal ini CRITC COREMAP II Kabupaten Pangkep. Tahun 2009 dilakukan kajian serupa oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep yang melibatkan pihak ketiga.

4.3 Dampak DPL terhadap Ekologi Terumbu Karang

4.3.1 Parameter Kualitas Perairan

Pertumbuhan dan distribusi organisme laut tergantung pada parameter fisik perairan, seperti suhu, salinitas, kecerahan dan kecepatan arus. Tabel 15 menunjukkan kualitas perairan di lokasi penelitian, yaitu DPL Pulau Badi. Tabel 15. Data kualitas perairan di DPL Pulau Badi No Parameter Hasil Pengukuran Keterangan 1. Kecepatan arus 0.3 mdtk Arah arus ke utara 2. Kecerahan 100 3. Kedalaman 3 m 4. Salinitas 32‰ 5. Suhu 30 C Kecepatan arus di lokasi penelitian berkisar 0.3 mdetik. Arus di perairan Pulau Badi dipengaruhi oleh dinamika arus Selat Makassar. Pasokan utama massa air berasal dari Laut Sulawesi Samudera Pasifik. Umumnya arus bergerak dari utara ke selatan atau sebaliknya, sesuai dengan musim yang berlaku. Kondisi arus saat penelitian termasuk kuat dan menuju ke utara. Pergerakan ikan pun dimungkinkan menuju ke arah utara. Karenanya, banyak nelayan yang mencari ikan di sebelah utara Pulau Badi. Keberadaan arus tersebut mengalirkan massa air yang mengandung nutrient dan sedimen. Arus yang kuat dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang karena dapat membersihkan pori-pori karang utamanya dari tutupan sedimen. Kecerahan perairan mencapai 100 dan kedalaman lokasi penelitian berkisar 3 m. Kecerahan dan kedalaman dapat mempengaruhi pertumbuhan karang. Cahaya yang mempengaruhi tingkat kecerahan perairan merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena cahaya sangat dibutuhkan bagi zooxanthellae untuk melakukan proses fotosintesis dimana hasil fotosintesis tersebut dimanfaatkan oleh organisme lainnya. Salinitas perairan di DPL Pulau Badi saat penelitian adalah 32‰. Ini berarti besaran salinitas tersebut masih dalam batas normal. Menurut Nybakken 1992, kisaran salinitas yang baik untuk kehidupan ekosistem terumbu karang adalah 32.00 – 35.00‰ . Suhu perairan di DPL Pulau Badi adalah 30 C. Kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan karang adalah 23 – 25 C. Suhu ekstrim yang masih dapat ditoleransi berkisar antara 36 – 40 C Nybakken 1992. Sedangkan menurut Anwar et al 1984, kisaran suhu yang baik untuk ikan adalah 25 - 32 C. Pola suhu perairan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya, pertukaran panas antara air dengan udara di sekelilingnya dan ketinggian geografis Barus 2004.

4.3.2 Tutupan Karang Hidup