level mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan keputusan untuk
melaksanakan kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya. Berkes et al. 2001 merangkum dari beberapa sumber tentang beberapa faktor pada tingkat individu
dan rumah tangga yang dapat mempengaruhi keberhasilan project pengelolaan pesisir dan perikanan antara lain i pendidikan, ii pengalaman, iii ukuran dan
luasan operasi, iv penggunaan teknologi, v nilai budaya, vi kepuasan pekerjaan, vii pengetahuan ekologi dan viii jenis mata pencaharian.
Impact variables dibedakan menjadi dua, yaitu pencapaian intermediate
objectives dan ultimate objectives. Intermediate objectives meliputi pertimbangan
terhadap objek material seperti perubahan ukuran jala dan organization building dan nonmaterial pelatihan, penguatan kelembagaan. Sedangkan untuk dampak
yang kedua mempertimbangkan adanya perbaikan kondisi ekosistem sekitar. Beberapa contoh dari ultimate objectives ini antara lain peningkatan pendapatan
penduduk, perubahan akses terhadap sumberdaya dan keberadaan sumberdaya. Keberlanjutan project dan biaya serta keuntungan yang didapat adanya project ini
dapat dijadikan pertimbangan juga untuk penentuan kesuksesan suatu project.
2.3.3 Manfaat DPL
Bohnsack 1990 memberikan gambaran beberapa potensi keuntungan DPL yang meliputi i perlindungan terhadap biomassa stok ikan bertelur, ii
menyediakan sumber perekrutan di sekitarnya, iii tambahan restocking daerah luar melalui emigrasi, iv pemeliharaan struktur umur, v pemeliharaan terhadap
habitat yang terganggurusak, vi perlindungan keanekaragaman genetik intraspesifik, vii memberikan jaminan terhadap kekurangan dalam pengelolaan
perikanan viii mengurangi kebutuhan pengumpulan data, ix penegakan hukum yang disederhanakan, dan x kemudahan pemahaman dan penerimaan publik
terhadap pengelolaan, di antara sejumlah keuntungan insidental lainnya. Terkait dengan pengelolaan DPL, terdapat pembelajaran dari pengelolaan
DPL di Philiphina. Beberapa faktor keberhasilan pengelolaan DPL antara lain implementasi dari model yang tepat, keputusan kegiatan yang baik, partisipasi
masyarakat dan dukungan yang cukup, pengembangan kemampuan masyarakat yang memadai, pemilihan lokasi yang benar, petunjuk yang jelas dan sah, adanya
dukungan dari pemimpin setempat, hubungan yang berlanjut antara masyarakat, dukungan sistem-sistem dan lembaga di tingkat lokal dan regional
Crawford et al. 2000. Ketika suatu area ditetapkan sebagai no take zone, akan melindungi
terumbu karang dari destructive extraction dan berfungsi baik sebagai spawning ground, breeding
dan nursery ground untuk ikan dan secara berkelanjutan dapat meningkatkan ketersediaan juvenil dalam populasi. Pembelajaran dari Balicasag’s
sanctuary di Philiphina 8 ha, tutupan karang meningkat 119 dalam 5 tahun
setelah ditetapkan sebagai no take zone Christie et al. 2002. Adanya DPL juga dapat meningkatkan biomassa ikan di luar DPL dan
hasil tangkapan penduduk. Russ et al. 2004 menemukan adanya peningkatan biomassa ikan Acanthuridae surgeonfish dan Carangidae jacks pada jarak
200-250 m dari batasan DPL Pulau Apo, Philiphina. Peningkatan tersebut terlihat sejak 8 tahun DPL dibentuk. Berdasarkan wawancara dengan penduduk, hasil
tangkapan meningkat setelah adanya DPL 1985 – 2001 dibandingkan sebelumnya 1981.
Observasi Wantiez 1997 menunjukkan adanya peningkatan jumlah spesies, kepadatan dan biomassa ikan di 5 pulau di New Caledonia masing-
masing sebesar 67, 160 dan 246 setelah 5 tahun DPL dibentuk. Terdapat sembilan famili dari ikan major yang mengalami peningkatan densitas dan
biomassa antara lain Plectropomus leopardus Serranidae, Lutjanus fulviflamma Lutjanidae, Lethrinus atkinsoni Lethrinidae, Parupeneus ciliates Mullidae,
Choerodon graphicus dan Hemigymnus melapterus Labridae, Scarus schlegeli
dan Scarus sordidus Scaridae, Naso unicornis Acanthuridae dan Siganus doliatus
Siganidae. Kepadatan ikan di Taman Nasional Tsitsikamma di Afrika Selatan
didirikan pada tahun 1964 diperkirakan 42 kali lebih tinggi dibandingkan dengan daerah penangkapan Buxton dan Smale 1989. Sebuah penelitian di
kawasan tersebut diperoleh data bahwa CPUE untuk empat spesies shorefish adalah 5-21 kali lebih besar daripada di daerah yang telah dieksploitasi
Cowley et al. 2002. Di Cagar Alam Scandola - Corsica, kepadatan ikan dari 11 spesies lima kali lebih tinggi ditemui pada lokasi yang dilindungi setelah 13 tahun
cagar alam tersebut didirikan Francour 1991. CPUE untuk lobster di DPL Pulau Columbretes Spanyol adalah 6-58 kali lebih besar daripada di area penangkapan
Goni et al. 2001. Pada dasarnya, DPL akan menarik ikan dari daerah yang berdekatan
sebagai tempat mencari makan dan berkembang biak, ikan-ikan kecil juvenil yang terbawa oleh arus selanjutnya menetap di kawasan DPL. Juvenil tersebut
mulai membesar sehingga jumlah ikan yang menetap di DPL menjadi semakin padat. Hal ini mengakibatkan ikan-ikan yang berkembang di wilayah DPL mulai
berenang dan menetap di luar wilayah DPL yang akhirnya akan ditangkap nelayan. Konsep ekologis penerapan DPL dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. DPL sebagai terumbu karang sumber dan penampung Tulungen et al. 2002
2.3.4 DPL Desa Mattiro Deceng