Ikan Karang Dampak DPL terhadap Ekologi Terumbu Karang

4.3.3 Indeks Mortalitas Karang

Indeks mortalitas atau indeks kematian karang memperlihatkan besarnya perubahan karang hidup menjadi karang mati. Berdasarkan perhitungan indeks mortalitas karang di DPL Pulau Badi tahun 2008 – 2010 diperoleh masing-masing sebesar 0.5, 0.21 dan 0.21. Hal ini menunjukkan adanya penurunan indeks mortalitas karang dari tahun 2008 sampai 2010. Penurunan mortalitas karang ini diindikasikan karena tidak adanya aktifitas penangkapan di DPL. Indeks mortalitas karang yang diperoleh saat penelitian mendekati 0, yaitu 0.21. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan berarti bagi karang hidup. Besaran indeks mortalitas karang yang sama pada tahun 2009 dan 2010 dapat disebabkan karena kenaikan persentase tutupan karang hidup yang kecil, yaitu 1.

4.3.4 Ikan Karang

Ikan karang dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan tujuan pengelolaannya, yaitu: ikan target, ikan indikator dan ikan mayor. Ikan yang ditemukan saat pengamatan terdiri dari 45 spesies dari 18 famili. Kelimpahan ikan adalah 456 ind250 m 2 dengan komposisi kelimpahan ikan target, indikator dan major masing-masing 114 ind250 m 2 , 3 ind250 m 2 dan 339 ind250 m 2 Gambar 12. Gambar 12. Persentase jumlah individu ikan250 m 2 di DPL Pulau Badi 2010 Jika dibandingkan dengan tahun 2009 319 ind250 m 2 , maka kelimpahan ikan yang diperoleh saat pengamatan mengalami peningkatan Gambar 13. Data yang diperoleh ini tidak dapat dibandingkan dengan data 2008 karena berdasarkan laporan yang diperoleh tidak menunjukkan kelimpahan ikan di lokasi DPL Pulau Badi, akan tetapi kelimpahan ikan keseluruhan DPL di Kecamatan Liukang Tuppabiring. Famili dan spesies ikan yang ditemukan di DPL Pulau Badi disajikan pada Lampiran 4. Sumber: COREMAP II 2009 dan data penelitian 2010 Gambar 13. Kelimpahan ikan250 m 2 di DPL Pulau Badi 2009-2010 Persentase jumlah ikan indikator yang dijumpai adalah 1. Pada umumnya, ikan ini jumlahnya lebih kecil daripada ikan major. Ikan indikator dijadikan indikator kesuburan ekosistem terumbu karang yang diwakili oleh famili Chaetodontidae. Ikan indikator yang dijumpai di DPL saat pengamatan adalah Chaetodon octofasciatus. Pada tahun 2008, dijumpai lebih dari satu spesies ikan indikator, yaitu Chaetodon octofasciatus, Chaetodon baronessa, Chaetodon kleini , Chaetodon trifascialis dan Chelman rostratus Prayudha dan Petrus 2008. Pada tahun 2009 ditemukan lebih banyak jumlah ikan indikator dengan kelimpahan 7 ind250 m 2 . Hal ini menunjukkan adanya penurunan jenis dan jumlah ikan indikator. Hal ini dapat disebabkan antara lain i pada saat pengamatan ikan-ikan tersebut tidak berada pada transek pengamatan dan ii kondisi karang yang menyebabkan ikan-ikan tersebut tidak nyaman untuk tumbuh dan berkembang lagi. Meskipun adanya peningkatan persentase tutupan karang hidup, adanya pemutihan karang yang ditemukan di sekitar lokasi pengamatan meskipun tidak terlalu banyak dapat mengancam kondisi karang ke depan dan pada akhirnya mengancam kehidupan biota lainnya. Berdasarkan pengamatan tahun 2010, kelimpahan tertinggi ditemukan pada famili Pomacentridae dengan kelimpahan 249 ind250 m 2 . Begitu pula pada tahun sebelumnya. Hanya saja, kelimpahan famili ini lebih kecil daripada tahun 2009, yaitu 300 ind250 m 2 . Famili Pomacentridae merupakan ikan karang yang mempunyai jenis ikan terbanyak dan menjadi kelompok dominan di perairan terumbu karang. Famili ini umumnya menempati urutan pertama dalam jumlah maupun jenis ikan dalam perairan terumbu karang. Ikan ini memiliki daerah territorial tertentu, relatif stabil dan dijumpai dimulai dari daerah pasang surut sampai dengan kedalaman 40 m Montgomery et al. 1980. Kelimpahan ikan tertinggi saat pengamatan 2010 adalah ikan Chromis ternatensis, yaitu sebesar 80 ind250 m 2 . Tujuh dari sebelas famili utama menurut Djamali dan Mubarak 1998 dan Hutomo 1986 sebagai penyumbang produksi perikanan ditemukan di DPL Pulau Badi ini, yaitu: Caesionidae, Serranidae, Scaridae, Siganidae, Labridae, Haemulidae dan Acanthuridae. Jumlah individu famili ikan disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Jumlah individu famili ikan250 m 2 di DPL Pulau Badi 2010 No Famili Jumlah Individu250 m 2 1. Pomacentridae 249 2. Caesionidae 87 3. Apogonidae 37 4. Labridae 37 5. Haemulidae 10 6. Serranidae 8 7. Pomachantidae 5 8. Tetraodontidae 5 9. Balistidae 3 10. Chaetodontidae 3 11. Plotosidae 3 12. Bleniidae 2 13. Siganidae 2 14. Acanthuridae 1 15. Ephippidae 1 16. Scaridae 1 17. Scolopsidae 1 18. Zanclidae 1 Jumlah 456 Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi dihitung sebagai data dukung dan pelengkap. Data ini tidak dapat dibandingkan dengan data tahun sebelumnya karena keterbatasan informasi data yang diperoleh. Perhitungan indeks-indeks tersebut disajikan pada Lampiran 5. Keanekaragaman merupakan suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologisnya. Indeks Keanekaragaman H’ populasi organisme digunakan agar mudah untuk menganalisis informasi jumlah individu masing-masing spesies ikan dalam suatu komunitas Odum 1993. Indeks Keanekaragaman ikan di DPL Pulau Badi adalah 3.05. Berdasarkan Indeks Shannon-Wiener, keanekaragaman ikan termasuk dalam kategori tinggi. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang relatif merata. Keseragaman ikan menunjukkan pola sebaran ikan, yaitu merata atau tidak. Indeks Keseragaman ikan E menunjukkan 0.8. Hal ini berarti bahwa keseragaman antarspesies relatif seragam atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama. Indeks Dominansi C digunakan untuk mengetahui tingkat dominansi oleh spesies tertentu dalam ekosistem. Tingkat dominansi yang tinggi dapat mengganggu struktur komunitas karena adanya tekanan ekologi. Indeks dominansi ikan di DPL Pulau Badi menunjukkan 0.08. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya sehingga komunitas dalam keadaan stabil. Tinggi rendahnya kelimpahan, keanekaragaman dan keseragaman ikan dapat dipengaruhi oleh pengambilan data ikan pada saat pengamatan di lapangan. Penambahan dan pengurangan jumlah spesies ikan dapat disebabkan oleh: 1. Spesies tertentu tidak berada di daerah transek pengamatan, sehingga tidak tercatat 2. Karang dijadikan ikan sebagai tempat perlindungan. Peningkatan jumlah perlindungan mengakibatkan peningkatan kelimpahan ikan yang secara spesifik menjadikan karang sebagai tempat persembunyian Jones 1991. 3. Adanya migrasi ikan keluar atau masuk di daerah pengamatan. - Ikan menjadikan karang sebagai tempat mencari makan karena terdapat hubungan antara ikan dan biota yang hidup pada karang termasuk alga Choat dan Bellwood 1991. - Ikan menjadikan karang sebagai tempat berlindung dan daerah luar karang sebagai tempat mencari makan Barnes 1980. - Spesies diurnal bersembunyi di karang sedangkan spesies nocturnal mencari makan, sebaliknya pada siang hari spesies diurnal mencari makan dan spesies nocturnal bersembunyi. - Ikan hanya berada di terumbu karang pada sebagian siklus hidupnya, misalnya saat juvenil, dan pada saat dewasa beruaya ke luar terumbu. Beberapa jenis ikan karang keluar dari ekosistemnya ke biotope lain, seperti ke daerah lamun Sorokin 1993.

4.4 Dampak DPL terhadap Ekonomi Masyarakat