Kondisi Administrasi dan Geografis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Desa Mattiro Deceng

4.1.1 Kondisi Administrasi dan Geografis

Desa Mattiro Deceng merupakan salah satu desa di Kecamatan Liukang Tuppabiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan Pangkep, Propinsi Sulawesi Selatan. Desa ini terdiri dari dua pulau, yaitu Pulau Badi dan Pulau Pajjenekang. Desa terbagi menjadi 3 tiga dusun, yaitu Dusun Utara Pulau Badi, Dusun Selatan Pulau Badi dan Dusun Pajjenekang. Ibukota desa terletak di Pulau Badi. Desa Mattiro Deceng secara geografis terletak antara 04 °56’12” – 04 °57’07” LS dan 119°20’02” – 119°21’06” BT. Luas Desa Mattiro Deceng adalah 9.45 Ha dengan rincian Pulau Badi 6.50 Ha dan Pulau Pajjenekang 2.95 Ha. Batas-batas fisik Desa Mattiro Deceng adalah sebagai berikut: Sebelah utara : Desa Mattiro Bone Pulau Sanane Sebelah barat : Desa Mattiro Langi Pulau Sarappo Lompo Sebelah selatan : Kelurahan Barrang Lompo Sebelah timur : Perairan Makassar Jarak Desa Mattiro Deceng dari ibukota kecamatan sekitar 12.6 km, jarak dari ibukota kabupatan sekitar 37 km dan jarak dari ibukota propinsi sekitar 40 km. Desa ini terletak pada ketinggian 12 m di atas permukaan laut dan topografi desa berupa pantai dengan curah hujan rata-rata di Desa Mattiro Deceng adalah 176 mmtahun dengan suhu rata-rata 30-33 C. 4.1.2 Kondisi Sosial 4.1.2.1 Jumlah Penduduk Penduduk Desa Mattiro Deceng tersebar di Pulau Badi dan Pajjenekang. Jumlah Kepala Keluarga KK di desa ini sebanyak 720 KK dengan jumlah keseluruhan penduduk 3 104 jiwa yang terdiri dari perempuan 1 451 jiwa dan laki-laki 1 653 jiwa. Usia penduduk desa ini didominasi oleh penduduk berusia 7-15 tahun. Jumlah penduduk desa berdasarkan jenis kelamin dan umur disajikan pada Tabel 10 dan 11. Tabel 10. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Lokasi KK Laki-laki Jiwa Perempuan Jiwa Jumlah Jiwa Badi 460 904 967 1 871 Pajjenekang 260 547 686 1 233 Jumlah 720 1 451 1 653 3 104 Sumber: Kantor Desa 2010 Tabel 11. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur Kelompok Umur Tahun Laki-laki Jiwa Perempuan Jiwa 0-6 240 249 7-15 892 408 16-25 286 388 26-50 417 457 ›51 150 150 Jumlah 1 451 1 653 Sumber: Kantor Desa 2010

4.1.2.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Mattiro Deceng relatif rendah karena sebagian besar penduduk tidak sekolah. Berdasarkan data pada tahun 2006, jumlah penduduk yang tidak sekolah mencapai 44.51. Kondisi ini terjadi disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu pertama lemahnya dorongan orang tua untuk menyekolahkan anaknya sampai pada jenjang yang lebih tinggi dengan alasan setamat bersekolah masih sulit untuk bekerja hanya dengan mengandalkan ijazah. Kedua, minimnya fasilitas pendidikan menyebabkan para guru tidak optimal dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan juga intensitas keberadaan guru di pulau relatif rendah. Pulau Badi memiliki satu Sekolah Dasar dan belajar Paket B, sedangkan Pulau Pajjenekang memiliki satu SD dan SMP. Paket B di Pulau Badi dimulai sejak tahun 2008 dan SMP di Pulau Pajjenekang dimulai sejak tahun 2007. Saat ini pun, penduduk yang mengikuti program belajar Paket B dan SMP pun masih relatif sedikit.

4.1.2.3 BudayaTradisi

Secara kuantitatif penduduk Desa Mattiro Deceng didominasi oleh etnik Bugis dan Makassar. Dalam interaksi sosialnya khususnya etnik Bugis dan Makassar berjalan harmonis dan dinamis yang ditandai dengan penggunaan bahasa Bugis dan Makassar sebagai bahasa berkomunikasi sehari-hari oleh penduduk setempat. Agama mayoritas penduduk adalah Islam. Di Desa Mattiro Deceng khususnya Pulau Pajjenekang mempunyai tradisi Festival Muharram. Kegiatan ini diikuti oleh masyarakat yang ingin melihat peristiwa budaya yang diadakan setiap bulan Muharram jumat ketiga. Pada kegiatan ini, Pulau Pajjenekang ramai dikunjungi oleh masyarakat baik yang berasal dari Kepulauan Pangkajene maupun dari daratan Sulawesi Selatan yang ingin melihat bagaimana masyarakat memperingati bulan Muharram dengan membawa persembahan kue-kue seperti dodol pada makam penyebar agama Islam di Pulau Pajjenekang dan sekitarnya. Disamping Festival Muharram, terdapat pula kegiatan Mandi Shafar yang dilakukan pada bulan Shafar setiap tahunnya. Kegiatan ini diikuti oleh kaum perempuan dengan turun kelaut untuk berendam dan mandi-mandi. Bagi para gadis meyakini akan cepat mendapat jodoh sementara perempuan yang sudah menikah meyakini akan mudah mendapat rezeki.

4.1.2.4 Kelembagaan Desa

Pengorganisasian masyarakat dan proses-proses pembangunan lainnya di tingkat desa difasilitasi oleh sebuah lembaga pemerintah desa yang terdiri dari Kepala Desa yang dibantu beberapa aparat desa. Di samping itu, terdapat pula Badan Perwakilan Desa BPD yang berfungsi sebagai perencana dan pengelola pembangunan di tingkat desa. Lembaga ini diharapkan menjadi mitra Kepala Desa dalam mewujudkan dan mensejahterakan masyarakat. Sedangkan organisasi PKK dan karang taruna tidak begitu aktif di desa ini. Lembaga lainnya antara lain Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang LPSTK, Kelompok Masyarakat Pokmas dan Lembaga Keuangan Mikro LKM. Pembentukan ketiga lembaga tersebut diinisiasi oleh Program Pengelolaan dan Rehabilitasi Terumbu Karang Tahap II Coral Reef Rehabilitation and Management Program Phase II COREMAP II. Program ini merupakan program pemerintah di bawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. LPSTK secara umum mempunyai fungsi dan peran dalam mengkoordinasikan kegiatan kelompok-kelompok masyarakat Pokmas di desa dengan pengelola program COREMAP II tingkat kabupaten Project Management Unit PMU di bawah koordinasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep. Pembentukan LPSTK pertama kali dikukuhkan dengan SK Kepala Desa No. 03DMDIII2006 tanggal 30 Maret 2006 tentang Komposisi dan Personalia Pengurus LPSTK Desa Mattiro Deceng Kecamatan Liukang Tuppabiring Kabupaten Pangkep. LPSTK dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh SETO, Fasilitator Desa dan Motivator Desa dari unsur masyarakat. SETO dan fasilitator ditunjuk oleh PMU melalui proses seleksi, sedangkan motivator desa ditunjuk oleh masyarakat desa yang bersangkutan. Gambar 8 memperlihatkan tata kerja kelembagaan di desa. Sumber: COREMAP II 2006 Keterangan = = Koordinasi dan konsultasi = Masukaninput dan pendampingan Gambar 8. Tata hubungan kelembagaan desa Kelompok Masyarakat Pokmas adalah suatu organisasi atau kelompok masyarakat desa yang telah ada atau yang sengaja dibentuk di Desa. Pokmas PMU Desa BPD SETO Fasilitator Masyarakat LPSTK Pokmas Bid. Pendidikan dan Informasi Pokmas Bid. PengawasanMCS Pokmas Bid. Usaha dan Produksi Pokmas Bid. Pemberdayaan Perempuan Motivator Desa berfungsi sebagai wadah aspirasi, pikiran dan tujuan bersama untuk memudahkan diseminasi informasi atau melibatkan sejumlah masyarakat di Desa. Pokmas di Desa Mattiro Deceng meliputi Pokmas Bidang Pendidikan dan Informasi, Pokmas Bidang PengawasanMCS Monitoring, Control and Surveillance, Pokmas Bidang Usaha dan Produksi dan Pokmas Pemberdayaan Perempuan. LKM merupakan lembaga keuangan yang dibentuk oleh COREMAP II sebagai wahana bagi masyarakat untuk memecahkan masalah permodalan dan kebutuhan dana yang dihadapi para anggota dan masyarakat.

4.1.2.5 Hubungan Ponggawa Sawi

Ponggawa diklasifikasikan menjadi empat berdasarkan pada jenis usaha yang dimiliki, yaitu ponggawa pakedo-kedo, ponggawa bubu, ponggawa padoang-doang dan ponggawa gae. Pola hubungan antara ponggawa dengan nelayan selalu dalam konteks ada pihak yang memberi pinjaman modal ponggawa dan ada pihak yang menerima bantuan modal sawi. Pihak yang menerima bantuan modal mempunyai kewajiban untuk menjual hasil tangkapannya hanya kepada ponggawa. Pelanggaran atas hal tersebut menimbulkan kemarahan ponggawa dan paboya akan mengalami kesulitan untuk memperoleh pinjaman modal berikutnya dari ponggawa. Bantuan modal yang diberikan kepada nelayan pada umumnya untuk membeli mesin perahu. Ponggawa menetapkan jangka waktu pengembalian, sistem pembayaran dan bunga atas pinjaman tersebut. Pembayaran dilakukan dengan cara meminta pihak Ponggawa untuk memotong sebagian dari nilai jual hasil tangkapannya. Jika pinjaman nelayan bukan dalam bentuk barang modal, melainkan dalam bentuk kebutuhan untuk melaut, seperti bahan bakar, pembayaran atas pinjaman tersebut dilakukan oleh nelayan pada saat dilakukan penjualan hasil tangkapan berikutnya kepada ponggawa. Sumber informasi tentang pasar dan harga terbatas bagi nelayan. Satu- satunya sumber informasi tentang harga diperoleh dari ponggawa di pulau. Oleh karena itu, tingkat harga yang berlaku ditingkat nelayan ditentukan oleh informasi harga yang disampaikan ponggawa dan hampir tidak ada proses tawar-menawar harga antara ponggawa dan nelayan. Hal ini merugikan nelayan dan nelayan berkecenderungan untuk menjual hasil tangkapannya ke pedagang pengumpul di tengah laut.

4.1.3 Kondisi Ekonomi