Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008

Peraturan Teknis Pelaksanaan Paradiplomasi di Indonesia 207 Daerah dalam melaksanakan kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. merupakan pelengkap dalam penyelenggaraan peme- rintahan daerah; b. mempunyai hubungan diplomatik; c. merupakan urusan pemerintah daerah; d. Tidak membuka kantor perwakilan di luar negeri; e. tidak mengarah pada campur tangan urusan dalam negeri; f. sesuai dengan kebijakan dan rencana pembangunan;dan g. ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dialihkan. Persyaratan tambahan untuk kerja sama ‘sister provincesister city’ , dinyatakan dalam pasal 5, bahwa untuk Kerjasama Provinsi dan Kabupaten Kota “kembar” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, selain persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 juga harus memperhatikan: a. kesetaraan status administrasi; b. kesamaan karakteristik; c. kesamaan permasalahan; d. upaya saling melengkapi; dan e. peningkatan hubungan antar masyarakat. Pada Pasal 6 dinyatakan bahwa, untuk kerja sama teknik termasuk bantuan kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, selain persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, juga harus memperhatikan: a. peningkatan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; b. kemampuan keuangan daerah; c. prioritas produksl dalam negeri; dan e. kemandirian daerah. 208 PARADIPLOMACY Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda di Indonesia Dalam hal prakarsa kerja sama, Pasal 8 menyatakan bahwa, Prakarsa kerja sama Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri dapat berasal dari: a. Pemerintah Daerah; b. Pihak Luar Negeri kepada Pemerintah Daerah; dan c. Pihak Luar Negeri melalui Menteri Dalam Negeri kepada Pemerintah Daerah. Selanjutnya, Pasal 9 menyatakan bahwa; 1 Prakarsa kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dan huruf b dilaporkan dan dikonsultasikan oleh Pemerintah Daerah kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan pertimbangan. 2 Pertimbangan Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan kepada Gubernur untuk dijadikan dasar dalam menyusun rencana kerjasama. Pasal 10, menyatakan bahwa, 1 Menteri Dalam Negeri menyampaikan prakarsa kerja sama dari pihak luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c kepada Gubernur beserta pertim- bangan. 2 Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dijadikan dasar dalam menyusun Rencana Kerja Sama oleh Pemerintah Daerah. Pasal 11, mengatur bahwa, 1 Rencana Kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 2 dan Pasal 10 ayat 2 disampaikan oleh Pemerintah Daerah kepada Menteri Dalam Negeri. 2 Rencana Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memuat: a. subyek kerja sama; Peraturan Teknis Pelaksanaan Paradiplomasi di Indonesia 209 b. latar belakang; c. maksud tujuan dan sasaran; d. obyekruang lingkup kerja sama; e. hasil kerja sama; f. sumber pembiayaan; dan g. jangka waktu pelaksanaan. Keterlibatan DPRD dalam pembahasan Rencana Kerja sama, dan bukan membahas bunyi kalimat ‘MOU’-nya, dinyatakan dalam pasal-pasal berikut ini; Pasal 12, berbunyi; 1 Rencana Kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 disampaikan oleh Kepala Daerah kepada DPRD untuk mendapat persetujuan; 2 Persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan paling lama 30 tiga puluh hari kerja sejak diterimanya Rencana Kerja sama. 3 Persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 2 ditetapkan dengan Keputusan DPRD. 4 Apabila dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari kerja Rencana Kerja sama tidak mendapat tanggapan dari DPRD, Rencana Kerja sama dianggap disetujui 5. Kepala Daerah menyusun Rancangan Memorandum Saling Pengertian setelah Rencana Kerja sama mendapatkan persetujuan DPRD. 6. Kepala Daerah menyusun Rancangan Memorandum Saling Pengertian paling lama 30 tiga puluh hari kerja setelah Rencana Kerja sama mendapatkan persetujuan DPRD. Pasal 13, menyatakan; 1. Gubernur menyampaikan Rencana Kerja Sama Provinsi, Persetujuan DPRD, dan Rancangan Memorandum 210 PARADIPLOMACY Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda di Indonesia Saling Pengertian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 kepada Menteri Dalam Negeri. 2. BupatiWalikota menyampaikan Rencana Kerja sama, Persetujuan DPRD, dan Rancangan Memorandum Saling Pengertian sebagaimana dimaksud dalam Pasal12 kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur. Pembahasan Rencana Kerja sama dilakukan sebagaimana tersebut dalam Pasal 14, berikut ini; 1 Rencana Kerja sama dan Rancangan Memorandum Saling Pengertian yang disampaikan oleh Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilakukan pembahasan oleh Menteri Daiam Negeri dengan melibatkan Departemen Lembaga Pemerintah Non-Departemen terkait untuk memperoleh pertimbangan. 2 Rencana kerja sama dan Rancangan Memorandum Saling Pengertian hasil pembahasan sebagaimana pada ayat 1, untuk kerja sama ProvinsiKabupaten Kota “kembar” disampaikan Menteri Dalam Negeri kepada Menteri Sekretaris Negara untuk mendapatkan Persetujuan Pemerintah. 3 Berdasarkan Persetujuan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 Menteri Dalam Negeri menyam paikan kepada Menteri Luar Negeri untuk mendapatkan surat kuasa full powers setelah men- dapatkan tanda persetujuan dari Pihak Luar Negeri. 4 Surat kuasa full powers sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dijadikan dasar untuk menandatangani Memorandum Saling Pengertian oleh Pemerintah Daerah dan Pihak Luar Negeri. Peraturan Teknis Pelaksanaan Paradiplomasi di Indonesia 211 5 Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk kerja sama teknik termasuk bantuan ke- manusiaan, penyertaan modal dan kerja sama lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di- jadikan dasar untuk menandatangani naskah Memo- randum Saling Pengertian. Terkait dengan pembeayaan, Pasal 15 menyatakan bahwa, Pembiayaan pelaksanaan kerja sama Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri dapat Bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; danatau b. Sumber-sumber lain yang sah telah disepakati dalam Memorandum Saling Pengertian. Untuk menjamin terlaksananya pelaksanaan kerja sama luar negeri secara baik, maka Mementerian Dalam Negeri meng gariskan dalam Pasal 16 sebagai berikut; 1 Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan, kerja sama Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri. 2 Menteri Dalam Negeri dapat melimpahkan pembinaan terhadap pelaksanaan kerja sama Pemerintah KabupatenKota kepada Gubernur selaku wakil Pe- merintah. 3. Menteri Dalam Negeri dapat melimpahkan pengawasan pelaksanaan kerjasama Pemerintah KabupatenKota kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah. Selanjutnya, Pasal 17 menyatakan bahwa; 1 Pembinaan Menteri Dalam Negeri sebagaimana di- maksud dalam Pasal 16 ayat 1 meliputi: a. koordinasi pelaksanaan kerja sama antar susunan pemerintahan; 212 PARADIPLOMACY Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda di Indonesia b. pemberian pedoman dan standar pelaksanaan kerja sama; c. perencanaan, penelitian, dan pengembangan; d. bimbingan, supervisi, dan konsultasi; dan e. pendidikan dan pelatihan. 2 Pembinaan Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 2 meliputi kegiatan: a. perencanaan, penelitian, dan pengembangan; b. bimbingan, supervisi, dan konsultasi; dan c. pendidikan dan pelatihan. Pasal 18, menyebutkan bahwa; 1 Koordinasi pelaksanaan kerjasama antar susunan pe- merintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1 huruf a berkaitan dengan aspek perencanaan dan evaluasi pelaksanaan kerja sama dengan pihak luar negeri. 2 Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 secara nasional dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri me- lalui rapat koordinasi paling sedikit 2 dua kali dalam 1satu tahun. Lebih lanjut Pasal 19 menegaskan bahwa; 1 Menteri Dalam Negeri melakukan pengawasan pelak- sanaan kerja sama Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri. 2 Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. pemantauan; b. evaluasi; dan c. pemeriksaan. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik, maka Pasal 20 Permendagri ini menyatakan bahwa Perselisihan dalam Peraturan Teknis Pelaksanaan Paradiplomasi di Indonesia 213 pelaksanaan kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri diselesaikan sesuai dengan Naskah Memorandum Saling Pengertian. Pelaporan Kerja sama Luar Negeri dilakukan dengan me- kanisme sebagaimana diterangkan pada Pasal 21, bahwa; 1 Gubernur menyampaikan laporan pelaksanaan kerja sama Pemerintah Provinsi dengan Pihak Luar Negeri kepada Menteri Dalam Negeri dan Pimpinan Instansi terkait paling sedikit 2 dua kali dalam 1 satu tahun. 2 BupatiWali kota menyampaikan laporan pelaksanaan kerjasama Pemerintah Kabupaten Kota dengan Pihak Luar Negeri kepada Menteri Dalam Negeri dan Pimpinan Instansi terkait melalui Gubernur paling sedikit 2 dua kali dalam 1 satu tahun. Sedangkan Pasal 22 menyatakan bahwa Gubernur menyam- paikan laporan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kerja sama Pemerintah KabupatenKota dengan Pihak Luar Negeri kepada Menteri Dalam Negeri paling sedikit 2 dua kali dalam 1 satu tahun. 158

E. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 74 Tahun 2012 tentang BSA

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, bahwa Kementerian Dalam Negeri dalam mengeluarkan Permen ini sangat jelas mempertimbangkan masalah perdebatan hukum terkait wilayah hukum publik dan hukum privaat internasional sebagaimana terjadi dalam pembahasan Revisi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000, yang tak kunjung selesai sejak tahun 2011. Permen ini meskipun memposisikan secara jelas bahwa 158 Op.Cit., Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 032008, DEP- DAGRI, 2009, et.all 214 PARADIPLOMACY Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda di Indonesia kerja sama pemerintah daerah dengan Badan Swasta Asing itu sebagai wilayah hukum privaat yang di luar definisi Perjanjian Internasional sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 24 Tahun 2000, namun demi menjaga kepentingan masyarakat, maka setiap persetujuan kerjasama yang diatur dalam Permen ini mengharuskan ‘Persetujuan DPRD’ dalam Rencana dan Rancangan Kerja samanya. Posisi yuridis Permendagri ini juga nampak dengan tidak digunakannnya UU Nomor 24 Tahun 2000 dalam konsideran mengingatnya, meskipun tetap mencantumkan UU Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri. Hal ini bisa dibandingkan dengan Permendagri Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pedoman Kerja sama Departemen Dalam Negeri dengan Lembaga Asing Non-Pemerintah, yang mencantumkan kedua UU tersebut. Syarat-syarat kerja sama dengan BSA dipaparkan pada Pasal 7 dan Pasal berikut ini; Pasal 7 mensyaratkan bahwa pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat melakukan kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dengan persyaratan; a. sesuai dengan RPJMN dan RPJMD; b. tidak menimbulkan ketergantungan; c. adanya alih teknologi danatau pengetahuan; d. memiliki perencanaan dan sumber pembiayaan yang jelas; e. memiliki pembagian kerja yang proporsional dalam pelaksanaannya; f. melibatkan unsur aparatur pemerintah daerah dalam pelaksanaannya; dan g. memberikan manfaat langsung bagi masyarakat danatau pemerintah daerah. Pasal 8, ayat 1 BSA yang bekerja sama dengan pemerintah daerah harus memenuhi persyaratan; a. berasal dari negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Pemerintah Republik Indonesia; b. telah terdaftar secara sah pada instansi pemerintah di negara asal BSA paling sedikit 5 lima tahun; c. memiliki kegiatan usaha yang jelas, sah, dan sesuai dengan bidang yang dikerjasamakan; d. menjamin ketersediaan