P e n d a h u l u a n
7
ini bukan saja bertujuan untuk mencegah timbulnya pemborosan anggaran daerah, namun bertujuan pula untuk menjaga agar
pihak asing selalu menaati kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat.
B. Kerja Sama Luar Negeri Sebagai Trend Global Yang Harus Dijawab
Mengapa hubungan dan kerja sama luar negeri harus dibuka lebar bagi seluruh pemerintah daerah sebagai daerah otonom
di Indonsia? Pertanyaan ini sulit terbayang pada 30 tahun yang lalu ketika isu hubungan internasional masih didominasi oleh
masalah perimbangan kekuatan politik keamanan dan militer di era perang dingin antara blok Barat-Amerika Serikat dan blok
Timur-mantan Uni Soviet sampai dengan runtuhnya tembok Berlin tahun 1989.
8
Isu internasional pun bergeser ke arah kerja sama politik-ekonomi dengan hegemon tunggal Amerika
Serikat, yang ternyata belakangan ini, tahun 2008-2013, negara ini tidak bisa menghindarkan diri dari krisis ekonomi yang sangat
berat dengan defisit anggaran yang sangat dalam. Trend kerja sama ekonomi yang diiringi dengan semangat keterbukaan atau
demok ratisasi di berbagai negara, termasuk Indonesia dengan gerakan reformasi tahun 1998, telah meluaskan jangkauan dan
partisipasi dalam hubungan dan kerja sama internasional yang tidak lagi bersifat ‘state centric,’ tapi telah melibatkan aktor-aktor
non negara seperti MNCs, INGO, foundations, dan individu– individu dalam interaksi di fora internasional. Pergaulan dunia
8
Uraian tentang pergeseran isu internasional dapat dibaca secara detai dalam tulisan Prof. Bob Sugeng Hadiwinata, Transformasi Isu dan
Aktor di dalam Studi Hubungan Internasional: Dari Realisme hingga Konstruktifi sme, dalam buku ‘Transformasi Dalam Studi Hubungan In-
ternasional’, Hal. 7-9, Editor: Yulius P. Hermawan, Graha Ilmu, Yogya- karta, UNPAR, 2007
8
PARADIPLOMACY Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda di Indonesia
yang demikian ini dilukiskan oleh Thomas L. Friedman sebagai ‘The world is flat’
, di mana masyarakat dunia seolah berada pada bidang datar yang sama, dan bukan lagi pada bulatan
yang sama, sehingga semua menjadi tampak transparan tanpa ada yang bisa bersembunyi lagi, apalagi mengisolasi diri dari
pergaulan internasional. Bahkan secara optimis, Friedman melihat bahwa karakteristik interaksi global itu membawa
peluang bagi semua pihak untuk berkompetisi menunjukkan identitas dirinya yang unik sambil memperkenalkan nilai-
nilai lokal masyarakatnya secara luas
9
. Pada konteks inilah, pe merintah daerah diberi kesempatan oleh negara untuk ter-
libat langsung dalam hubungan dan kerja sama internsional sebagai mana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 37
Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri dan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kewenangan
menjalin interaksi internasional itu diberikan kepada pemda provinsi dan kabupatenkota di Indonesia sebagai jawaban atas
kuatnya trend dunia dalam berkompetisi satu sama lain untuk memperoleh hasil yang optimal. Kewenangan ini sebagai pintu
bagi pemda untuk membangun jejaring internasional guna meningkatkan daya saing dan perluasan investasi daerahnya.
Tidak dapat dibayangkan, apabila di saat dunia sekarang ini telah berada di era keterbukaan dan kompetisi, namun masih ada
pemda yang belum membuka diri atau belum memanfaatkan peluang sekaligus tantangan kerja sama internasional ini.
Resiko menjadi daerah yang lambat pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas pendidikannya mungkin akan diderita
9
Friedman, Thomas L., ‘The World is Flat’, London, New York, 2005, sebagaimana dikutip dalam ‘Kajian Negara Eropa Potensial untuk Beker-
jasama dengan Provinsi D.I. Yogyakarta’, editor: Grace Lestariana W, hal. 165, Terbitan Jur. Ilmu Hubungan Internasional UMY bekerjasama dengan
Biro Kerjasama Provinsi D.I. Yogyakarta, Tahun 2008.
P e n d a h u l u a n
9
oleh daerah-daerah yang belum mampu berkiprah dalam kancah internasional ini.
Memang, hubungan dan kerja sama internasional yang dibuat oleh pemda itu sebagaian besar akan diorientasikan
untuk peningkatan ekonomi daerah dan dukungan terhadap berbagai program kerja di sektor-sektor unggulan seperti pen-
didikan, kesehatan dan pariwisata. Dan, di sini, keterlibatan aktor-aktor internasional non-negara akan sangat terasa.
MNCs, INGOs, foundations, dan individu-individu yang memiliki kemampuan saling membentuk jaringan untuk saling
mensupport satu sama lain bersama dengan aktor-aktor negara dan pemerintahan lokal atau pemda. Meningkatnya intensitas
hubungan dan semakin beragamnya aktor internasional itu harus dianggap sebagai potensi bagi perjuangan diplomasi
Indonesia di lingkup internasional. Pendek kata, hubungan dan kerja sama luar negeri dapat pula dilaksanakan oleh para
pedagang, pengusaha, ilmuan, politisi, para pejabat daerah, wisatawan, atau bahkan mahasiswa, yang tentu semuanya
harus sejalan dan tidak boleh bertentangan dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia
10
. Tantangan trend kerja sama dunia ini bagi pemerintah
daerah, baik provinsi maupun kabupatenkota, memang dapat dikatakan berat mengingat selama ini belum ada tradisi birok-
rasi yang mengarah ke sana. Tradisi birokrasi Indonesia, pada umumnya masih ‘inward looking’ atau berorientasi dengan
melihat ke-dalam, atau berorientasi melayani dan berurusan dengan warga negara sendiri sehingga secara relatif tidak
ada masalah kompleks yang dihadapi. Namun, di era trend
10
Nur Hassan N. Wirayuda, Sambutan Menlu RI dalam Pedoman Umum Pelaksanaan Kerjasama Internasional yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah, Hal. iv, DEPLU, 2007
10
PARADIPLOMACY Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda di Indonesia
global yang berubah ini, birokrasi pun, apalagi kalangan bisnis, harus siap berubah dengan melakukan ‘outward looking’ atau
perluasan cakrawala visi birokrasi yang lebih kompetitif dengan mempertimbangkan para pesaing di luar negeri, dengan tanpa
meninggalkan misi layanan utamanya kepada masyarakat. Kata kunci utama dalam proses ini adalah perubahan mindset
birokrasi dari sekedar melayani menjadi berani menerima tantangan kemajuan. Sudah barang tentu, untuk meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia bagi para pejabat pemda di provinsi dan kabupatenkota yang mengemban tugas di
bidang kerja sama internasional tersebut sangat memerlukan upaya-upaya khusus seperti workshopbimbingan teknis yang
meliputi materi pemahaman aspek hukum internasional, dan kewenangan dalam melakukan kerja sama pemda dengan
pihak asing, seluk-beluk kode etik dan praktik diplomasi antar negara, pedoman dan tata cara melakukan kerja sama dengan
pihak asing serta evaluasi kerja sama dengan pihak asing.
C. Sebuah Ikhtiar Peningkatan Mutu Kerja Sama Inter- nasional oleh Pemda