Kerja Sama ‘ Sister Province’ DIY dengan Gyeongsangbuk-

Kerjasama Luar Negeri Provinsi D.I. Yogyakarta 263 Tanggal 24-26 Februari 2005, Gubernur Gyeongsangbuk-do Korsel bersama delegasi yang berjumlah 12 dua belas orang berkunjung ke Yogyakarta dalam rangka penandatanganan MoU kerja sama sister province. Pada tanggal 25 Februari 2005, sore sekitar jam 16:00-18:00 WIB, negosiasi tentang ‘nama’ persetujuan kerja sama kedua provinsi masih belum ‘deal’. Sebab pihak Indonesia, yang dalam hal ini Provinsi DIY, menginginkan penggunaan istilah ‘Memorandum of Under- standing’ atau MoU, namun pihak Korea, menginginkan nama persetujuan kerja samanya adalah ‘agreement’, dengan alasan bahwa MoU adalah ‘non legal binding’. Masalah ini dapat diatasi setelah ada loby-loby pada tingkat yang lebih tinggi. Akhirnya, MoU antara kedua provinsi dapat ditandatangani oleh Hamengku Buwono X Gubernur DIY dan Lee, Eui Geun Gubernur Gyeongsangbuk Do Korsel pada tanggal 25 Februari 2005 di Kraton Yogyakarta 184 . Setelah penandatanganan MoU tersebut, Tim Teknis atau ‘joint committee’ berhasil merencanakan beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan, meskipun akhirnya terpaksa harus ditunda 2 tahun karena ada bencana gempa bumi. Kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka kerja sama antara Provinsi DIY dengan Gyeongsangbuk-Do ini antara lain; 184 Penulis selaku anggota komisi yang membidangi kerjasama luar negeri Komisi A turut hadir pada negosiasi tersebut bersama dengan Ketua DPRD DIY, H. Djuwarto sekarang anggota DPRRI, Kabiro Ker- jasama Drs. Sudaryomo sekarang Duta Besar RI untuk Mexico, dan Sekretaris Bappeda Ir. Bayudono. Sedangkan dari pihak Korea tampak hadir 2 orang utusan dan Bapak Abdul Nasir selaku Honorary Advisor of Gyeongsangbuk-do for International Cooperation. Acara ini dilakukan di sebuah Restoran Jepang di Timoho. 264 PARADIPLOMACY Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda di Indonesia 1. Pengiriman seorang tenaga PNS yang bekerja di lingkungan Biro Kerja sama, Sdr. Imam, untuk mengikuti kursus Bahasa Korea selama 6 bulan, di Korea, tahun 2008. 2. Kegiatan Saemaul International Academy 2008 di Kyungwoon University, Gyeongsangbuk-Do, Korea Selatan, Mei-Juni 2008. Provinsi DIY mengirimkan 16 orang untuk mengikuti program ini, termasuk penulis sendiri, bersamaan dengan kunjungan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwana X, ke Gyeongsangbuk-Do. 3. Inisiasi kontak-kontak bisnis dan investasi antara para pengusaha Korea dan para pengusaha dari Yogyakarta. Penulis depan, tengah bersama Delegasi DIY dalam Saemaul International Academy 2008 4. Bantuan sarana fisik dan Program pemberdayaan masya- rakat di Desa Kampung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, dengan membangun fasilitas fisik berupa Gedung Saemaul sebagai sarana sosialisasi dan pencerahan masyarakat desa agar menerapkan prinsip-prinsip hidup yang bekerja keras, disiplin dan bergotong royong. Bangun- an gedung ini bernilai sekitar Rp. 1,5 milyar bantuan dari Kerjasama Luar Negeri Provinsi D.I. Yogyakarta 265 Korea Selatan, dengan dana pendamping dari Provinsi DIY, tahun 2009. Gedung Saemaul, Bantuan dari Gyeongsangbuk-DO di Gunungkidul 5. Kegiatan Korean Youth Saemaul Volunteer di Desa Kampung, Ngawen, Gunungkidul, yang diisi dengan bakti sosial di bidang kesehatan oleh para mahasiswa dari Korea Selatan, sekaligus meresmikan penggunaan Gedung Saemaul di desa tersebut, tahun 2009. 185 6. Ke g i a t a n S a e m a u l I n t e r n a t i o n a l A c a d e m y 2 0 1 1 d i Gyeongsangbuk-Do, Korea Selatan, sebagai kelanjutan program sebelumnya. Provinsi DIY mengirimkan delegasi untuk mengikuti program ini. 7. Kegiatan Korean Youth Saemaul Volunteer 2011 di Desa Karangtalun, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, yang 185 Kegiatan poin nomor 2, 3 dan 4, adalah kegiatan yang penulis terlibat langsung di dalamnya. 266 PARADIPLOMACY Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda di Indonesia diisi dengan bakti sosial di bidang kesehatan oleh para mahasiswa dari Korea Selatan, pada 18-30 Juli 2011. 8. Fasilitasi kunjungan delegasi DPRD Gyeongsangbuk-Do ke DPRD Provinsi DIY pada tanggal 20 September 2011, dengan menghasilkan Nota Kesepahaman antara kedua lembaga parlemen daerah tersebut. 186 9. Fasilitasi kerjasama bisnis dan investasi antara para pengusaha dari Korea Selatan dengan para pelaku usaha di DIY. Hasilnya beberapa investasi dari Korea Selatan seperti pabrik wig rambut palsu, industri lingerie keduanya untuk export, serta real estate perumahan berdiri di DIY dengan menyerap ribuan tenaga kerja. Fasilitasi ini telah berlangsung sejak awal dibukanya kerja sama kedua provinsi. Dari serangkaian program dan kegiatan tersebut, tampak jelas manfaat dari kerja sama luar negeri antara Provinsi DIY dengan Gyeongsangbuk-Do, Korea Selatan ini. Beberapa di antaranya adalah; 1. Meningkatnya jalinan persahabatan antara Provinsi DIY dengan Gyeongsangbuk-Do, dan pada skala yang lebih luas adalah persahabatan antara RI dengan Republik Korea. 2. DIY memperoleh bantuan fisik gedung senilai milayan rupiah, sebab program itu secara bertahap akan mencapai jumlah sekitar Rp.5 milyar, termasuk untuk membeayai kegiatan dalam gedung itu pada tahun-tahun berikutnya. 3. Terjalinnya hubungan bisnis dan investasi yang semakin meningkat antara kedua provinsi, baik di sektor jasa maupun industri barang, dan perdagangan. Secara kuantitatif dapat 186 Op. Cit. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur DIY Tahun 2011, poin nomor 5, 6, dan 7, hal. VI-5 Kerjasama Luar Negeri Provinsi D.I. Yogyakarta 267 diukur dari peningkatan valume perdagangan dan investasi kedua provinsi yang meningkat setelah adanya kerjasama. 4. Masyarakat Yogyakarta, khususnya Desa Kampung, Ngawen, Gunungkidul, memperoleh suntikan spirit untuk mene rapkan prinsip-prinsip Saemaul Undong atau Gerakan Pem baharuan Desa sehingga dapat merubah perilaku dan cara kerja mereka sehari-hari sehingga akan mempengaruhi masa depan mereka yang lebih baik di kemudian hari. Perubahan cara berpikir dan cara bekerja masyarakat ini sangat besar nilainya dibandingkan dengan bantuan fisik yang telah diberikan oleh Gyeongsangbuk-Do.

3. Kerja Sama Provinsi DIY dengan BATAN dan Universitas Karlsruhe, Jerman

Berawal dari kunjungan Prof. Nestmann dari Jerman, ke Yogyakarta pada bulan Maret 2000, saat ini telah berlangsung kegiatan pembangunan instalasi Integrated Water Resources Management IWRG di Bribin, Kecamatan Semanu, Gunung- kidul. Proyek ini merupakan sustainability project atau pilot proyek yang berkelanjutan yang telah selesai dan diserah- terimakan kepada pemerintah Republik Indonesia. Proyek ini mengeksploitasi air sungai bawah tanah di daerah Bribin, yang nantinya diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga lebih dari 3 kali lipat dari kemampuan pendistribusian air yang telah ada waktu itu. Kerja sama segi tiga antara provinsi DIY, BATAN dan Uni versitas Karsruhe, Jerman ini ditandatangani pada bulan Agustus 2004 oleh pimpinan masing-masing lembaga yang berisi tentang kerja sama teknis pengelolaan air sungai bawah tanah di daerah batu kars di Yogyakarta Gunungkidul. Pem- bangunan sistem managemen dan pemanfaatan air sungai bawah tanah ini melibatkan berbagai institusi, yakni di dalam 268 PARADIPLOMACY Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda di Indonesia negeri adalah Pemerintah Propinsi DIY, Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, BATAN dan Ristek, sedangkan dari pihak jerman adalah Universitas Karlsruhe dan Kementerian Pendidikan dan Riset BMBF Jerman sebagai sumber pendanaan proyek. Sesuai dengan permintaan pihak Jerman, maka Pemprov. DIY melibatkan unsur perguruan tinggi UGM agar terjadi transfer ilmu pengetahuan untuk kesinambungan dan pengembangan pengetahuan di masa mendatang. Dam Sungai Bawah Tanah Goa Bribin, Gunungkidul, DIY Kerja sama proyek Bribin ini pada awalnya berjalan cukup lancar sampai dengan tahap pembangunan waduk atau dam di sungai bawah tanah tahun 2005-2006 awal. Kenyataan menjadi sedikit berubah ketika terjadi gempa bumi akhir Mei 2006 di mana bangunan dam di sungai bawah tanah ambrol karena bebatuan tempat menancapkan cor-cor besi penyangga dam runtuh akibat gempa. Kerusakan ini mengakibatkan ke munduran penggarapan proyek Bribin dalam 3 tahun berikutnya. Namun, setelah melalui berbagai pembicaraan, maka proyek ini dijalankan lagi dengan perencanan yang diperbarui. Kerjasama Luar Negeri Provinsi D.I. Yogyakarta 269 Babak baru penanganan kerja sama ini terjadi pada tanggal 19 Januari 2010 yaitu dengan ditandatanganinya ‘Minute of Discussion on The Cooperation to Implement The Integrated Water Resources Management IWRM in The Province of Yogyakarta Special region, Indonesia, The Provincial Government of Yogyakarta Special Region and The national Nuclear Agency of The Republic of Indonesia, and Karlsruhe Institute of Technology KIT, Germany’ atau sebuah kesepakatan baru mengenai rencana penanganan tingkat lanjut mengenai proyek IWRM, yang mencakup proyek Bribin dan sungai bawah tanah Goa Seropan, dan beberapa jaringan pendukungnya. Secara rinci, kesepakatan ini meliputi 7 tujuh kegiatan, yakni; 1 Pembangunan Proyek Seropan Microhidro; 2 Eksplori air bawah tanah sungai Goa Seropan; 3 Pengembangan distribusi air di Bribin dan Seropan dengan menggunakan sistem hidrolik; 4 Perbaikan serta instalasi pipa penyaluran air proyek Bribin; 5 Pembangunan Proyek Pilot-Plan Waste Water Treatment di Rumah Sakit Wonosari; 6 Workshop dan disseminasi dalam rangka alih teknologi; dan 7 Technology assessment dan sustainability analysis. Dengan kesepakatan tersebut, Proyek Bribin tahap II dilaksanakan dan berjalan cukup lancar sehingga dapat di- resmi kan penggunaannya pada tanggal 11 Maret 2010 di Pendopo Kabupaten Gunungkidul oleh Menteri Pekerjaan Umum RI. Dalam ucapan terimaksihnya, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono XI mengatakan bahwa ini adalah suatu peristiwa pemanfaatan air dari goa yang pertama kali di dunia, dengan harapan lebih lanjut pemerintah Jerman dan pemerintah Indonesia bisa mengambil manfaat yang sebesar- besarnya di dalam pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi memanfaatkan air, maupun manajemen air dalam gua. Bendung bawah tanah Bribin yang berlokasi di Dusun Sindon, Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul,