Perkembangan Dari Diplomasi Tradisional, Diplomasi Publik, Ke Diplomasi Total

Diplomasi Oleh Pemerintah Daerah 161 culkan aktor-aktor barunya. Diplomasi tidak lagi didominasi oleh Negara dalam arti pemerintah pusat, namun juga dila- kukan oleh entitas-entitas masyarakat, atau ‘sub-state actors’, yang dalam hal ini adalah pemerintah regional provinsi dan kota, kelompok masyarakat, atau bahkan ‘people to people diplo- macy’. Fenomena globalisasi dan perluasan kewenangan bagi pemerintah regional atau pemda adalah 2 dua elemen yang menstimulasi munculnya cara-cara baru dan saluran-saluran baru dalam melakukan aktivitas diplomasi. Di sinilah pemerin- tah regional atau pemda mencoba memanfaatkan peluang yang terbuka lebar itu untuk memajukan kepentingan daerahnya se- cara spesifi k dengan menjalin mitra kerja sama dari luar negeri. Para perancang keb ij akan telah berusaha membangun alterna- tif-alternatif baru untuk me-revisioning cara-cara diplomasi tradisional ke arah cara-cara baru yang lebih fl eksibel dan kom- plementer terhadap diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat, dengan berorientasi pada kepentingan pemerintah atau masyarakat regional yang lebih spesifi k. Pengalaman pemben- tukan jalur atau saluran diplomasi regional yang dilakukan di Uni Eropa menunjukkan betapa besarnya peran perubahan visi diplomasi ini dalam merekatkan kerja sama antarpemerintah regional dan masyarakat di kawasan itu. 133 Ketika cara-cara dan saluran baru diplomasi telah berge- ser dari model diplomasi tradisional, maka pemerintah pusat di banyak Negara telah mempopulerkan strategi baru mereka dengan apa yang mereka sebut sebagai ‘public diplomacy’. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Edmund Gullion, seorang diplomat karir dan wakil dekan dari The Fletcher School of Law and 133 Dídac Gutiérrez-Peris, Coordinator of the Catalan Observatory at LSE, Alternative Channels of Diplomacy, h t p:blogs.lse.ac.uklseein- spain20111012paradiplomacy 162 PARADIPLOMACY Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda di Indonesia Diplomacy , di Tufts University, Tahun 1965, yang dicantumkan dalam brosur the Murrow Center’s institution, bahwa; ‘Public diplomacy…deals with the influence of public attitudes on the formation and execution of foreign policies. It encompasses dimensions of international rela-tions beyond traditional diplomacy…[including] the cultivation by governments of public opinion in other countries; the interaction of private groups and interests in one country with those of another . . . and the transnational fl ow of information and ideas’. 134 Tampak sekali bahwa diplomasi publik dalam pengerti- an Gullion adalah sebuah perkembangan baru yang berbeda dari diplomasi tradisional, di mana diplomasi publik berusaha menggunakan pengaruh dari sikap publik pada perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri suatu Negara. Bagaimana strategi merekayasa opini publik di Negara lain, menjalin inter- aksi dengan kelompok-kelompok swasta dan berbagai kelom- pok kepentingan lainnya, dan melancarkan arus pertukaran gagasan dan informasi antar Negara, merupakan cara-cara yang sangat popular dan efektif. Model diplomasi ini, menurut Allan Gotlieb, mantan duta besar Kanada untuk Amerika Serikat, me- mang menuntut keahlian, sikap, dan teknik baru yang berbeda dengan diplomasi tradisional. 135 134 Charles Wolf, Jr., Brian Rosen, Public Diplomacy: How to Think About and Improve It , Hal. 3, Published 2004 by the RAND Corporation 1700 Main Street, P.O. Box 2138, Santa Monica, CA 90407-2138 135 Andrew F. Cooper, Brian Hocking, Global Governance and Diplo- macy; Worlds Apart?, Hal. 242, The Centre for International Governance Innovation First published in 2008 by PALGRAVE MACMILLAN Hound- mills, Basingstoke, Hampshire RG21 6XS and 175 Fi t h Avenue, New York, N.Y. 10010241 Diplomasi Oleh Pemerintah Daerah 163 Dalam perannya yang luas, diplomasi publik diyakini dapat lebih menjamin terjadinya ‘sustainable diplomacy’ antar- bangsa. Keyakinan ini didasarkan fakta bahwa diplomasi yang dapat berlangsung dengan baik selalu dibangun berdasarkan kedalaman pemahaman atau ‘intimate understanding’, antarber- bagai faktor yang ada pada bangsa-bangsa yang saling men- jalin hubungan. Pemahaman yang mendalam di antara bang- sa-bangsa mengenai penduduk dan tanah tempat tinggalnya, agamakeyakinan mereka, budayanya, realitas ekologinya, dan kesadaran akan para tetangga Negara yang mengelilinginya, merupakan penentu terjadinya hubungan diplomasi yang sehat dan berkelanjutan di antara bangsa-bangsa itu. 136 Dalam bahasa yang lebih sederhana, Menteri Luar Ne- geri RI, Hassan Wirajuda mengatakan bahwa diplomasi pu- blik bertujuan untuk mencari teman di kalangan masyarakat negara lain, yang dapat memberikan kontribusi bagi upaya membangun hubungan baik dengan negara lain. Diplomasi publik juga dikenal dengan istilah ‘citizen diplomacy’ atau ‘second track diplomacy ’ yang secara umum didefi nisikan sebagai upaya- upaya diplomasi yang dilakukan oleh elemen-elemen non-pe- merintah secara tidak resmi uno ffi cial. Penggunaan sebutan ‘second track diplomacy’ pertama kali dipakai oleh Joe Montville yang mengacu pada aktivitas ‘citizen negotiations’. Perlu dicatat bahwa second track diplomacy bukan bertindak sebagai pengganti ‘first track diplomacy’ yang bersifat ‘government to government’. Dengan kata lain, upaya-upaya yang dilakukan dalam ‘second track diplomacy’ harus sejalan dengan proses negosiasi dan 136 David Joseph Wellman, Sustainable Diplomacy Ecology, Religion, and Ethics in Muslim Christian Relations , Hal. 163, First published 2004 by PALGRAVE MACMILLAN™ 175 Fi t h Avenue, New York, N.Y. 10010 and Houndmills, Basingstoke, Hampshire, England RG21 6X Companies and representatives throughout the world. 164 PARADIPLOMACY Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda di Indonesia persetujuan dalam rangka ‘first track diplomacy’ dengan cara mendorong para diplomat untuk memanfaatkan informasi penting yang diperoleh pelaku-pelaku ‘second track diplomacy’ yang bersifat unofficial . 137 Keunggulan dari kontak-kontak ‘unofficial’ ini adalah dapat lebih mudah menjembatani para pihak apabila terjadi konflik sebelum negosiasi secara ‘official’ dapat ditempuh, dan meningkatkan kepercayaan dan saling memahami satu sama lain. ‘Unofficial contacts’ ini dapat pula berfungsi untuk me- luruskan mispersepsi dan kekhawatiran-kekhawatiran yang tidak berdasar, bahkan dapat mencegah perilaku yang di luar kemanusiaan dan rasa permusuhan, dalam situasi yang cenderung berkonflik. 138 Perkembangan lebih lanjut dari ‘second track diplomasi’ atau diplomasi pulik adalah dengan munculnya konsep ‘multi-track diplomacy’ dengan mengusung spirit ‘peace building through collaboration’ oleh DR. Louise Diamond dan Ambassador John McDonald, Amerika Serikat. Mereka mendefi nisikan ‘multi- track diplomacy’ sebagai berikut; Multi-Track Diplomacy is a conceptual way to view the process of international peacemaking as a living system. It looks at the web of interconnected activities, individuals, institutions, and communities that operate together for a common goal: a world at peace. 139 Diplomasi multi jalur merupakan sebuah cara konseptual untuk melihat proses penciptaan perdamaian dunia sebagai 137 h t p:lacapitale.wordpress.com20080419diplomasi-publik 138 http:www.colorado.educonflictpeacetreatmentcitdip.htm, Confl ict Research Consortium, University of Colorado, USA 139 h t p:imtd.server295.com?page_id=119 an offi cial web of Insti- tute of Multi-track Diplomacy founded by Louise Diamond Diplomasi Oleh Pemerintah Daerah 165 sebuah sistem yang hidup. Ia memandang beragam aktivitas yang saling berinterkoneksi, individu-individu, institusi, dan komunitas yang bekerja bersama-sama untuk sebuah tujuan yang sama, yakni terciptanya dunia yang damai. Defi nisi ini tampak normatif dan utopis, namun ketika dilihat langkah- langkah yang dirumuskan, maka akan terlihat sebuah kemun- gkinan yang masuk akal tentang adanya upaya bersama dalam menciptakan perdamaian dunia itu. Multi-track diplomacy merupakan perluasan atas diplomasi ‘track one’ dan ‘track two’, yang dianggap sebagai bagian dari konsep resolusi konflik selama 2 dua dekade terakhir. Berawal dari kesadaran akan ketidak-efisienan diplomasi atau mediasi yang dilakukan oleh pemerintah di masa konflik, menunjukkan bahwa diplomasi ‘track one’ adalah tidak efektif. Untuk mengatasi hal itu, diplomat Joseph Montville memunculkan konsep ‘track two diplomay’ dengan maksud untuk menggabungkan warga Negara dengan segala perbedaan dan kemampuannya untuk 166 PARADIPLOMACY Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda di Indonesia terlibat dalam proses mediasi. Ketika DR. Louise Diamond menyadari bahwa dari seluruh kompleksitas aktivitas ‘track two’ tidak dapat dicakup dalam satu label itu, maka dia mengajukan konsep ‘multi-track diplomacy’ ini. ‘Multi-track dplomacy’ melibatkan seluruh lapisan masyarakat dengan maksud untuk memastikan kebutuhan dalam sebuah mediasi atau negosiasi, dan memfasilitasi agar terjalinnya komunikasi di semua lapisan masyarakat yang terlibat. Ambassador John McDonald selanjutnya memperluas diplomasi ‘track two’ dengan 4 empat elemen yang terpisah, yakni ahli resolusi konflik, bisnis, warga Negara biasaswasta, dan media massa. Selanjutnya, pada tahun 1991, DR. Louise Diamond dan Ambassador John McDonald menambahkan track itu menjadi 9 Sembilan track, dengan menambah 4 empat elemen baru lagi, yakni agama, aktivisme, research, pendidikan dan pelatihan, serta philanthropy atau pekerjaan amal sosial. Diamond dan McDonald mereorganisasi pola hubungan ber- bagai track tersebut. Mereka mendesain ulang diagram dan menempatkan track-track dalam bentuk lingkaran yang saling ber-interkoneksi satu sama lainnya. Tidak ada track yang in- dependen atau lebih penting dari yang lainnya, semua saling terkait dan penting. Setiap track memiliki sumber daya, nilai- nilai dan pendekatannya sendiri, namun ketika mereka ada dalam struktur lingkaran itu, elemen-elemen tersebut dapat bekerja dengan lebih kuat efeknya. Setiap track beroperasi se- cara bersama-sama sebagai sebuah sistem. Keseluruhan dari 9 Sembilan track dalam ‘multi-track dip- lomacy’ itu adalah sebagai berikut: 1. Track 1. Pemerintah, atau penciptaan perdamaian melalui diplomasi. Ini adalah wilayah diplomasi resmi, pem- buatan keputusan, dan pembentukan perdamaian yang diekspresikan melalui proses pemerintahan. Diplomasi Oleh Pemerintah Daerah 167 2. Track 2. Non-GovernmentProfessional, atau Penciptaan perdamaian melalui konflik. Ini adalah sebuah realitas dari aksi aktor-aktor non-states, yang berusaha untuk menganalisa, mencegah, memecahkan atau memutuskan, dan memanage konfl ik internasional. 3. Track 3. Bisnis, atau Penciptaan perdamaian melalui per- dagangan. Ini merupakan wilayah bisnis yang senyata nya, yang sangat potensial untuk mempengaruhi penciptaan perdamaian melalui pemanfaatan peluang-peluang ekonomi, persahabatan dan pemahaman internasional, saluran-saluran komunikasi informal, dan dukungan dari kegiatan-kegiatan ‘peacemaking’ lainnya. 4. Track 4. Warga Negara BiasaSwasta, atau Penciptaan per damaian melalui keterlibatan personalindividual. Ini termasuk berbagai macam cara yang digunakan indi- vidu untuk terlibat dalam aktivitas perdamaian dan pem bangunan, melalui program pertukaran, organisasi sukarela, organisasi non-pemerintah, atau kelompok kepentingan khusus yang concern pada perdamaian. 5. Track 5. Penelitian, Pelatihan dan Pendidikan, atau Pen- ciptaan perdamaian melalui pembelajaran. Termasuk dalam aktivitas ini adalah kerja sama antar universitas, kerja sama pakar, pusat research khusus, program beasiswa dari Taman Kanak-Kanak sampi dengan Ph.D, kerja sama program studi atau penelitian tentang multicultural, cross culture , dan studi perdamaian, dan beragam aktivitas pembelajaran lainnya. 6. Track 6. Kalangan Aktifis, atau Penciptaan perdamaian melalui Advokasi publik. Aktivitas ini adalah pekerjaan yang dilakukan para aktivis dari berbagai bidang, antara lain aktivis HAM, lingkungan hidup, keadilan ekonomi, aktivis perlucutan senjata nuklir, misalnya, dan advokasi 168 PARADIPLOMACY Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda di Indonesia terhadap kelompok tertentu yang terkalahkan karena kebijakan pemerintah yang kurang adil, misalnya. 7. Track 7. Agama, atau Penciptaan perdamaian melalui ke- yakinan dalam aksi nyata. Ini merupakan pelaksanaan dari keyakinan dan aktivitas yang berorientasi perdamaian dari komunitas-komunitas spiritual atau agama, dan sepenuhnya adalah ‘morally based movement’ atau gerakan moral. 8. Track 8. Pendanaan, atau Penciptaan perdamaian melalui pemberian sumberdaya. Ini mengacu pada komunitas atau individu yang memiliki kemampuan sumber daya untuk melakukan amal dengan men-support aktivitas di track- track yang lainnya. 9. Track 9. Komunikasi dan media massa, atau Penciptaan perdamaian melalui informasi. Ini adalah realitas dari as- pirasi masyarakat; bagaimana opini publik dieskpresikan oleh media publik, fi lm, media cetak, TV, radio, sistem elek- tronik dan seni secara umum. 140 Dengan munculnya 9 sembilan track dalam ‘multi-track diplomacy’ ini, maka untuk memudahkannya, para diplomat sering menyebutnya sebagai ‘total diplomacy’ atau diplomasi total. Hampir semua Negara, tak terkecuali Indonesia, mene- tapkan diplomasi total sebagai suatu strategi diplomasi yang resmi digunakan oleh pemerintah. Hal ini dapat ditemui dalam pidato Menteri Luar Negeri N. Hassan Wirayuda dalam sambutan pengantar Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 9A KPXII200601 tentang Pedoman Umum Tata Cara Hubungan dan Kerja Sama Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah. Itu juga 140 Ibid. h t p:imtd.server295.com?page_id=119, lihat juga Dr. Lou- ise Diamond and Ambassador John McDonald, Multi-Track Diplomacy: A Systems Approach to Peace , Kumarian Press, USA, 1996 Diplomasi Oleh Pemerintah Daerah 169 berarti bahwa pemerintah daerah dalam melakukan hubungan dan kerja sama luar negeri juga lebih tepat menggunakan jalur ‘multitrack diplomacy’ atau ‘total diplomacy’ pula.

B. Aktivitas Diplomasi Oleh Pemerintah Daerah: Diplomasi Soft Power

Dalam kerangka diplomasi total, pemda bersinergi dengan pemerintah pusat, dapat melakukan berbagai aktivitas yang bertujuan untuk merekatkan hubungan antar berbagai bangsa. Sesuai dengan porsinya, daerah dapat merencanakan bentuk- bentuk kegiatan yang bersifat ‘non political action’, namun lebih bersifat kultural, seperti aktivitas yang menonjolkan sisi seni dari kebudayaan daerah, musik tradisional, kuliner dan lain- nya, untuk dikemas menjadi sebuah sarana ‘diplomatic actions’ yang menarik simpati bangsa asing. Kondisi dunia saat ini mendorong munculnya gaya diplo- masi baru yang mengutamakan pembentukan jaringan informal selain jalur formal melalui perwakilan. Diplomasi yang handal memerlukan konektivitas dan berpikir out of the box. Duta Besar RI untuk Amerika Serikat, Dino Pa t i Djalal, menyatakan ba- hwa Indonesia mempunyai banyak potensi untuk d ij ual, tinggal bagaimana diplomatnya dapat menjualnya dengan baik. Men- urutnya, selama ini sebagian besar pidato diplomat Indonesia datar dan tidak inspiratif, sehingga tidak memberikan pengeta- huan apa-apa mengenai Indonesia pada dunia luar. ”Diplomat harus memikirkan cara yang kreatif untuk menjual Indonesia. Kita mempunyai tiga aset utama sebagai unggulan: Kita adalah negara demokrasi ketiga terbesar dunia, berpenduduk muslim 170 PARADIPLOMACY Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemda di Indonesia terbanyak, dan kita adalah super power lingkungan dengan hu- tan tropis yang luas. Indonesia jelas punya bobot,” jelasnya. 141 Dalam berbagai kesempatan, Presiden SBY tidak pernah lupa untuk menekankan bahwa pejabat negara dan pejabat pemerintah baik yang bertugas di dalam ataupun luar negeri adalah salesman resmi negara pada saat mengadakan kunjungan atau menerima tamu dari negara sahabat. Tercatat beberapa point dalam berbagai kesempatan pertemuanagenda Presiden RI, ditekankan Indonesia dapat diangkat di mata dunia inter- nasional melalui makanankuliner nasi goreng, kopi luwak, pariwisata Bali dan pulau-pulau lain, kerajinan tradisional batik, handycra t dan lain-lain, kesenian angklung dan olah- raga bulutangkis dan pencaksilat. Poin tersebut diharapkan dapat disinergikan dengan gagasan harmonisasikerukunan antar umat beragama dan identitas lain sehingga tujuan yang tercantum di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yaitu turut serta dan aktif dalam perdamaian dunia terus dila- kukan. Pendapat tersebut konsisten d ij alankan dalam diplo- masi saat ini, termasuk dalam beberapa pidato atau sambutan Presiden RI saat menerima atau berkunjung ke negara sahabat. Dalam Kunjungan Kenegaraan terakhir ke Kerajaan Inggris setidaknya tercatat dua kali Presiden RI menyisipkan diplo- masi so t power. Dalam pidato di forum All Party Parliamentary Group on Indonesia , bertempat di Palace of Westminster Presiden mengatakan; ‘I am pleased to extend our heartfelt congratulations to the United Kingdom for a very successful and spectacular Olympics this past summer. Your Olympics success – both 141 Thanon Aria Dewangga Asisten Deputi Bidang Pelaksanaan dan Pelaporan Persidangan, Diplomasi Melalui So t Power, yang dipublika- sikan pada laman h t p:www.setkab.go.idartikel-6305-.html