6
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Menurut Suwantoro 2004 pada hakikatnya berpariwisata merupakan suatu proses  kepergian  sementara  dari  seseorang  atau  lebih  menuju  tempat  lain  di  luar
tempat tinggalnya. Pariwisata juga merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu  mempercepat  pertumbuhan  ekonomi  dan  penyediaan  lapangan  kerja,
peningkatan  penghasilan,  standar  hidup,  serta  menstimulasi  sektor-sektor produktif lainnya Wahab 1992.
Menurut  Fandeli  2000, konsep  wisata berdasarkan pemanfaatannya  dapat dikelompokan menjadi tiga bagian, antara lain:
1 Wisata alam natural tourism merupakan aktifitas wisata yang ditunjukkan
pada  pengalaman  terhadap  kondisi  alam  atau  daya  tarik  panoramanya. Kriteria  suatu  wilayah  dalam  penunjukan  dan  penetapan  sebagai  kawasan
wisata alam, yaitu: a
Mempunyai  daya  tarik  alam  berupa  tumbuhan,  satwa  atau  ekosistem gejala alam.
b Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi, potensi,
dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. c
Kondisi  lingkungan  disekitarnya  mendukung  upaya  pengembangan pariwisata alam.
2 Wisata  budaya  cultural  tourism  merupakan  wisata  dengan  kekayaan
budaya sebagai objek wisata dengan pendekatan aspek pendidikan. 3
Ekowisata ecotourism, green tourism, atau alternative tourism merupakan wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk  menjembatani kepentingan
perlindungan  sumber  daya  alam  atau lingkungan  dan  industri
kepariwisataan. Berdasarkan  penjelasan  diatas,  maka  Curug  Cigamea  dapat  dikategorikan
sebagai wisata alam. Keberadaan Curug Cigamea sebagai wisata alam di TNGHS diperbolehkan  sesuai  UU  No.  5  Tahun  1990  tentang  Konservasi  Sumber  Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya yang menyatakan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan taman nasional mencakup: penelitian, pendidikan, menunjang budi daya,
7 budaya, dan wisata alam. Pengelolaan dan pengembangan wisata alam di TNGHS
diharapkan mampu
mewujudkan kegiatan
wisata alam
yang dapat
mempertahankan  kelestarian  ekosistem  hutan  TNGHS  dan  memberi  manfaat ekonomi  bagi  masyarakat.  Hal  ini  juga  perlu  dilakukan  melihat  fungsi  TNGHS
sebagai  salah  satu  kawasan  konservasi  in  situ,  artinya  daerah  konservasi  jenis flora dan fauna yang dilakukan di habitat alaminya Widada et al 2003.
2.2 Nilai Ekonomi Wisata Alam
Nilai  ekonomi  didefenisikan  sebagai  pengukuran  jumlah  maksimum seseorang  ingin  mengorbankan  barang  dan  jasa  untuk  memperoleh  barang  dan
jasa  yang  diinginkan.  Hal  ini  sulit  jika  diterapkan  pada  barang  dan  jasa  yang dihasilkan  sumber  daya  alam  dan  lingkungan  yang  tidak  memiliki  harga  pasar
seperti wisata alam. Salah satu cara yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian harga pada barang dan jasa yang
dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan Fauzi 2010. Valuasi nilai ekonomi wisata alam perlu dilakukan untuk melihat nilai  dari
keberadaan  sebuah  wisata  alam  yang  terkadang  dinilai  under  value.  Salah  satu metode  yang  dapat  digunakan  untuk  mengukur  nilai  ekonomi  suatu  kawasan
wisata  adalah  Travel  Cost  Method  TCM.  Menurut  Fauzi  2010  TCM merupakan  metode  yang  digunakan  untuk  mengukur  nilai  ekonomi  sumber  daya
alam  secara  tidak  langsung.  Metode  ini  pada  umumnya  digunakan  untuk menganalisis atau mengkaji biaya  yang digunakan oleh setiap inidvidu  pada saat
melakukan  kegiatan  rekreasi  di  suatu  daerah  wisata  dan  mengkaji  nilai  yang diberikan  konsumen  kepada  sumber  daya  alam  dan  lingkungan.  Metode  ini
digunakan  untuk  menghitung  seberapa  besar  nilai  ekonomi  dari  wisata  Curug Cigamea yang berada di kawasan TNGHS.
Tujuan dasar dari TCM adalah untuk mengetahui nilai kegunaan use value dari sumber daya alam melalui biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa
dari  sumber  daya  alam  digunakan  sebagai  pendekatan  untuk  menentukan  harga dari  sumber  daya  alam  tersebut.  Asumsi  dasar  dari  TCM  adalah  bahwa  utilitas
dari  setiap  konsumen  terhadap  aktifitas  misalnya  rekreasi  bersifat  dapat dipisahkan Fauzi 2010.
8 Menurut Turner et al. 1994, metode biaya perjalanan memiliki dua teknik
pendekatan, yaitu: 1
Metode  biaya  perjalanan  zonal,  yaitu  dengan  membagi  lokasi  asal pengunjung untuk melihat jumlah populasi per zona, yang digunakan untuk
mengestimasi tingkat kunjungan per seribu orang. 2   Metode  biaya  perjalanan  individu,  yaitu  dengan  mengukur  tingkat
kunjungan  individu  ke  tempat  rekreasi  dan  biaya  perjalanan  yang dikeluarkan  oleh  individu  tersebut.  Tujuannya  adalah  untuk  mengukur
frekuensi kunjungan individu ke tempat rekreasi tersebut. Pada  prinsipnya  pendekatan  individual  sama  dengan  pendekatan  zonal,
namun  pada  pendekatan  ini  analisis  lebih  didasarkan  pada  data  primer  yang diperoleh  melalui  survey.  Oleh  karena  itu,  metode  biaya  perjalanan  untuk
menghitung  nilai  tempat  rekreasi  menggunakan  pendekatan  individual  lebih sering digunakan.
2.3 Dampak Ekonomi Wisata
Pariwisata merupakan kegiatan wisatawan yang secara langsung melibatkan masyarakat  sehingga  memberi  dampak  bagi  masyarakat  setempat  Ismayanti
2010.  Salah  satu  dampak  yang  yang  dihasilkan  dari  adanya  kegiatan  wisata adalah  dampak  ekonomi.  Belanja  pengunjung  di  daerah  wisata  akan
meningkatkan  pendapatan  pada  masyarakat  setempat  baik  secara  langsung maupun  tidak  langsung  melalui  dampak  berganda  multiflier  effect  Suwantoro
2004.  Manfaat  ini  juga  dirasakan  oleh  masyarakat  sekitar  Curug  Cigamea  dari keberadaan objek wisata tersebut.
Menurut  Stynes  and  Sun  2000,  dampak  ekonomi  adanya  wisata  terhadap suatu  wilayah  terdiri  dari  dampak  langsung  direct  effects,  dampak  tidak
langsung indirect effects dan dampak ikutan induced effects. Dampak langsung lebih  dikenal  sebagai  dampak  primer,  sedangkan  dampak  tidak  langsung  dan
ikutan  disebut  dengan  dampak  sekunder.  Dampak  primer  adalah  perubahan jumlah  penjualan,  pendapatan,  pekerjaan,  dan  penerimaan  pada  usaha  akibat
pembelanjaan  pengunjung.  Terdapat  dua  jenis  dampak  sekunder,  yaitu  dampak tidak  langsung  dan  dampak  ikutan.  Dampak  tidak  langsung  adalah  perubahan