Dampak Ekonomi Tidak Langsung

47 Cigamea. Kesediaan pengunjung meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Keinginan pengunjung meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Keinginan meningkatkan harga tarif masuk Frekuensi orang Proporsi Ya 78 78 Tidak 22 22 Total 100 100 Sumber: Hasil olahan data primer 2013 Tabel 26 menunjukkan sebanyak 22 responden pengunjung tidak bersedia meningkatkan tarif masuk Curug Cigamea. Rata-rata alasan pengunjung yang tidak bersedia meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug Cigamea karena mereka merasa bahwa kelestarian alam merupakan tanggung jawab pemerintah dan fasilitas yang tersedia masih minim. Tarif masuk optimum Curug Cigamea dilihat dari rata-rata WTP pengunjung terhadap harga tarif masuk. Distribusi besaran WTP pengunjung dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Distribusi besaran WTP pengunjung terhadap tarif optimum masuk di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Besaran WTP Rp a Frekuensi orang b EWTP Rp bc x a 5 500 1 71 6 000 5 385 7 000 12 1 077 7 500 2 192 8 000 7 718 10 000 35 4 487 12 000 1 154 15 000 12 2 308 17 000 1 218 20 000 2 513 Total 78 c 10 122 Sumber: Hasil olahan data primer 2013 Berdasarkan Tabel 27, dapat dilihat nilai rataan WTP pengunjung terhadap tarif masuk Curug Cigamea adalah sebesar Rp 10 122. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung bersedia membayar tarif masuk Curug Cigamea hingga Rp 10 122. Hal ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden pengunjung bersedia membayar tarif masuk dua kali lebih mahal dari tarif sebelumnya. Peningkatan tarif masuk tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjaga kelestarian alam dan meningkatkan fasilitas di objek wisata Curug Cigamea. 48 Penerapan tarif masuk optimum dapat digunakan untuk mengestimasi jumlah pengunjung dan penerimaan pengelola dari tiket masuk. Data mengenai besarnya jumlah pengunjung dan estimasi pendapatan pengelola setelah menggunakan tarif optimum dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28 Penerimaan pengelola dengan tarif masuk sesuai WTP pengunjung di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013 Harga tiket Rp a Jumlah kunjungan per tahun orang b Penerimaan pengelola per tahun Rp c = a x b 5 000 19 375 96 875 000 10 122 15 113 152 973 786 Sumber: Hasil olahan data primer 2013 Tabel 28 menunjukkan bahwa, dengan adanya peningkatan pada tarif masuk optimum akan meningkatkan penerimaan pengelola menjadi Rp 152 973 786 dan pengurangan jumlah kunjungan menjadi 15 113 kunjungan per tahun. Penerimaan pengelola diperoleh dari pengalian tarif dengan jumlah kunjungan per tahun. Jumlah kujungan per tahun diperoleh dari proporsi responden yang bersedia membayar tarif pada harga tersebut 78 dikalikan dengan rata-rata jumlah kunjungan per tahun di objek wisata Curug Cigamea. Penerapan tarif masuk optimum sesuai WTP pengunjung mengakibatkan jumlah kunjungan juga akan mengalami penurunan sehingga ancaman kerusakan lingkungan akan berkurang. Penerapan tarif masuk kunjungan dapat ditingkatkan sesuai WTP pengunjung maksimum sebesar Rp 10 122. Penerapan tarif masuk tersebut akan memberi peningkatan penerimaan pada pengelola, sehingga diasumsikan dapat digunakan untuk menambah dana bagi pelestarian lingkungan dan peningkatan fasilitas di objek wisata Curug Cigamea. Selain itu, penerapan tarif masuk tersebut juga dapat digunakan untuk mengontol jumlah kunjungan di objek wisata Curug Cigamea. 49 VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1 Secara umum pengunjung menilai bahwa kondisi sumber daya alam dan fasilitas wisata di Curug Cigamea baik. Hal ini menunjukan bahwa, kegiatan wisata belum berdampak negatif terhadap sumber daya alam di TNGHS. Di sisi lain pengunjung menilai tingkat kebersihan di Curug Cigamea masih kurang. Hal ini perlu menjadi perhatian pengelola karena jika tidak dikelola dengan baik dikhawatirkan dapat merusak lingkungan dan mengganggu keberlanjutan wisata. 2 Objek wisata Curug Cigamea memiliki nilai dan dampak ekonomi yang cukup besar. Hal ini menunjukan keberadaan objek wisata Curug Cigamea di TNGHS memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat, sehingga perlu dipertahankan agar masyarakat dapat terus merasakan manfaat ekonomi dari kegiatan wisata Curug Cigamea. 3 Penerapan tarif masuk optimum sesuai WTP pengunjung dapat digunakan untuk mengontrol jumlah kunjungan dan dapat menambah penerimaan pengelola dari peningkatan tarif masuk tersebut. Peningkatan tarif masuk tersebut dapat dimanfaatkan sebagai dana pelestarian sumber daya alam, pengembangan fasilitas wisata alam, serta untuk menghindari over carrying capacity di objek wisata Curug Cigamea .

7.2 Saran

1 Keberlanjutan wisata Curug Cigamea harus terus dipertahankan karena dapat memberi dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar. Wisata tersebut dapat berkelanjutan dengan menjaga kelestarian sumber daya alam di TNGHS yang merupakan salah satu modal dari wisata alam Curug Cigamea. Salah satu langkah kongkritnya adalah dengan mengajak pengunjung turut serta dalam penjagaan sumber daya alam dan lingkungan di Curug Cigamea di TNGHS seperti mengikuti program tanam pohon asuh di TNGHS.