23 TP
= Total jumlah pengunjung dalam satu tahun orang
4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Curug Cigamea
Pengeluaran pengunjung di lokasi wisata mengakibatkan timbulnya multiplier effect pada perekonomian daerah tujuan wisata. Pengeluaran
pengunjung tersebut akan menjadi penerimaan bagi unit usaha lokal, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Informasi yang didapat dari
unit usaha, pengelola, dan pengunjung digunakan untuk memperoleh dampak langsung direct effect, dampak tidak langsung indirect effect, dan dampak
lanjutan induced effect. Menurut Marine Ecoutourism for Atlantic Area META 2001, mengukur
dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu:
1 Keynesian Local Income Multiplier merupakan nilai yang menunjukkan berapa besar pengaruh dari pengeluaran pengunjung terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat lokal. 2 Ratio Income Multiplier merupakan nilai yang menunjukkan seberapa besar
dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Metode ini mengukur dampak tidak langsung
dan dampak lanjutan induced impact. Secara matematis dapat dirumuskan: Keynesian Income Multiplier
= ....................................... 7
Ratio Income Multiplier, Tipe I =
.......................................... 8
Ratio Income Multiplier, Tipe II =
....................................... 9
Keterangan: E
= Tambahan pengeluaran pengunjung Rp D
= Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E Rp N
= Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E Rp U
= Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E Rp
24
4.4.4 Estimasi Tarif Optimum Masuk Objek Wisata Curug Cigamea
Tarif masuk lokasi wisata tidak selalu sama dengan harga yang sebenarnya mampu dibayarkan oleh para pengunjung untuk memperoleh kepuasan dari wisata
tersebut. Tarif masuk sesuai keinginan pengunjung dapat diestimasi melalui pendekatan WTP pengunjung terhadap besar tarif masuk lokasi wisata. Langkah
pertama yang dilakukan untuk memperoleh nilai WTP adalah membuat pasar hipotetik berdasar skenario sebagai berikut
: “Curug Cigamea merupakan salah satu wisata alam yang terdapat di
TNGHS yang ramai dikunjungi oleh pengunjung. Keindahan air terjun dan udara yang masih sejuk merupakan daya tarik utama yang ditawarkan bagi
para wisatawan. Oleh karena itu, pelestarian sumber daya alam dan lingkungan SDAL di lokasi wisata tersebut perlu dilakukan agar
keindahan alam di Curug Cigamea tetap terjaga. Upaya pelestarian SDAL dan pengembangan fasilitas di lokasi wisata Curug Cigamea membutuhkan
dana yang cukup besar. Peningkatan tarif masuk lokasi wisata dapat membantu pendanaan pengembangan dan pelestarian ekosistem di objek
wisata Curug Cigamea. Dana tersebut dapat digunakan pengelola untuk melakukan kegiatan pelestarian alam seperti penanaman pohon dan juga
dapat digunakan untuk perbaikan fasilitas wisata yang sudah rusak. ”
Langkah selanjutnya adalah memperkirakan nilai dari penawaran. Nilai penawaran tersebut diperoleh dengan melakukan wawancara yang bertujuan untuk
memperoleh nilai maksimum keinginan membayar WTP dari pengunjung menggunakan teknik open ended question. Langkah terakhir adalah
memperkirakan nilai rataan WTP menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan total nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Nilai rataan WTP diestimasi
menggunakan rumus Hanley dan Spash 1993:
EWTP =
∑
............................................................................................... 10 Keterangan:
EWTP = Nilai rataan WTP Rp
W
i
= Nilai WTP ke-i Rp
25 n
= Jumlah responden orang i
= Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk lokasi wisata i
= 1,2,…,n Hasil estimasi rataan WTP tersebut digunakan untuk mengestimasi
besarnya tarif masuk optimum. Tarif masuk optimum tersebut digunakan untuk mengestimasi jumlah kunjungan dan penerimaan pengelola saat menggunakan
tarif masuk optimum. Estimasi jumlah pengunjug diperoleh dari presentase jumlah pengunjung yang bersedia membayar harga lebih dari tiket awal dikalikan
dengan populasi kunjungan wisata tersebut. Estimasi penerimaan pengelola diestimasi dengan mengalikan jumlah kunjungan saat tarif optimum dikalikan
dengan besarnya tiket masuk optimum. Estimasi jumlah kunjungan dan penerimaan pengelola saat tarif masuk optimum dapat dihitung sesuai Tabel 7.
Tabel 7 Estimasi jumlah kunjungan dan penerimaan pengelola dari harga tiket
Harga tiket Rp a
Jumlah kunjungan per tahun orang b
Estimasi penerimaan pengelola Rp c= a x b
T JK
P T
1
JK
1
P
1
Keterangan: T
= Tarif awal T
1
= Tarif optimum JK
= Jumlah kunjungan saat tarif awal JK
1
= Jumlah kunjungan saat tarif optimum P
= Penerimaan saat tarif awal P
1
= Penerimaan saat tarif awal
26
V GAMBARAN UMUM
5.1 Karakteristik Objek Wisata Curug Cigamea
Curug Cigamea terletak di kawasan Gunung Salak Endah GSE di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan. Pada awalnya, pengelolaan kawasan wisata
Curug Cigamea dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Bogor. Sejak tahun 2003, kawasan GSE menjadi satu kesatuan kawasan konservasi Taman Nasional
Gunung Halimun Salak TNGHS melalui SK Menteri Kehutanan No. 175Kpts- II2003. Berdasarkan hasil tersebut maka semua pengelolaan wisata di kawasan
GSE dikelola oleh pihak taman nasional, namun untuk sementara wisata Curug Cigamea masih dikelola oleh masyarakat sekitar.
Curug Cigamea berasal dari mata air Gunung Salak dan mengalir ke Sungai Cigamea. Kondisi air pada Curug Cigamea tergantung pada intensitas air dari hulu
Sungai Cigamea. Curug Cigamea terdiri dari dua air terjun utama. Air terjun pertama yang dijumpai dari pintu masuk memiliki tebing curam menyerupai
dinding dan didominasi bebatuan hitam. Kolam limpahan air yang berada dibawahnya tidak terlalu dalam dan luas sehingga tidak dapat digunakan untuk
berenang. Air terjun kedua memiliki ketinggian sekitar 50 meter dengan tumpahan air yang cukup deras dibandingkan air terjun yang pertama. Kolam
limpahan air yang ada di bawah air terjun kedua ini cukup luas dan dalam sehingga dapat digunakan untuk berenang Lampiran 14.
Curug Cigamea merupakan salah satu objek wisata di GSE yang jumlah pengunjungnya banyak. Hal ini disebabkan oleh keindahan alam dan akses yang
mudah dicapai dengan hanya menelusuri jalan setapak sekitar 300 meter. Harga
tiket masuk Curug Cigamea adalah Rp 5 000 per orang. Curug Cigamea juga menyediakan lahan parkir yang cukup luas dengan harga tiket parkir Rp 3 000 per
motor dan Rp 10 000 per mobil. Pengunjung yang datang umumnya menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor karena jarang
ditemukan kendaraan umum menuju lokasi. Objek wisata ini lebih ramai dikunjungi saat akhir pekan atau libur nasional terutama saat libur lebaran dan
tahun baru.
27
5.2 Karaktersitik Responden Pengunjung Curug Cigamea
Karakteristik responden pengunjung dibedakan berdasarkan faktor sosial ekonomi dan faktor berwisata. Faktor sosial ekonomi demografi terdiri dari jenis
kelamin, umur, asal daerah, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Karateristik responden pegunjung berdasarkan faktor berwisata
terdiri dari frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, cara kedatangan, dan jenis kendaraan.
5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi Demografi Responden Pengunjung
Pengunjung yang datang ke objek wisata Curug Cigamea berasal dari berbagai kota yaitu Depok, Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Sebagian
besar responden pengunjung 67.0 berasal dari luar Bogor. Hal ini menunjukkan bahwa Curug Cigamea memiliki daya tarik tersendiri sehingga
banyak responden pengunjung yang berasal dari luar Bogor. Apabila dilihat secara spesifikasi asal kotanya, Bogor merupakan daerah asal responden
pengunjung terbesar dengan proporsi sebesar 33.0. Rata-rata umur responden pengunjung berkisar 21 sampai dengan 30 tahun dengan proporsi sebesar 55.0
dan umur dibawah 20 tahun dengan proporsi sebesar 21.0. Hal ini dipengaruhi kondisi lokasi wisata yang harus ditempuh dengan berjalan kaki beberapa ratus
meter, sehingga diperlukan kondisi fisik prima yang umumnya dimiliki oleh pengunjung yang usianya masih muda.
Sebagian besar responden pengunjung adalah karyawan swasta dengan proporsi sebesar 41.0 dengan tingkat pendapatan responden berkisar antara
Rp 1 500 001 sampai dengan Rp 2 500 000. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bahwa sebagian besar pendapatan responden pengunjung sama dengan
rata-rata UMR daerah sekitar Jakarta dan Bogor, yaitu sebesar Rp 2 200 000. Tingkat pendidikan sebagian besar responden pengunjung adalah SMA dengan
proporsi sebesar 75.0. Hal ini disebabkan pada umumnya responden pengunjung memiliki pendidikan terakhir SMA. Data mengenai karakteristik
responden pengunjung Curug Cigamea berdasarkan faktor sosial ekonomi demografi dapat dilihat pada Tabel 8.
28 Tabel 8 Karakteristik responden pengunjung Curug Cigamea berdasarkan faktor
sosial ekonomi demografi tahun 2013
Karakteristik Jumlah orang
Proporsi 1 Jenis kelamin
Laki-laki 62.0
62.0 Perempuan
38.0 38.0
Jumlah 100.0
100.0 2 Umur Tahun
17-20 21.0
21.0 21-30
55.0 55.0
31- 40 16.0
16.0 40
8.0 8.0
Jumlah 100.0
100.0 3 Asal daerah umum
Bogor 33.0
33.0 Luar Bogor
67.0 67.0
- Depok 18.0
18.0 - Jakarta
27.0 27.0
- Tangerang 21.0
21.0 - Bekasi
1.0 1.0
Jumlah 100.0
100.0 4 Pendidikan terakhir
SMP 7.0
7.0 SMA
75.0 75.0
Perguruan tinggi 18.0
18.0 Jumlah
100.0 100.0
5 Pekerjaan pokok PNS
1.0 1.0
Karyawan swasta 41.0
41.0 Pelajarmahasiswa
16.0 16.0
Wiraswasta 13.0
13.0 Buruh
1.0 1.0
Guru 7.0
7.0 Lainnya
21.0 21.0
Jumlah 100.0
100.0 6 Tingkat pendapatan Rupiah per bulan
500 000 8
8 500 001
– 1.500 000 20
20 1 500 001
– 2.500 000 33
33 2 500 001
– 3.500 000 15
15 3 500 001
– 4.500 000 8
8 4 500 000
16 16
Jumlah 100
100 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
5.2.2 Karakteristik Faktor Responden Pengunjung dalam Berwisata
Karakteristik berwisata responden pengunjung di Curug Cigamea dapat diidentifikasi berdasarkan frekuensi kunjungan pengunjung selama satu tahun
terakhir, motivasi wisata, agenda kedatangan, dan jenis kendaraan yang digunakan oleh responden pengunjung. Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata
ke Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 9.