10 Metode WTP biasanya dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada
responden  tentang  kesediaan  seseorang  untuk  membayar  pihak  lain  sebagai kompensasi  untuk  tetap  memelihara  sumber  daya  alam  tersebut  Yakin  1997.
Metode  WTP  digunakan  sebagai  dasar  dalam  penetapan  tarif  masuk  optimum wisata  karena  besarnya  tarif  masuk  yang  sebenarnya  bersedia  dibayarkan  oleh
pengunjung tidak selalu sama dengan harga tiket saat ini.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian  mengenai  nilai  dan  dampak  ekonomi  serta  estimasi  tarif  masuk optimum  suatu  kawasan  wisata  telah  banyak  dilakukan  di  berbagai  tempat  dan
waktu  yang  berbeda.  Beberapa  hasil  dari  penelitian  tersebut  dijadikan  referensi pada penelitian ini. Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi suatu kawasan
wisata telah dilakukan oleh Wijayanti et al. 2008, Milasari 2010, dan Hakim et al. 2011, sedangkan penelitian mengenai estimasi tarif masuk optimum kawasan
wisata telah dilakukan oleh Prayoga 2013. Perbedaan  penelitian  ini  dengan  penelitian  Wijayanti  et  al.  2008  adalah
waktu penelitian dan tujuan penelitian, dimana penelitian ini juga bertujuan untuk mengestimasi  tarif  masuk  optimum  di  Curug  Cigamea.  Tarif  masuk  optimum
merupakan  salah  satu  alat  yang  dapat  digunakan  untuk  mengontrol  jumlah pengunjung  jika  terjadi  over  carrying  capacity.  Kekhawatiran  terjadi  over
carrying capacity tersebut dikarenakan jumlah pengunjung Curug Cigamea  yang cukup  besar  dibandingkan  wisata  lain  di  GSE  Tabel  2.  Penelitian  ini  hanya
mengukur  nilai  ekonomi,  dampak  ekonomi  serta  mengestimasi  besarnya  tarif masuk  optimum  tanpa  mengukur  carrying  capacity  di  kawasan  wisata  Curug
Cigamea.  Hasil  dari  penelitian  terdahulu  mengenai  nilai  dan  dampak  ekonomi dapat dilihat pada Tabel 3.
11 Tabel 3 Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi suatu kawasan wisata
No Penulis
Judul Hasil dan metode
1 Wijayanti
et al 2008
Analisis Ekonomi dan Strategi
Pengelolaan Ekowisata Studi
Kasus Kawasan Wisata Gunung
Salak Endah Kabupaten Bogor
Nilai  surplus  ekonomi  yang  diterima  pengunjung di  Cigamea  sebesar  Rp  970  206  per  individu  per
kunjungan  dan  nilai  ekonomi  Curug  Cigamea adalah  Rp  21  480  366  692.  Nilai  Keynesian
Income  Multiplier  adalah  1.63,  Ratio  Income Multiplier  Tipe  1  adalah  1.42  dan  Ratio  Income
Multiplier  Tipe  2  adalah  1.71.  Metode  yang digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  TCM  dan
Keynesian multiplier.
2 Milasari
2010 Analisis
Dampak Ekonomi  Kegiatan
Wisata  Alam  Studi Kasus:Taman
Wisata Tirta Sanita
Dampak  ekonomi  langsung  berupa  pendapatan pemilik  unit  usaha  sebesar  54.  Dampak  tidak
langsung  berupa  pendapatan  tenaga  sebesar  2. Dampak lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja
sebesar  59.  Nilai  Keynesian  Income  Multiplier adalah  1.07,  Ratio  Income  Multiplier  Tipe  1
adalah  1.22  dan  Ratio  Income  Multiplier  Tipe  2 adalah  1.37.  Metode  yang  digunakan  dalam
penelitian  ini  adalah  TCM  dan  Keynesian multiplier.
3 Prayoga
2013 Estimasi Nilai
Ekonomi dan Kontribusi Wisata
terhadap Konservasi di TNUK
Kab.Pandeglang Provinsi Banten
Nilai  WTP  pengunjung  wisata  TNUK  adalah Rp  15  666.7,  sehingga  nilai  ini  dapat  menjadi
peluang  bagi  pengelola  untuk  menetapkan  tiket optimum  yang  saat  ini  masih  dianggap  terlalu
murah oleh pengunjung yaitu sebesar Rp 2 500.
4 Hakim et
al 2011 Valuasi Ekonomi
Obyek Wisata Alam di Rawapening,
Indonesia: Sebuah Aplikasi Biaya
Perjalanan dan Penilaian Metode
Kontinjensi Nilai  ekonomi  dari  ekowisata  dari  surplus
konsumen  diperkirakan  Rp  7  410  000  000.  Nilai ekonomi dari wisata alam akan hilang bila terjadi
penurunkan kondisi lingkungan alam.