40 pengunjung berasal dari luar Bogor Tabel 9, sehingga mempengaruhi biaya
perjalanan pengunjung. Biaya perjalanan tersebut merupakan biaya bahan bakar untuk kendaraan karena rata-rata pengunjung menggunakan kendaraan pribadi
Tabel 9. Berdasarkan data Disbudpar Kabupaten Bogor rata-rata jumlah kunjungan
ke Curug Cigamea per tahun dari tahun 2009 sampai dengan 2012 adalah 19 375 kunjungan, sehingga diperoleh total kebocoran per tahun yang terjadi adalah
Rp 773 820 346 per tahun. Hasil ini diperoleh dari mengalikan rata-rata pengeluaran pengunjung dengan proporsi kebocoran dan total kunjungan
pertahun. Tingkat kebocoran dari aktivitas wisata di Curug Cigamea cukup besar dengan proporsi 53.77. Kebocoran tersebut yaitu biaya transportasi, biaya
konsumsi dari rumah, dan biaya tiket masuk kawasan GSE. Tiket masuk kawasan GSE termasuk kebocoran karena uang yang diperoleh langsung masuk ke
pendapatan negara. Biaya transportasi termasuk kebocoran karena diasumsikan pengunjung membeli bahan bakar di SPBU yang letaknya tidak ada di sekitar
lokasi wisata.
6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung
Dampak ekonomi langsung merupakan dampak yang langsung diperoleh dari pengeluaran pengunjung saat berwisata. Dampak ekonomi langsung tersebut
berasal adanya dari transaksi jual dan beli antara pengunjung dengan unit usaha yang terdapat di kawasan objek wisata Curug Cigamea. Uang yang dibelanjakan
pengunjung ke unit usaha dapat menghasilkan dampak ekonomi secara langsung yaitu pendapatan unit usaha.
Unit usaha di objek wisata Curug Cigamea terdiri dari berbagai jenis unit usaha. Rata-rata unit usaha yang terdapat pada Curug Cigamea hanya ramai
dikunjungi apabila akhir pekan dan hari libur nasional, namun pada hari kerja sebagian unit usaha masih tetap buka. Data mengenai proporsi pendapatan
pemilik unit usaha dapat dilihat pada Tabel 18 dan data perhitungan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 10.
41 Tabel 18
Proporsi rata-rata pendapatan pemilik usaha perbulan di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013
Jenis unit usaha Rata-rata pendapatan pemilik usaha perbulan
Pendapatan Rp a Proporsi b=ac100
Kios makanan 1 704 792
11.8 Foto keliling
2 426 667 16.7
Toilet 2 300 000
15.9 Cendramata
2 076 000 14.3
Kios makanan dan toilet 3 490 000
24.1 Fish spa
2 040 000 14.1
Gorengan cireng 460 000
3.1 Total c
14 497 459 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Pendapatan pemilik unit usaha berbeda-beda sesuai dengan jenis unit usaha. Pendapatan pemilik unit usaha terbesar adalah unit usaha kios makanan dan toilet
dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 3 490 000. Hal ini disebabkan unit usaha tersebut memiliki dua pemasukan sekaligus baik dari kios makanan dan juga toilet
yang dimiliki. Dampak ekonomi langsung diperoleh dari hasil pengalian rata-rata pendapatan unit usaha per bulan dengan jumlah unit usaha di objek wisata Curug
Cigamea. Perhitungan dampak langsung yang dirasakan oleh unit usaha dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Dampak ekonomi langsung di objek wisata Curug Cigamea pada tahun 2013
Jenis unit usaha a Responden
unit usaha b
Jumlah unit usaha
total c Rata-rata
pendapatan per bulan Rp d
Dampak ekonomi langsung Rp
e=cd Kios makanan
24 30
1 704 792 51 143 760
Foto keliling 3
5 2 426 667
12 133 335 Toilet
2 4
2 300 000 9 200 000
Cendramata 3
5 2 076 000
10 380 000 Kios makanan dan toilet
1 2
3 490 000 6 980 000
Fish spa 1
1 2 040 000
2 040 000 Gorengan cireng
1 1
460 000 460 000
Total 35
48 14 497 458
92 337 095 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Nilai dampak ekonomi langsung paling besar dirasakan oleh unit usaha kios makanan sebesar Rp 51 143 750. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah kios
makanan di Curug Cigamea yaitu 30 kios makanan. Total dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha di Curug Cigamea sebesar
Rp 92 337 095. Hal ini juga menunjukan bahwa, keberadaan wisata memiliki peran penting sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat lokal yang membuka
unit usaha di sekitar lokasi wisata.
42
6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung
Dampask ekonomi tidak langsung diperoleh dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata dan pendapatan tenaga kerja lokal di objek wisata Curug
Cigamea. Kios makanan memiliki total pengeluaran di dalam kawasan wisata paling besar dibandingkan unit usaha lainnya dengan total pengeluaran sebesar
Rp 26 452 170. Hal ini disebabkan karena kios makanan merupakan unit usaha yang jumlahnya paling banyak dibanding dengan unit usaha lainnya. Batas
kawasan wisata disini merupakan Kecamatan Pamijahan, sehingga pengeluaran unit usaha yang masih di dalam Kecamatan Pamijahan merupakan biaya yang
dikeluarkan di dalam kawasan wisata. Data mengenai pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata dapat dilihat pada Tabel 20 dan perhitungan dapat dilihat
lebih jelas pada Lampiran 10. Tabel 20 Pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata Curug Cigamea tahun
2013
Jenis unit usaha Pengeluaran di dalam kawasan
wisata Rp Jumlah
a Jum
lah unit
usaha b
Total pengeluaran di
dalam kawasan Rp
c = ab Biaya
pembelian input bahan
baku Rp Biaya
pemeliharaan alat Rp
Kios makanan 881 739
881 739 30
26 452 170 Foto keliling
1 000 000 1 000 000
5 5 000 000
Toilet 40 000
40 000 4
160 000 Cendramata
650 000 650 000
5 3 250 000
Kios makanan dan toilet
1 220 000 50 000
1 270 000 2
2 540 000 Fish spa
100 000 30 000
130 000 1
130 000 Gorengan cireng
540 000 540 000
1 540 000
Total 48
38 072 170 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Kios makanan memiliki total pengeluaran di luar kawasan wisata paling besar dibandingkan unit usaha lainnya dengan total pengeluaran sebesar
Rp 2 006 250. Hal ini disebabkan karena kios makanan merupakan unit usaha yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan unit usaha lainnya. Data
mengenai pengeluaran unit usaha di luar kawasan wisata dapat dilihat pada Tabel 21 dan perhitungan yang lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 10.
43 Tabel 21 Pengeluaran unit usaha di luar kawasan wisata Curug Cigamea tahun
2013
Jenis unit usaha Pengeluaran di luar kawasan
wisata Rp Jumlah
d Jumlah
unit usaha
b Total
pengeluaran di luar kawasan
Rp e = db
Transportasi Listrik
Kios makanan 35 417
31 458 66 875
30 2 006 250
Foto keliling 24 000
24000 5
120 000 Cendramata
57 333 33 333
90 667 5
453 330 Kios makanan dan toilet
40 000 40 000
2 80 000
Fish spa 30 000
30 000 1
30 000 Total
48 2 689 580
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Dampak ekonomi tidak langsung tidak hanya dilihat dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata, tetapi juga diperoleh dengan melihat pendapatan
tenaga kerja di objek wisata Curug Cigamea. Proporsi pendapatan tenaga kerja dengan adanya wisata Curug Cigamea memiliki jumlah yang berbeda-beda sesuai
dengan unit usaha tempat mereka bekerja. Total dampak ekonomi tidak langsung di objek wisata Curug Cigamea diperoleh dengan menjumlahkan total
pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata dan total pendapatan tenaga kerja. Data mengenai dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat pada Tabel
22, sedangkan data pendapatan tenaga kerja dijelaskan pada Lampiran 11. Tabel 22 Dampak ekonomi tidak langsung di wisata Curug Cigamea tahun 2013
Jenis tenaga
kerja Rata-rata
TKUnit popula-
si a
Jum- lah
unit usa-
ha b Jum-
lah popu-
lasi TK
c=ab Pendapa-
tan TK Rp
d Total
pendapatan TK Rp
e=cd Total
pengelua- ran unit
usaha di dalam
kawasan Rp
f Total
dampak ekonomi
tidak langsung
Rp g=e+f
Safety guard
2 1
2 1 500 000
3 000 000 3 000 000
Penjaga tiket
9 1
9 120 000
1 080 000 1 080 000
Parkir 2
1 2
950 000 1 900 000
1 900 000
Unit usaha Kios
makanan 1
26 452 170 26 452 170
Foto keliling 1
5 000 000 5 000 000
Toilet 1
1 1
800 000 800 000
160 000 960 000
Cendramata 1
3 250 000 3 250 000
Kios makanan dan
toilet 1
2 540 000 2 540 000
Fish spa 1
1 1
800 000 800 000
130 000 930 000
Cireng 1
1 1
500 000 500 000
540 000 1 040 000
Total 16
12 16
4 670 000 8 080 000
38 072 170 44 052 170
Sumber: Hasil olahan data primer 2013