45 Cigamea. Dari hasil perhitungan diperoleh dampak ekonomi lanjutan di objek
wisata Curug Cigamea sebesar Rp 24 797 000. Data mengenai dampak ekonomi
lanjutan dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013
Tenaga kerja Jumlah
tenaga kerja lokal
a Total
pengeluaran di sekitar Curug
Cigamea Rp b
Proporsi pengeluaran di
Sekitar Curug Cigamea
c Dampak
ekonomi lanjutan Rp
d=abc Safety guard
2 1 575 000
100 3 150 000
Penjaga tiket 9
1 818 000 100
16 362 000 Parkir
2 1 477 500
100 2 955 000
Toilet 1
450 000 100
450 000 Unit usaha fish spa
1 1 350 000
100 1 350 000
Unit usaha cireng 1
530 000 100
530 000 Total
24 797 000 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
6.3.4 Nilai Efek Pengganda
Nilai dari efek pengganda digunakan untuk mengukur seberapa besar dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar lokasi wisata. Berdasarkan Marine
Ecotourism For Atlantic Area META 2001, dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal dibedakan menjadi 1 Keynesian Local Income Multiplier
Effect, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masayarakat lokal, 2 Ratio
Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian
lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan. Data mengenai efek pengganda dari pengeluaran pengunjung di objek wisata Curug
Cigamea dapat dilihat pada Tabel 25 dan perhitungan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 13.
Tabel 25 Nilai efek pengganda dari pengeluaran pengunjung di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013
Multiplier Nilai
Keynesian Income Multiplier 2
.
9 Ratio Income MultiplierTipe I
1
.
5 Ratio Income Multiplier Tipe II
1
.
7 Sumber: Hasil olahan data primer 2013
46 Nilai keynesian income multiplier di objek wisata Curug Cigamea sebesar
2.9 artinya setiap peningkatan 1 rupiah pengeluaran pengunjung akan memiliki dampak terhadap ekonomi lokal sebesar 2.9 rupiah. Nilai ratio income multiplier
tipe I sebesar 1.5 artinya setiap peningkatan 1 rupiah pada penerimaan unit usaha mengakibatkan peningkatan sebesar 1.5 rupiah terhadap pendapatan pemilik
usaha dan tenaga kerja. Nilai ratio income multiplier tipe II sebesar 1.7 artinya setiap kenaikan 1 rupiah penerimaan unit usaha maka akan berpengaruh
meningkatkan sebesar 1.7 rupiah pada pendapatan unit usaha, pemilik usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja.
Nilai keynesian multiplier yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Curug Cigamea memberikan dampak
ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar karena nilai keynesian multiplier yang diperoleh lebih besar dari satu META 2001. Hal ini menunjukan
keberadaan objek wisata Curug Cigamea di TNGHS memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat, sehingga perlu dipertahankan agar masyarakat dapat
terus merasakan manfaat ekonomi dari kegiatan wisata Curug Cigamea. Manfaat ekonomi yang besar ini juga dapat menjadi alasan bagi masyarakat lokal untuk
tetap mempertahankan kelestarian sumber daya alam di TNGHS, yang merupakan modal utama dari wisata alam tersebut.
6.4 Estimasi Tarif Masuk Optimum Curug Cigamea
Jumlah pengunjung yang besar di wisata Curug Cigamea dikhawatirkan dapat menjadi salah satu ancaman bagi kelestarian sumber daya alam di TNGHS.
Oleh karena itu, jumlah kunjungan tersebut harus dikontrol yang salah satunya dengan penerapan tarif masuk optimum. Penerapan tarif masuk optimum dapat
mengontrol jumlah kunjungan sehingga resiko kerusakan sumber daya alam di TNGHS akan berkurang. Tarif masuk optimum dalam penelitan ini, merupakan
tarif masuk sesuai rataan kemauan pengunjung untuk meningkatkan harga tarif masuk guna membantu dana pelestarian sumber daya alam dan pengembangan
fasilitas wisata. Berdasarkan hasil wawancara responden pengunjung,sebanyak 78
responden yang bersedia membayar lebih tarif masuk di objek wisata Curug
47 Cigamea. Kesediaan pengunjung meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug
Cigamea dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26 Keinginan pengunjung meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug Cigamea tahun 2013
Keinginan meningkatkan harga tarif masuk Frekuensi orang
Proporsi Ya
78 78
Tidak 22
22 Total
100 100
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Tabel 26 menunjukkan sebanyak 22 responden pengunjung tidak bersedia meningkatkan tarif masuk Curug Cigamea. Rata-rata alasan pengunjung yang
tidak bersedia meningkatkan tarif masuk di objek wisata Curug Cigamea karena mereka merasa bahwa kelestarian alam merupakan tanggung jawab pemerintah
dan fasilitas yang tersedia masih minim. Tarif masuk optimum Curug Cigamea dilihat dari rata-rata WTP pengunjung terhadap harga tarif masuk. Distribusi
besaran WTP pengunjung dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Distribusi besaran WTP pengunjung terhadap tarif optimum masuk di
objek wisata Curug Cigamea tahun 2013
Besaran WTP Rp a Frekuensi orang b
EWTP Rp bc x a 5 500
1 71
6 000 5
385 7 000
12 1 077
7 500 2
192 8 000
7 718
10 000 35
4 487 12 000
1 154
15 000 12
2 308 17 000
1 218
20 000 2
513 Total
78 c 10 122
Sumber: Hasil olahan data primer 2013
Berdasarkan Tabel 27, dapat dilihat nilai rataan WTP pengunjung terhadap tarif masuk Curug Cigamea adalah sebesar Rp 10 122. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pengunjung bersedia membayar tarif masuk Curug Cigamea hingga Rp 10 122. Hal ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden
pengunjung bersedia membayar tarif masuk dua kali lebih mahal dari tarif sebelumnya. Peningkatan tarif masuk tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjaga
kelestarian alam dan meningkatkan fasilitas di objek wisata Curug Cigamea.